[3] "Departure; Beginning Of Disaster?"

507 78 2
                                    

DALAM satu waktu, tarikan napas diiringi tangan kanan menyelinap masuk ke dalam saku celana mencari kehangatan membentuk gestur tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DALAM satu waktu, tarikan napas diiringi tangan kanan menyelinap masuk ke dalam saku celana mencari kehangatan membentuk gestur tubuhnya. Hanya berbalut sweater dan celana pendek, mampu mengundang pasang mata lainnya.

Tiga remaja itu kompak mengukir senyuman merekah, dari raut wajah begitu senang mendatangi pameran diadakan beberapa tahun sekali—ditambah tema kali ini sangat berbeda.

Cava menyentuh perintilan-perintilan pohon natal didekatnya lalu menatap mereka bertiga seperti berkata, ‘Ayo’!

“Tumben, semangat,” heran Noraa, biasanya Cava anti mendatangi pameran-pameran diadakan.

Excited aja gitu! Apalagi temanya teknologi.”

Setelah memasuki area, remaja itu fokus disetiap lapak masing-masing. Banyak orang disana menawarkan dan menjelaskan teknologi-teknologi mereka buat. Memadukan antara pergerakan—kecerdasan—itulah dibuatnya.

Sedikit yang mengetahui bahwa kali ini begitu meriah, robot-robot ciptaan berjalan disekitaran—berusaha menarik perhatian pengunjung. Terkadang, murid Wismagama ingin menciptakan teknologi tersendiri, membanggakan dan menjunjung tinggi nama baik sekolahannya.

“Mau pilih lapak mana? Buat ide makalah juga nih.” Noraa membuka obrolan manis.

“Makalah kita misteri, ‘kan. Kenapa jadi teknologi?” Ezra berujar demikian.

“Nambah-nambahin nilai gitu,” sahut Cava diakhiri kekehan kecil.

“Eh, coba liat itu.” Re menunjuk disalah satu tempat lumayan tersembunyi, lantas netra cokelat terang mengarah disana. Sangat antusias, terlebih lagi dua gadis ini sampai-sampai heboh sendiri.

Teknologi itu bak khayalan semata, dalam cerita fiksi bertema action, pendidikan, ilmiah pasti familiar dengan barang satu ini. Berbentuk seperti helm tetapi tak memiliki kaca, dua antena berlilit kabel berterus komputer sendiri. “Hey, keknya gue pernah liat di film-film deh!” seru Cava menggebu-gebu. Ia menyentuh permukaan helm sambil tersenyum sumringah.

Mind Uploading, dikenal banyak cerita fiksi sains subgenre sebagai mentransfer-kan pikiran. Anggap saja, layaknya penulis mengekspresikan apa di dalam pikirannya melalui komputer. Diketik satu persatu hingga menjadi rangkaian diksi indah. Namun, dibalik canggihnya teknologi ini, banyak kejadian mengerikan dibaliknya.

“Boleh bertanya, kenapa rekan-rekan kalian menciptakan alat secanggih ini. Dan apa tujuannya?” tanya Noraa kepada salah satu orang di sana.

“Simpelnya, dimasa depan pasti teknologi semakin canggih. Pekerjaan manusia digantikan oleh robot dan dia hanya berleha-leha menikmati hasil kerja keras ...”

Ada jeda diperkataannya.

“... mengapa tidak? Manusia bekerja bisa nonstop 24 jam, diciptakan alat ini untuk mentransfer-kan pikiran memuat waktu 20 menit saja. Tak banyak terbuang-buang, ‘kan?” jelasnya sambil memberikan barang itu pada Re yang antusias menerimanya.

HOMICIDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang