4. Santai Seperti di Pantai

96 81 24
                                    

"Konon katanya saat kita menjulurkan lidah.  Kita tak dapat mengucapkan huruf B"

Silahkan dicoba

..........

****

Angin semilir sore tak dapat menetralkan aura ketegangan di ruangan itu. Sekelompok laki-laki berjumlah sekitar enam orang yang baru saja datang itu tertunduk takut merasakan aura intimidasi dari lima orang pria dan dua perempuan di hadapannya. Mata mereka sama sekali tak teralihkan pada sekelompok laki-laki yang baru datang itu. Bahkan ada yang berkeringat dingin memegang tas tenteng yang masing-masing mereka pegang.

Beberapa jam lalu Ettan memesan jasa dari pegawai salon untuk perawatan rambut dan pijat. Menurut info salon itu adalah yang terbaik dari kota ini. Namun siapa sangka, yang datang malah sekelompok pria setengah matang alias kemayu yang sekarang berada di hadapan mereka.

"Apa-apaan ini Ettan?!" protes Jiren yang mencoba mencerna apa yang terjadi.

"Kau ini bagaimana sih my baby Jiren....." Ucapan Ettan terpotong kala melihat dua pasang mata yang menatapnya sengit di pojokan.

"Ralat, maksudku honey..." Lagi-lagi ucapannya terhenti kala mata itu tak lepas menatapnya. Kali ini lebih ganas.

"Oke..oke.. Orzala Jiren Gantari, bukankah kau yang bilang ingin hiburan? Nah ini aku sudah mewujudkannya untuk kita semua ya kan," Ettan menghela nafas menyebut nama panjang Jiren secara lengkap saat Javas tak mengalihkan pandangannya pada Ettan sedari tadi.

"Kau ini gila, sinting atau bagaimana?" kali ini Gempa yang bersuara tak kalah kesal pada Ettan.

"Maksudku bukan seperti ini Ettan. Kita kan bisa pergi keluar pergi cari angin atau apapun itu. Bukannya malah seperti ini," Jiren menggaruk-garuk rambutnya yang tak gatal.

"Justru ini hiburan yang kita perlu sekarang. Kawan-kawan," Ettan beralih menatap teman-temannya. "Kita sudah menghabiskan cukup tenaga dari perjalanan panjang kemarin. Sekarang waktunya kita merenggangkan otot," ujar Ettan sumringah. "Refleksi dikit lah.." sambungnya lagi.

"Setidaknya bisa kah kau cari yang lebih matang," cibir Prisha pada Ettan, matanya menatap pada sekompok pria yang yang menenteng tas menatap mereka takut, jumlahnya sekitar 6 orang.

"Ini stok terakhir," bisik Ettan pada teman-temannya. "Mereka bilang, ini yang terbaik,"

"Sejujurnya aku juga terkejut yang datang seperti ini. Ini benar-benar di luar perjanjian ku kemarin dengan pemilik salon,"  Ettan kembali berbisik dengan sangat pelan, hanya pada Prisha dan Jiren. Agar yang lainnya tak mendengar.

"Mana ada yang terbaik jadi stok terakhir?" sahut Rayn mendengar ucapan Ettan.

"Sudahlah diam saja, kita nikmati saja ok," hibur Ettan pada teman-temannya.

"Nikmati pala kau, aku tak mau. Kau saja," sungut Javas mendelik menatap sekelompok pemuda setengah matang di depannya, hingga para lelaki itu menunduk takut.

"Tidak ada penolakan! Aku sudah membayar mahal-mahal masa dibatakan. Aglar saja tak protes, kenapa kalian begitu sewot" ujar Ettan.

"Kata siapa?" Aglar membuka suara, "Rasanya aku benar-benar ingin memelintir sedikit lehermu," kalimat terakhir Aglar memang bernada sangat santai. Namun mampu membuat Ettan membeku di tempatnya.

"Hei Bung, ayolah. Bisa kah kalian hargai kerja kerasku? aku sudah bersusah payah menyiapkan ini semua dan kalian menolaknya? Sungguh kejam," Ujar Ettan mendramatisir.

SIONTERWhere stories live. Discover now