22

1K 217 14
                                    

"anjing banget Lo! Ngeselin!" Kata Yuqi memandang Lucas memusuhi, sedang Yeri berdecak pelan mengusap punggung sahabatnya itu. Setidaknya mencoba membuatnya sedikit tenang walau percuma.

Lucas berdecak kesal, tidak terima disalahkan sepihak begini.

"Salahin Mark tuh! Jangan salahin gue!"

"Sama aja Lo sama Mark! Ngeselin!"


"Kok telinga gue gatal, ya?" Tanya Mark mengusap telinganya.

Naeun yang duduk di sebelahnya menoleh, memandang heran sebelum terkekeh pelan. "Ada yang ngomongin kali?"

Mark tampak berpikir sebentar sebelum mengangguk setuju dengan tebakan Naeun. "Kayaknya sih, iya. Habisnya tadi ada kejadian juga."

"Kejadian apa?" Tanya Naeun, Mark menggelengkan kepala.

"Biasa, Lucas. Dia ngeselin banget tadi. Kayaknya dia yang ngomongin gue."

Mendengar nama Lucas disebut, Naeun yang tahu bagaimana kelakuan laki-laki itu terkekeh pelan seraya mengangguk paham.

Pintu kantor diketuk sebelum akhirnya dibuka menunjukkan pelakunya adalah Dejun yang datang bersama Renjun.

"Bahaya nih, berduaan ruangan nya ditutup." Kata Dejun menegur, membuka pintu lebar-lebar.

Mark berdecak pelan, "mikir apa Lo? Lagian ruangannya ber-AC. Jangan dibuka, lah."

Dejun memandang AC yang terpasang di sudut ruangan. Baru menyadari yang satu itu, lantas menutup kembali pintu namun tidak serapat tadi.

"Udah sampai mana ngerjain LPJ nya, bang?" Tanya Renjun menghampiri, meneliti layar laptop dihadapan Naeun.

"Ga tau, Naeun." Kata Mark mengedikkan kedua bahunya.

Alis Dejun terangkat, "lah? Lo ngapain di sini deh kalau enggak bantuin?"

"Gue nemenin. Sedikit seenggaknya ada yang bisa gue bantu." Mata Mark memicing ke arah Dejun, "Lo kenapa sensian bener deh, sama gue?"

"Perasaan Lo aja." Balas Dejun acuh tak acuh.

Laki-laki itu ikut memerhatikan sejenak apa yang Naeun kerjakan, sebelum akhirnya ikut duduk bersama Renjun di salah satu sofa kosong.

Mark memandang keduanya sebentar, sebelum kembali sibuk memainkan handphone nya seperti beberapa waktu tadi.

"Ngapain ke sini, sih? Bukannya kalian ada kelas?"

"Kelas gue kosong." Kata Dejun lalu melirik ke arah Renjun, "kalau Lo kenapa, Njun?"

"Malesin. Pelajaran MTK bikin mumet. Jadi bilang aja gue ada urusan OSIS." jawabnya santai, tak peduli degan decakan nyaring dari Mark.

Dejun mengangkat tangannya, mengulurkan nya pada Renjun. Mereka berdua bertos ria. Dejun seakan setuju betul dengan jawaban Renjun barusan.

"Salah banget gue kayaknya milih anak buah. Masa OSIS dijadiin alasan bolos, sih?"

Renjun berdecak pelan, "Lo sendiri juga gitu."

Dejun mengangguk setuju, "tadi gue liat kelas Lo diajar MTK juga, tuh."

"Karna gue baik, gue izinin deh Lo berdua bolos di sini." Mark menoleh ke arah keduanya, melempar senyum sok manis.

Renjun dan Dejun tak tahan untuk tidak mencibir, sedang Naeun yang dartadi menyimak terkekeh pelan.

"Mark ini estimasi dana nya coba bantu teliti." Kata Naeun menyerahkan buku catatan yang bertuliskan dana-dana yang keluar ketika festival kemarin diadakan.

Mark menarik kursinya mendekat, menerima buku catatan yang Naeun berikan.

Dejun menyenggol lengan Renjun. Adik kelasnya yang semula memejamkan mata itu melirik ke arahnya. "Apa bang?"

Dejun menunjukkan layar handphone nya, "Mabar ayoklah."

Renjun mendengus pelan, mengeluarkan handphone nya. Ia menunjukkan layar handphone nya juga, menunjuk ke arah presentase baterainya.

"Lowbat." Katanya memperjelas, Dejun menghela napas pelan.

Laki-laki itu lantas menoleh ke arah Mark yang sibuk membawa buku laporannya.

"Mark, hp Lo lowbat gak?" Tanyanya, Mark menjawab hanya dengan gelengan kepala.

"Renjun pinjem main game, dong."

Mark melirik ke arah handphonenya lalu ke arah Dejun sebentar. Ia mendorong handphonenya ke arah Dejun, "pake aja."

Dejun tersenyum lebar, mengambil alih handphone Mark dan melemparnya ke Renjun.

Renjun menatap Dejun kesal. Untung saja laki-laki itu cekatan, handphone Mark yang dilempar ke arahnya jadi tidak jatuh ke lantai. Lain urusannya kalau jatuh, bisa berabe. Iya kalau Mark memaafkan. Kalau Mark mengomel lebih dulu, lalu mereka berdua disuruh mengganti kerusakan?

"Anjir Lo, bang. Kenapa enggak Lo buang aja sih, hp nya?" Renjun bertanya sarkas pada Dejun, laki-laki itu mengedikkan bahu acuh tak acuh.

"Cepet log in." Titahnya.

Renjun dan Dejun kemudian sibuk bermain game tidak menghiraukan Mark dan Naeun yang sibuk berdiskusi. Keduanya tidak niat membantu sang ketua dan sekretaris, kedatangan mereka murni untuk membolos bukan untuk membantu.

"Permisi.." suara berat diikuti suara ketukan pintu menginterupsi keempatnya untuk menoleh.

Ada Jeno yang tersenyum sampai matanya membentuk segaris, bersama Bulan yang mengintip dari balik tubuh laki-laki itu.

Mereka tersenyum.

"Kenapa Jen?" Tanya Mark bangkit dari duduknya, tersenyum begitu mata nya bertemu dengan mata Bulan.

Bulan tersenyum membalasnya.

Dejun memicingkan mata, menyenggol lengan Renjun. Renjun menoleh, ia tahu apa yang akan kakak kelasnya itu katakan.

"Ketua Lo bucin. Liat tuh, senyum-senyum." Katanya terus memicingkan mata.

Renjun berdecak pelan, "ketua Lo juga, bang."

"Kita mau minta contoh proposal." Kata Jeno, mengundang kernyitan di kening Mark.

"Proposal apa?"

"Oh—kalian mau minta proposal pengajuan dana itu, ya." Naeun dari tempatnya menyahut, bangkit dari duduknya segera menuju di mana tas nya berada.

Jeno menganggukkan kepalanya.

"Proposal pengajuan dana mau untuk apa?" Tanya Mark heran, merasa pertanyaannya belum terjawab.

"Mau ajuin belanja barang-barang yang kurang. Ada beberapa yang rusak, latihan karate jadi terhambat." Jelas Jeno bertepatan dengan Naeun memberika proposal nya, Jeno lalu menyerahkan nya pada Bulan yang daritadi berdiri di belakangnya.

"Simpan yang bener ya, kak." Kata Jeno lembut, Bulan mengangguk.

Mark meneliti keduanya, lebih tepatnya interaksi yang terjalin antara Jeno dan Bulan.

"Makasih ya, Naeun." Kata Bulan ramah, Naeun menganggukkan kepala.

Bulan melempar senyum pada Mark, mau tak mau laki-laki itu membalasnya.

"Yuk." Kata Bulan menarik ujung seragam Jeno, mereka berdua pergi kembali entah ke mana.

Kini berganti Renjun yang menyenggol lengan Dejun setelah cukup lama daritadi memerhatikan Mark.

Dejun menoleh dan memandangnya penuh tanya.

Tanpa ditanya lebih jelas, Renjun menjawabnya.

"Ketua Lo cemburu tuh, bang."


•••

Sementara | Mark Lee✔️[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang