Awal Pelarian

192 106 141
                                    

Welcome to my area...
Bismillah..
Cerita ini murni imajinasi saya. Jika ada kesamaan nama, tempat, karakter, visual. Itu merupakan ketidaksengajaan dan di luar kuasa saya.

Enjoy guys🍁





Suara tembakan menyerbu dimana-mana, sesekali suara ledakan ikut mengiringi pelarian mereka. Pelatuk itu terus bergerak tanpa henti membidik musuh yang terus mengintai tanpa lelah.




Dorr




Dorr



Kericuhan tiba-tiba menghilang kala sekelompok orang itu memasuki pemukiman warga yang tampak ramai. Area perbelanjaan itu tak terusik sedikitpun oleh kehadiran segerombol pemuda yang kini memasuki wilayah pasar dengan berlari kencang. Seolah tak ada apa-apa mereka berjalan santai memasuki toko roti dengan kursi dan meja santai di dalamnya. Senjata api tadi hilang seketika, tak ada lagi kericuhan tak ada lagi teriakan kesakitan. Semua normal seperti biasa...

"Mereka tak mungkin mengejar kita ke sini. Kita punya waktu beristirahat sebentar," ujar salah seorang pemuda yang celingak-celinguk melihat keadaan sekitar toko yang nampak tenang. Jika dilihat dari auranya nampaknya dia pemimpin dari segerombolan pemuda itu.

"Apa mereka gila?! Mereka mengejar kita layaknya buronan," gerutu seorang pemuda dengan rambut berantakan namun malah terlihat sangat tampan. Javas namanya.

"Nyatanya kita memang buronan," sahut pemuda di sebelahnya memutar bola mata malas. Namanya Gempa.

"Heii kita hanya melarikan diri! Tapi mereka mengejar kita seperti seorang penjahat yang telah meledakkan satu kota. Kejam sekali,"

"Kupikir kau tak terlalu pikun untuk mengingat mereka adalah Mafia," timpal seseorang yang ternyata adalah seorang perempuan, Jiren namanya.

"Lebih tepatnya kita," ujar Prisha, salah dua gadis yang ada di sekelompok laki-laki tersebut.

"Kita harus cepat pergi dari sini, sebelum mereka nekat memasuki pemukiman warga," ucap pemuda berjambul khatulistiwa. Ettan namanya.

"Sayangnya aku masih haus, kau bisa pergi lebih dulu jika kau mau," sahut Galen yang tengah minum dengan rakus.

"Ada berapa banyak?" tanya Aglar, pemuda yang sepertinya pemimpin di kelompok tersebut.

Seolah paham dengan pertanyaan Aglar, Gempa menjawab mantap "ada delapan orang, enam laki-laki dan dua perempuan."

"Bagaimana dengan yang lain?" tanya Ettan sambil menaruh gelas yang baru ia minum.

"Sekitar 70 orang lebih. Kita semua terpencar, terbagi menjadi beberapa bagian," jawab Gempa lagi sambil melihat jam tangan yang menampilkan gambar koordinator seperti sebuah garis-garis warna warni dengan satu titik merah di tengahnya.

"Jumlah yang besar," gumam Galen.

"Sebutkan semua anggota tim kita. Kita harus sampai dengan formasi lengkap seperti ini hingga akhir" suruh Aglar pada teman-temannya.

"Biar aku saja," Rayn mengajukan diri. "Ada Ettan, Gempa, Javas, Jiren, Prisha, aku Rayn, Galen, Aglar,"

"Ok, kita harus inget. Ada delapan orang, jangan sampe terpisah" semua mengangguki ucapan Aglar.

"Planning berikutnya?" pertanyaan Ettan membuat hening seketika.

"Gimana caranya kita harus bisa keluar dari pulau ini, ada beberapa pilihan. Darat, laut, udara..." Aglar kembali membuka suara.

"Mereka pasti telah memblokir seluruh akses untuk kita keluar dari pulau ini," gumam Ettan.

"Kecuali kapal wisatawan siang ini,"

Ucapan Rayn membuat seluruh teman-temannya menengok. "Ada kapal besar yang akan membawa para wisatawan pulang siang ini, menurut info mereka tak akan mempersulit sistemnya. Hanya membayar uang, mendapatkan tiket dan kita bisa naik," Rayn meneruskan ucapannya.

"Dimana?"

"Ujung Dermaga, perlu waktu 1 jam untuk ke sana,"

"Ok! Kita berangkat" Javas berdiri semangat, namun teman-temannya masih diam di tempat. "Semakin lama berpikir semakin banyak membuang waktu," Javas berujar kembali dan teman-temannya langsung bergegas.
















Sebuah pulau besar yang terletak menyendiri di perairan Asia itu memiliki berjuta rahasia. Bahkan organisasi gelap yang tengah berdiri kokoh di tanah itu pun tak banyak yang tau. Hanya orang-orang tertentu dan para aparat kepolisian yang telah mengincarnya sejak lama, khususnya di kawasan Asia.

Eksistensinya bahkan tak terindahkan, pulau ini cukup banyak meraup wisatawan asing yang ingin berkunjung untuk hanya sekedar liburan. Berbagai gedung pencakar langit menjadi deretan aset berharga yang ada di pulau ini. Bahkan mereka memiliki bandara besar yang menghubungkan antar negara. Tak dapat dijelaskan rinci, namun pulau ini memiliki tempat wisata yang dapat menarik para wisatawan untuk berkunjung.

Namun siapa sangka pulau itu memiliki sisi gelap yang tak banyak orang tau...

Dan pulau itu bernama............... Antera






TBC


Ini hanya cerita amatir dan abal-abal, tapi entah kenapa punya keberanian buat ngepublish wkwk.

Makasiiii yang udah sempetin buat baca.
Jan lupa like komen and subkreb yaa

Peach Kart

SIONTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang