01

5.3K 707 52
                                    

Mark yang Bulan anggap sebagai keberuntungan pada awalnya.

•••

Bulan mengemasi barang-barangnya. Melihat ke arah jam tangannya sebentar, sebelum kembali mengemas barang-barangnya lagi.

Hampir jam setengah lima tapi ia masih betah di sekolah. Andai saja hari ini tidak ada latihan karate dadakan, pasti Bulan sudah santai-santai di rumah sambil menonton televisi.

"Pulang sama siapa, Lan?" Tanya Yuqi mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda, membuat Bulan yang selesai berkemas menoleh ke arahnya.

Yuqi salah seorang sahabatnya selain Yeri. Gadis itu mengikuti ekskul karate sama sepertinya juga. Biasanya ia akan pulang dengan gadis itu. Tapi, kayaknya untuk sekarang tidak. Katanya, Yuqi dijemput ayahnya.

Motor gadis itu ada di bengkel katanya. Kalau seperti ini, Bulan mungkin akan naik angkutan umum.

"Angkutan umum kan, ada. Bus? Kayaknya pake bus."

Yuqi mengangguk singkat, memakai tas nya. "Uang masih ada?"

Bulan merogoh saku seragamnya, mengangguk yakin. "Ada."

"Kalau gitu gue duluan, ya?" Yuqi menepuk pundak Bulan, bermaksud pamit.

"Hati-hati." Bulan melambai, Yuqi balas tersenyum.

Melihat sosok Yuqi yang mulai menjauh dan hilang dari pandangan, memastikan gadis tomboi itu tidak kembali lagi, Bulan merogoh kembali saku seragamnya.

Ia barusan berbohong pada Yuqi. Katanya ada uang, padahal sepersen pun tidak bersisa uang jajan nya. Hari ini Bulan terlalu boros. Cuaca terasa panas, Bulan cepat terasa haus. Makanya, uang nya ia habiskan untuk membeli beberapa air minum di kantin seharian.

Mengerucutkan bibirnya, ia mengecek pada ponselnya yang mati. Ia lupa membawa charger. Ini semua gara-gara latihan karate yang mendadak. Banyak persiapan yang ia lewatkan.

Melangkahkan kaki menuju gerbang yang terbuka, mau bagaimanapun Bulan harus sampai ke rumah segera. Dan tampaknya, hari ini ia harus berjalan kaki. 

Sekolah bahkan sudah sepi. Tidak ada tanda-tanda kehadiran siswa lain, Bulan heran kenapa hari ini penderitaan nya sempurna sekali. Dari a sampai z semua ada. Kalau sekarang tiba-tiba ada keberuntungan, apa dia harus bersujud sebagai wujud syukur?

"Bulan!" Panggil seseorang diikuti suara deru motor, membuat Bulan menoleh.

Bulan mengernyit heran sekaligus kaget. Ia tidak menyangka akan bertemu laki-laki itu sekarang. "Mark?"

Mark tersenyum di atas motornya, menghampiri Bulan yang sudah berhenti berjalan.

Mereka teman satu kelas, tapi sejujurnya mereka tidak begitu dekat. Hanya saling tahu nama, bertegur sapa seperlunya. Walaupun Lucas sahabat Mark adalah sahabat Bulan, mereka berdua tidak akrab sampai harus dibilang teman dekat.

Hanya teman sekelas.

Cukup mengagetkan Mark kalau Bulan belum pulang sekolah padahal sudah jam setengah lima.

"Baru pulang sekolah?" Tanya Mark masih tersenyum, walau sedikit heran.

Bulan mengangguk, "tadi latihan karate dadakan. Makanya baru pulang. Kamu?"

"Biasa, Lan. OSIS." Bulan pun mengangguk-anggukkan kepalanya. Berseru pelan, ia lupa kalau Mark pastinya baru saja mengurus OSIS. Secara, laki-laki itu adalah ketua nya.

OSIS itu organisasi yang dadakan nya lebih banyak daripada ekskul lain. Kalau latihan karate Bulan baru kali ini dadakan, mungkin berbeda dengan OSIS yang bisa dadakan sampai setiap hari.

"Kamu mau ke halte? Naik bus?"

Meringis pelan, Bulan menggeleng. "Jalan kaki." Katanya malu-malu, Mark jadi terkekeh pelan.

"Pulang sama aku aja, yuk." Ajaknya menepuk jok belakang motornya yang kosong. "Bahaya perempuan pulang sendiri. Udah mau malem juga."

"Ah, enggak usah deh, Mark." Tolak Bulan halus, menggeleng kecil.

Mark berdecak, menstandarkan motornya. Laki-laki itu menghampiri Bulan dan menariknya pelan.

Bulan hanya menurut.

"Aku mau jadi ketua OSIS yang baik, Lan." Katanya kembali naik ke atas motor, tersenyum pada Bulan. "Aku mau jadi teman sekelas yang baik juga buat kamu."

Ia memberi kode pada Bulan untuk ikut naik ke atas motor, sejenak Bulan ragu-ragu tapi akhirnya pun menurut.

"Nanti uang bensin nya aku ganti, ya?" Katanya sesaat motor dijalankan.

Mark masih bisa mendengar jelas, tawa nya terdengar. "Di mata kamu—aku ini perhitungan, ya?"

"Bukan gitu."

Mark tertawa melihat Bulan dari kaca spion nya. "Kamu suka naik motor matic kayak gini, atau motor gede kaya itu?"

Mata Bulan terarah pada motor besar yang ada di depan mereka, tampak gagah tapi bisa Bulan bayangkan bagaimana tersiksanya kalau diboncengi pakai motor besar seperti itu. Pasti lelah.

Meringis ngeri, Bulan menggelengkan kepalanya. "Enakan motor matic."

Mengangguk samar, Mark kembali bersuara.

"Kalau besok aku bonceng kamu pake motor matic lagi kamu mau, ya?"

Apa Bulan harus bersujud di jalanan sekarang sebagai wujud rasa syukurnya?

Hari ini masih ada kata beruntung untuk Bulan.


•••


Kalian mau gak dibonceng motor matic sama Mark?

Ramein terus ya luvv 💚💚💚💚

Dyu sayang kalian banyak-banyakkkk 💚💚💚💚💚💚

Kalian jaga kesehatan yaa 💚💚💚 kalau kalian sakit siapa yang support Dyu 💚💚💚💚💚💚


💚💚💚💚💚💚💚💚💚💚💚💚💚💚

Ingat yaaa jaga kesehatan!

Sementara | Mark Lee✔️[Completed]Where stories live. Discover now