09

1.1K 277 25
                                    


"Berarti kalau hasilnya ditambah sama hasil sebelumnya, maka—"

Handphone Bulan berdering ketika dirinya sibuk menulis.

Meletakkan pena nya, Bulan mengambil handphone nya yang sengaja diletakkan di dekatnya.

Satu panggilan masuk dari Mark tidak sempat ia angkat. Keningnya berkerut heran.

Tak lama masuk lagi panggilan lain dari Mark, tidak butuh waktu lama ia langsung menjawab panggilan laki-laki itu.

"Halo?"

"Hai. Sibuk, ya?" Tanya Mark ketika suara beratnya menyapa telinga Bulan.

Bulan tersenyum, "enggak, kok."

"Lagi ngapain emangnya?"

"Kerjain Matematika."

"Berarti sibuk, dong."

"Enggak banget, kok. Serius."

Mark terkekeh pelan, "masalah kayak gini aja jadi perdebatan, ya? Lucu banget kita."

Bulan mengangguk setuju seraya dirinya terkekeh pelan.

"Kamu ngapain Mark?"

"Aku lagi di ruang OSIS."

Alis Bulan bertaut, "semalam ini?"

"Iya." Jawab Mark tanpa ragu, "kerjain beberapa tentang festival sekolah yang aku bilang itu, loh."

"Aku ganggu, dong?"

"Enggak, lah." Mark menjawab tanpa jeda, "aku yang telpon kamu duluan, berarti aku enggak merasa terganggu. Tapi—"

"Tapi?"

"Merasa ditemenin."

Bulan tersenyum, "mau aku temenin di sana, gak? Kayaknya aku bisa izin pergi ke sana buat nemenin kamu."

"No! Jangan!" Sentak Mark membuat Bulan berjengit kaget.

"Mark? Kamu bikin aku kaget."

"Ah, maaf." Katanya terdengar menyesal. "Aku kaget aja kamu mau nemenin aku ke sini."

Mark menghela napasnya, "jangan ya, Bulan. Ini udah malam. Ditemenin nelpon sama kamu kayak gini aja udah cukup, kok."

Bulan berseru pelan, mengangguk paham. Ia rasa pun sedikit berlebihan jika ia harus keluar selarut ini ke sekolah hanya untuk menemani Mark dengan tugasnya sebagai ketua OSIS.

"Aku boleh minta sesuatu gak? Sebagai gantinya?"

"Apa?"

"Video call? Kayaknya aku cuma butuh itu. Boleh?"

"Boleh, kok. Tapi tunggu bentar ya."

"Kenapa?" Tanya Mark yang tidak dijawab Bulan, lalu laki-laki itu bertanya lagi, "mau dandan dulu, ya?"

"Tunggu bentar, Mark." Balas Bulan yang sibuk menyisir rambutnya, memakai pelembab bibir serta bedak tipis agar wajahnya sedikit lebih baik untuk dilihat, daripada beberapa waktu lalu.

"Jangan dandan, Bulan. Kamu cantik gimanapun kamu, kok."

Bulan berdecak pelan, "jangan gombal, Mark. Gak mempan."

Mark terkekeh, "kok gombal, sih? Aku kan, ngomong serius."

Bulan hanya mendengus pelan, berkaca sekali lagi memastikan penampilannya bagus atau tidak.

Setelah dirasa siap, Bulan neletakkan handphone nya dengan baik, menyiapkan sudut yang pas agar dirinya terlihat baik di depan kamera.

"Udah?" Tanya Mark.

"Udah." Bulan menjawab, tak butuh waktu lama panggilan berubah menjadi panggilan video.

Bulan tersenyum tipis ketika wajahnya terpampang di layar, begitupun dengan Mark yang sudah tersenyum juga.

Mark memakai Hoodie abu-abunya, tampak guratan lelah di wajahnya tapi tidak mengurangi kadar ketampanannya. Ditambah kaca mata yang bertengger di batang hidungnya, Mark tampak tampan dengan tampilan apa adanya.

"Cantik." Kata Mark bergumam pelan, tapi masih bisa didengar Bulan.

Gadis itu menahan senyumnya, tersipu malu sebab dipuji. Mark tertawa pelan menyadari itu.

"Kamu sendirian, Mark?"

"Awalnya sih, enggak. Ada Mina sama Dejun bantuin, tapi aku suruh mereka pulang."

"Kenapa?"

"Mina perempuan. Gak etis aja rasanya dia masih disini sampe larut gini, kalau Dejun ditelpon sama orangtuanya. Katanya ada keluarga yang masuk rumah sakit."

Bulan mengangguk paham, "kerjain apa sih, sebenarnya?"

"Kerjain proposal." Jawab Mark singkat, dengan jarinya yang sibuk mengetik.

"Acaranya udah mepet banget?"

"Lumayan." Mark menggumam pelan, "dua Minggu lagi acaranya, besok udah mesti di umumim di sekolah."

"Itu mepet banget, Mark."

"Sebenarnya ini semua udah disiapin dari dua bulan lalu. Tapi disiapin cuma sama pengurus inti dulu, bukan keseluruhan yang jadi panitianya." Kata Mark menjelaskan, lalu menghela napas.

"Padahal proposal nya udah di acc, loh. Eh, malah diminta rubah beberapa tadi. Mana mepet banget, besok deadline nya."

"Kok bisa gitu?"

"Gak tau. Besok pokoknya udah harus selesai. Soalnya besok kepala sekolah pagi-pagi udah mau pergi. Jadi, harus minta tanda tangan nya lebih pagi dari jam dia pergi."

"Nginep aja Mark, di sekolah." Gurau Bulan, tertawa pelan.

Mark menganggukkan kepalanya, "boleh juga." Lalu ia ikut tertawa pelan bersama Bulan.

"Besok apa-apa kegiatan kamu di sekolah? Berarti kamu enggak masuk kelas dari pagi, dong?"

"Hm—" Mark berpikir sebentar, "kalau aku sempet masuk kelas sih, aku bakal masuk kelas. Soalnya besok setelah minta tanda tangan, aku mau rapat koordinir semua panitia. Jadi, besok panitia udah langsung mulai kerja."

Bulan mengangguk paham, diam sejenak memerhatikan Mark yang kembali fokus dengan kerjaannya.

"Berarti, besok kamu sibuk banget, ya?"

Pertanyaan Bulan membuat Mark diam, laki-laki itu kini memandang Bulan yang diam juga memandang ke arah lain.

"Besok pasti aku sempetin ketemu kamu, kok." Kata Mark membuat Bulan memandangnya. Laki-laki itu tersenyum, mengacungkan jari kelingkingnya, "janji."

•••

Semoga bisa nemenin malam kalian yaaa 💚💚💚

Sementara | Mark Lee✔️[Completed]Where stories live. Discover now