12

1.1K 246 21
                                    


Bulan mati-matian menahan senyumannya, beberapa kali menghentakkan kakinya saat pikirannya melayang pada kejadian di pinggir lapangan.

Dimana pertanyaan Mark berhasil membuat kupu-kupu berterbangan di perut Bulan. Gadis itu bahagia bukan kepalang, si ibu yang memerhatikan tak jauh dari tempatnya memandang heran.

"Kamu tuh, kenapa sih?"

"Kenapa apanya, Bu?" Bulan balik bertanya, tidak melunturkan senyumannya.

Sang ibu menghela napas, "senyum-senyum, gitu. Kamu kenapa?"

"Ah, enggak." Bulan menggelengkan kepalanya, perlahan senyumannya ia tahan.

Tak lama itu masuk satu notif di handphone nya, buru-buru Bulan memeriksa notif masuk tersebut.

Bulan tidak tahu jika Ibu memerhatikan gerak-geriknya, bahkan raut wajahnya yang kembali senyum sumringah.

Anak gadisnya itu terlihat mengetikkan sesuatu, membuatnya memicingkan mata curiga.

"Kamu ada pacar ya, Lan?" Tembang sang Ibu membuat Bulan kaget.

"Hah?"

"Kamu ada pacar, kan?"

"Enggak, kok." Bulan menggeleng kaku, "ibu nuduh, ih! Siapa juga yang pacaran."

"Pdkt?"

"Enggak ada Bu!" Bulan membantah segera.

Ibu memandang dengan tatapan mata tidak percaya, "ibu tau, ya. Kak Doyoung juga ada beritahu ibu."

Bulan berdecak pelan, "mana ada! Dia tuh pembohong! Ibu mah, gitu. Masa percaya sama dia daripada anak ibu sendiri?"

"Udah, ngaku aja." Ujar ibu terus mendesak, "siapa namanya?"

"Enggak ada, Bu."

"Pas kemarin itu kak Doyoung ada cerita, kalau gak salah—Mar? Mak? Marek? Eh, Mark?"

"Mark, Bu."

"Nah! Itu."

Bulan menghela napasnya, menggelengkan kepalanya, "dia cuma temen, Bu. Kita gak ada hubungan apa-apa, kok."

Ibu berdecak tidak percaya, "mana ada temen sampe dimasakin sama kamu."

"Ya ada, lah!" Bulan lalu mengerucut sebal, menonton televisi yang diacuhkan oleh keduanya sedaritadi. "Lagian, cuma masakin kok hebohnya bukan main." Katanya masih menunjukkan kekesalan.

"Lah, iya dong." Ibu menyahut, ia juga turut menonton televisi nya kembali, "kamu masakin kak Doyoung kamu aja, perhitungannya bukan main. Lah, sih Mark? Ikhlas dari hati, ya?"

Bulan mendengus pelan, "ibu ngarang. Pinter banget ngarang nya sama kayak kak Doyoung. Pas tuh, ibu buat skenario sinetron kayak di tv." Kata Bulan menunjuk ke arah televisi yang memang menayangkan sinetron.

"Kenalin ke ibu, Lan."

Bulan mendelik curiga, "kenalin apanya?"

"Mark tuh, dikenalin ke ibu. Ibu mau liat, siapa sih yang bisa bikin anak ibu senyum-senyum sendiri." Kata Ibu menjelaskan, lalu melanjutkan.

"Udah tujuh belas tahun kan, ya? Kamu?"

Bulan mengangguk. "Umur anak sendiri lupa." Gumamnya menyindir, tapi ibu tak acuh.

"Tujuh belas tahun ibu rawat kamu, baru kali ini ibu liat senyuman jatuh cinta kamu itu."

Bulan berdecak kesal, bangkit dari duduknya. "Ibu makin ngelantur, ah! Mending ibu tidur, sana."

"Lah? Marah?" Ibu memandang Bulan heran, sementara anak gadisnya itu tampak merengut kesal pergi menuju lantai dua rumahnya. Bulan menuju ke kamarnya.

"Bulan! Heh! Ibu belum selesai ini!" Pekik ibu mencoba membuat Bulan balik duduk bersamanya, namun hasilnya nihil. Langkah Bulan justru makin menjauh bersamaan dengan balasannya,

"Bulan gak mau denger ibu ngomong aneh-aneh!" Katanya.

Ibu menggelengkan kepalanya, sudah tidak asing lagi dengan sikap Bulan yang memang demikian.

Di kamarnya, Bulan duduk di pinggiran kasur masih mengerut kesal pada sang ibu.

Notif masuk ke dalam handphone nya, cepat ia membuka notif masuk tersebut.

Senyumnya terbit.

Mark
Blm mau tidur Lan?

Blm Mark

Mark
Bsk ga ada tugas kan kita?

Gak ada kok

Mark
Baguslah
Jdi aku bisa fokus sama OSIS dulu.

Besok kamu ngapain lagi?
Masih koordinir kepanitiaan?

Mark
Iya nih.
Bsk selain koordinir kepanitiaan
Aku mau rapat sama ketua ekskul.

Ketua ekskul?
Buat?

Mark
Ya buat festival lah.
Kamu cuma ikut karate kan?

Iyaa

Mark
Ketuanya?

Yohan
Kenapa?

Mark
Enggak
Aku kira kamu

Kalau aku emang kenapa?

Mark
Ada kesempatan dong ketemu

Besok kamu sibuk bgt?

Mark
Enggak juga.
Bsk aku bakal Msk kelas kok
Tapi habis jam istirahat kedua.

Ohh gitu

Mark
Tenang Lan.

Apanya?

Mark
Bsk kita pasti ketemu kok.
Kamu kan juga bagian dari waktu
Penting aku.

Gombal.

Mark
Loh?
Kok gombal?
Read.

Mark
Loh?
Cuma di read?
Read.

Bulan mengulum senyum nya, melempar handphone nya asal.

Pikirannya hanya tertuju pada ucapan Mark di chat tadi, yang menyatakan bahwa ia adalah salah satu waktu penting bagi laki-laki itu.

Menarik napas panjang lalu menghembuskan nya perlahan. Bulan butuh yang namanya ketenangan jiwa.

"Gawat banget kalau sama Mark bikin bengek terus." Katanya menggumam, kembali tersenyum.

Menggulingkan badannya di atas kasur, Bulan masih tersipu malu.

Bulan memang sedang jatuh cinta.

•••


Double update ah, menebus kesalahan tadi yang salah update huhuhu

Untung cepet dihapus. Kalau enggak udah dapet spoiler kaliann hahahaha

Sayang kalian banyak-banyakkkk 💚💚💚💚💚💚💚💚💚💚💚💚

Sementara | Mark Lee✔️[Completed]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin