Kesempatan Emas?

28 3 0
                                    

Kairyn berjalan sendiri di tengah koridor menuju lantai dua kelasnya berada, kedua tangannya penuh memegang seplastik pentol dan batagor. Jam menunjukkan pukul sepuluh kurang lima menit, yang mana jam istirahat pertama akan berakhir lima menit lagi.

Matanya menyipit saat melihat segerombol kakak kelas yang memenuhi koridor depan kelasnya. Tidak salah lagi, mereka adalah Bintang dan kawan-kawan. Bahaya! Kenapa juga mereka ada di sana? Tak pernah sekalipun mereka nangkring di depan kelasnya.

Langkah kakinya ia percepat saat sudah mendekati pintu kelasnya. Siulan juga godaan dilontarkan untuknya, Apalagi Jordan—Si kalem yang suka menggoda.

"Kairyn, piw," goda Dylan ikut-ikutan.

"Cewe tuh ga boleh nunduk," sahut Ayden sambil menepuk pundak Kairyn pelan.

"Iya, jangan nunduk dong Ryn. Gue ngga bisa liat wajah manis lo." Lagi-lagi Jordan menggoda Kairyn. Bisa dia lihat kedua pipi gadis itu memerah, entah karena baper atau malu tapi yang pasti hal itu sangat menghibur mereka.

Bukannya ia bullshing, yang ada malah malu!

Duk

Ujung sepatunya bertabrakan dengan ujung sepatu milik seseorang. Sneakers bewarna hitam  itu, Kairyn sangat hapal pemiliknya siapa. Mati lah dia.

"Minggir Bin, lo halangin Neng Kairyn tuh," celetuk Dylan.

Bintang menoleh sekilas kemudian kembali menatap Kairyn. Kairyn yang merasa diperhatikan semakin meremas kedua bungkus plastik yang ia bawa.

"Buset Kairyn diliatin Bintang mulu, iri gue."

"Anjir gue aja kaga pernah dilirik sama dia, lucky banget tuh cewe."

Bisikan beberapa siswi yang berdiri tak jauh dari tempat Kairyn berada pun terdengar sampai ke telinganya.

"Gila Cell!" seru Kairyn dengan suara tertahan. Mukanya sudah semerah tomat menahan malu, dahinya sedikit berkeringat setelah berhasil lolos dan masuk ke dalam kelasnya.

"Aduh, gue tau nih."

"Gila lo! Kenapa ngga bilang kalo ada mereka di depan?!"

"Gue udah nelfon lo ya, hp lo tuh ga aktif."
Kairyn terduduk lemas. Kejadian tadi membuatnya lemas.

"Oh yah, kok tumben mereka di depan," lanjut Kairyn, matanya sedikit melirik ke arah pintu yang terbuka. Melihat situasi apakah masih ada mereka atau tidak.

Acell menggaruk rambutnya yang tak gatal seraya tersenyum kikuk. "Anu ... tadi Ayden ngapel ke sini, ga taunya mereka juga ikut."

Acell dan Ayden resmi berpacaran setelah lelaki itu berjuang mendekati sahabatnya sejak tiga bulan yang lalu. Kairyn tahu itu. Ini pertama kalinya bagi Acell diapelin Ayden di kelas, biasanya di kantin atau taman tengah sekolah.

Kairyn menghela nafas sebentar, "Besok-besok jangan di sini Cell. Taman kek apa lapangan masih oke." Acell hanya tertawa ringan. Untung saja Kairyn bisa menghadapai Bintang.

"Tumben lo nggak teriak, Ryn?" celetuk Mikel sambil mengambil duduk berhadapan dengan sepasang gadis toa di kelasnya. Dirinya sangat gabut setelah beberapa saat memainkan pou.

Mikel itu adalah teman yang paling jahil yang pernah dia temui semasa sekolah ini. Lihat saja tanpa ada badai dia datang menghampirinya, buat apalagi kalau bukan menggodanya?
Tapi Kairyn selalu mengambil sisi positifnya. Tanpa Mikel, dia tidak bisa update siapa yang sedang suka Bintang secara terang-terangan. Dan lelaki itu pasti menjadi sekutunya.

Arcturusजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें