2. Penyelundup Terlarang

141 97 113
                                    

"Dunia ini tak akan kehilangan orang baik. Jika kau tak menutup mata"

..............

****

Pukul 23:45

Bangunan besar nan kokoh itu berdiri gagah di tanah lapang jauh dari pemukiman. Seperti disiapkan khusus untuk wilayah kekuasaan markas itu. Nuansa serba hitam menyerbak di setiap penjuru ruang. Beberapa alat-alat canggih nampak berjejer rapi memenuhi bangunan itu. Setiap orang yang berlalu lalang nampak menggunakan penutup wajah yang menutupi setengah dari wajah mereka dengan pakaian serba hitam. Tak ada yang menampakkan wajah secara gamblang, semua terhalang penutup wajah itu.

"Sudah mendengar kabar dari mereka?" nampak seorang pria berbadan proposional duduk santai menyeruput kopi dengan kaki kanan yang ia topangkan pada kaki sebelahnya.

"Saya sempat menemukan mereka di kapal menuju kota, namun setelahnya kami kehilangan jejak," sahut seorang pria yang berdiri tepat dihadapan meja yang dipenuhi catur.

Sedangkan pria di seberangnya itu menyempatkan diri untuk menyeringai sebelum menaruh kopinya ke atas meja. "Sesulit itu kah? Berapa yang kau dapat?" tanya orang itu santai.

"Sekumpulan anak emas yang tak lebih dari delapan orang. Kami akui, kami kurang persiapan. Tapi saya akan pastikan, mereka akan segera tertangkap," jawab pria di seberangnya percaya diri.

"Tak usah banyak bicara, segeralah buktikan Derios," pria itu menggerakkan anak caturnya.

Tukk

"Mendapatkan 70 orang saja sepertinya kau kewalahan. Bagaimana bisa kau mau mengambil alih tugasku. Kau bercanda?" lanjutnya tertawa remeh, membuat Derios terdiam ditempatnya.

"Saya hanya perlu waktu Bos," ucap Derios sebiasa mungkin, menyembunyikan perasaan kesalnya.

"Aku tak ingin membuang waktu mendengar omong kosongmu. Pergilah!"

Setelah mendengar kalimat menyakitkan itu Derios melangkah pergi tanpa meninggalkan sepetah katapun. Ia hanya membungkuk sedikit lalu melangkah cepat meninggalkan ruangan tersebut.
















****

Pukul 16:30

7 jam sebelumnya...

Air lautan nampak tenang, udara dingin semakin terasa kala cuaca di langit nampak menghitam.

"15 menit lagi kita akan mencapai tujuan"

Suara pemberitahuan dari dalam kapal menyadarkan Aglar dari lamunan panjangnya. Ia menatap lautan dengan raut wajah tak terbaca. Kepalanya sangat kalut memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi.

"Jangan berpikir jika kau ingin bunuh diri," sebuah suara membuat Aglar dengan cepat menengok ke samping kirinya. Disana ada Gempa yang sedang tersenyum singkat.

"Bicara apa kau," jawab Aglar tak bersemangat.

"Kau memandang laut seperti orang yang sedang putus asa dan tak punya harapan," balas Gempa terkekeh memandang lautan.

Aglar balas terkekeh sebentar. "Tak apa. Hanya sedang memikirkan beberapa hal," ujarnya mengedikkan bahu.

"Mungkin kami dapat membantu kalian,"

Aglar dan Gempa serentak menengok ke arah belakang mencari sumber suara. Seoarang gadis muda dan beberapa orang di belakangnya. Salah dari beberapa penumpang kapal tadi.

SIONTERWhere stories live. Discover now