18

904 225 21
                                    


Terhitung hari ini adalah hari terakhir festival diadakan.

Kalau kemarin Mark mengatakan akan menghubungi nya, itu tidak terjadi sampai sekarang.

Jujur, Bulan menunggu padahal tidak disuruh untuk menunggu. Kecewa, namun Mark tidak menjanjikan sehingga ia merasa tidak berhak untuk kecewa.

Panitia seperti biasa sibuknya bukan main. Anak-anak kelas juga sibuk, mereka asik berfoto-foto di berbagai sudut sekolah yang pantas dijadikan spot foto.

Apalagi anak kelas dua belas yang sebentar lagi melangsungkan ujian akhir dan ujian nasional. Mereka menganggap festival ini adalah festival terakhir mereka, sehingga mereka berlomba membuat kenangan dengan berfoto sebanyak mungkin. Foto bersama teman, beberapa guru favorit, juga pasangan.

Bulan menjadi salah satu dari mereka, berfoto dengan teman.

"Sekali lagi dong, Cas!" Pinta Yeri memberikan handphone nya kembali pada Lucas.

Yeri menarik Bulan mendekat, menghimpit sahabatnya itu bersama Yuqi yang sudah bersiap untuk difoto juga. Lucas berdecak kesal melihatnya.

"Gue cuma minta fotoin sekali, Lo udah berulang-ulang. Ga tau diri." Katanya mengomel, tidak dihiraukan oleh Yeri juga Yuqi. Bulan pun menanggapinya hanya dengan kekehan, tidak membantu sama sekali.

"1, 2, 3." Gambar diambil langsung oleh Lucas seusai ia menghitung asal-asalan.

Memberikan handphone kembali pada sang pemilik, Yeri dan Yuqi antusias melihat hasilnya.

"Mau difotoin juga gak, Cas?" Tanya Bulan, menarik sudut bibir Lucas naik ke atas.

"Fotoin gue, ya!" Pintanya antusias, merogoh saku celana nya segera. Bulan menggeleng kecil sambil terkekeh pelan.

Handphone Lucas dikeluarkan, laki-laki itu memberikannya pada Bulan segera.

Baru Bulan menerimanya, tepukan di pundak membuatnya berhenti untuk membuka aplikasi kamera pada handphone milik Lucas.

Lucas berdecak kesal, "Dejun, ah! Gue mau foto!"

Dejun yang baru saja menepuk pundak Bulan acuh tak acuh pada Lucas. Laki-laki itu lebih memilih untuk menyunggingkan senyum pada Bulan.

"Kenapa, Jun?"

"Dipanggil sama Mark, tuh." Laki-laki itu menunjuk ke arah tengah lapangan, "Lo diajak ke lapangan sana."

Bulan mengamati arah yang ditunjuk Dejun. Dari tempatnya dapat ia lihat sosok Mark yang asik menikmati pertunjukan panggung, tidak dengan tangan kosong. Ada dua gelas plastik di tangannya.

Menyunggingkan senyum, Bulan mengangguk kecil. "Makasih ya, Dejun."

Dejun mengangguk dan berlalu pergi.

Lucas mencebik, "fotoin satu dulu dong, Lan."

Bulan tertawa pelan, "iya-iya. Jangan sedih gitu mukanya. Cepat pose."

Mendengar jawaban Bulan yang sesuai harapan membuatnya tersenyum lebar. Tak butuh waktu lama, Lucas berpose sebaik mungkin di depan kamera handphone nya.








Mark menghela napas, melihat ke kanan dan ke kiri namun sosok Bulan belum tertangkap di netranya. Padahal ia sudah minta tolong pada Dejun untuk dipanggilkan sedaritadi.

Meminum airnya, Mark kembali memerhatikan panggung yang sebentar lagi akan menampilkan artis bintang utama.

Tidak menyadari Bulan sudah berdiri di sebelahnya sambil tersenyum, Mark hampir saja tersedak saat ia tak sengaja menoleh dan menyadari sosok Bulan sudah ada di sebelahnya daritadi.

"Yang satunya punya aku?" Tanya Bulan mengarahkan pandangan pada gelas lain di tangan Mark. Gadis itu mengabaikan keterkejutan laki-laki itu.

Mark ikut memandang gelas yang dimaksud, kepalanya mengangguk mengiyakan. "Nih, untuk kamu." Katanya sambil memberikan.

"Terimakasih, ya."

"Ini bentar lagi artisnya manggung. Kamu tau lagu-lagu mereka?" Tanya Mark menoleh sedikit, Bulan mengangguk sebagai tanggapan.

"Tau, kok. Ada yang tau liriknya tapi enggak tau judul, ada juga yang gak tau dua-duanya tapi nadanya tau." Jelas Bulan seraya meminum minumannya.

Mark terkekeh pelan, "itu udah biasa. Tapi kayaknya ini lagu yang dibawa lagu hits nya mereka, jadi kamu pasti tau."

Bulan mengangguk lagi mengiyakan.

Tak lama itu artis sudah bersiap di atas panggung, mulai memainkan melodi pertama mereka sebelum masuk ke lirik lagu.

Semua tenggelam dalam lantunan melodi mereka yang mendayu, tak terkecuali Bulan juga Mark yang tenggelam sendirinya.

Keduanya menonton penampilan dengan serius, walau sebenarnya pikiran mereka tidak tenggelam hanya untuk melodi melodi indah itu. Ah, bukan mereka. Bulan tentu saja menikmati nya tanpa suara-suara kalut dalam pikirannya, berbeda dengan Mark yang sibuk memikirkan banyak suara di kepalanya.

Laki-laki itu menghela napas pelan, membuat Bulan yang diam-diam selain memerhatikan penampilan juga memerhatikannya menoleh sedikit.

Mau bertanya tapi ragu. Ia tidak mau kedapatan memerhatikan laki-laki itu.

Belum sempat mengalihkan pandangan, Mark sudah menoleh ke arahnya membuat netra mereka bertubrukan tanpa sengaja.

Bulan menahan napasnya kala itu.

"Bulan." Panggil Mark menatap Bulan lamat-lamat.

Masih menahan napasnya, Bulan menjawab dengan suara pelan penuh kegugupan, "y-ya?"

"Maaf ya kemarin aku enggak nelpon kamu." Katanya terdengar menyesal, "aku sibuk—"

"Gapapa, Mark. Aku enggak nungguin, kok." Sanggah Bulan segera, bibirnya mengulas senyum. Jelas ucapannya itu berbohong, tapi Mark percaya.

"Kecewa kamu enggak nungguin. Tapi, kamu bakal lebih kecewa kalau kamu nungguin aku nelpon." Kata Mark, tidak ditanggapi apapun oleh Bulan yang hanya tersenyum tipis.

Mark kini diam. Netranya fokus mengunci netra Bulan.


Ingin bertanya ada apa, sudah keduluan dengan Mark yang kembali bersuara. Suara hati yang mengejutkan untuk Bulan akan ia dengar pada hari ini, diwaktu ini.


Ini terlalu mendadak, Bulan belum ada persiapan.


"Aku suka sama kamu, Lan. Aku serius."




•••

"Aku suka sama kamu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku suka sama kamu. Aku serius." Bayangin Mark ngomong mukanya kayak gitu.

💚💚💚💚💚

Sementara | Mark Lee✔️[Completed]Where stories live. Discover now