1. Taktik Cerdik

164 101 139
                                    

"Kelak kita Akan dipertemukan oleh dua persimpangan yang mengharuskan kita memilih untuk keluar atau bertahan di zona nyaman"

............

****






Mereka kembali melakukan perjalanan, kali ini tak ada lagi suara tembakan, semua berjalan aman hingga Pelabuhan. Amunisi yang ada di balik jaket hitam-hitam milik sekelompok pemuda-pemudi tersebut masih tersimpan rapi. Sebuah senapan sepanjang setengah meter dengan kecepatan penembakan yang kuat. Hingga pistol api genggam dan pistol listrik itu masih setia menemani setiap masing-masing dari mereka.

Pelabuhan tempat pemberangkatan kapal itu nampak ramai wisatawan yang akan pulang. Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang akhirnya Aglar dan kawan-kawan telah sampai di pelabuhan, mereka juga telah membeli tiket. Kapal ini akan menuju pusat Kota yang masih wilayah cakupan Pulau Antera. Mereka belum benar-benar dapat keluar dari pulau itu, setelah sampai di Kota barulah mereka mempunyai harapan besar untuk keluar dari Pulau Antera. Karena di sana juga terdapat Bandara besar yang memudahkan mereka untuk segera kabur melalui jalur udara.

"Ada masalah kecil kawan-kawan," Galen menunjuk menggunakan dagu menggiring teman-temannya melihat ke arah beberapa petugas yang sedang memeriksa setiap pengunjung menggunakan alat sensor.

"Sepertinya aku memiliki ide," ujar Prisha yakin.








Aglar telah mengantri di bagian paling depan diikuti oleh teman-temannya di belakang. Saat orang di depannya telah masuk Aglar melangkah maju, tak ada alarm berbunyi, tak ada yang mencurigakan, Aglar dipersilahkan masuk. Ettan yang tepat di belakang Aglar maju ke depan dengan membawa sekantung besar makanan yang ada di dekapannya.

Beberapa bungkus roti nampak terlihat di kantung berbahan kertas yang cukup besar itu. Belum sempat petugas itu memeriksa Ettan dia terlebih dahulu mengeluarkan suara "Arghh perut saya sakit sekali," rengeknya sambil memegang perut.


Bughh



Ettan menyerahkan sekantong makanan itu dengan kasar pada Aglar yang sengaja berjalanan lambat di depannya. "Tolong bawa Glar! Aku sudah tak tahan," rintihnya yang masih memegang perut.

Sebelum petugas itu mengeluarkan suara, Ettan menyela terlebih dahulu. "Pak, bisa tolong cepat! Ada sesuatu yang akan keluar sebentar lagi,"

Petugas yang mendengar perkataan Ettan tadi langsung segera memeriksa Ettan dan hasilnya pun aman, alarm tak berbunyi. Ettan langsung masuk tergesa-gesa dengan akting sakit perutnya. Semua teman-temannya di belakang juga dapat masuk dengan aman. Ide Prisha yang menyembunyikan seluruh senjata mereka di kantong makanan berjalan lancar.















****

"Aku tak yakin mereka tak mengejar kita hingga detik ini," ucap Gempa di tengah-tengah acara mereka mengemasi perlengkapan senjata dan memasangnya kembali di balik jaket. Saat ini mereka tengah berada di sebuah ruangan yang tersedia di Kapal itu.

"Sebentar lagi pasti ada pertunjukan," itu suara Aglar. "Mereka tak akan tinggal diam," lanjutnya kembali.
Hingga suara dari udara yang begitu nyaring mengagetkan mereka.

"Aishh.. suara itu tak begitu asing bagiku," gerutu Jiren.

"Apa?" tanya Gempa.

"Helikopter Ghanser," jawab Jiren singkat lalu keluar memastikan.

Hanya ada satu Helikopter yang tengah terbang di atas kapal, berjalan perlahan mengikuti laju kapal. Nampak terlihat sebuah lambang yang cukup besar bertuliskan "GHANSER" pada badan Helikopter tersebut.

SIONTERWhere stories live. Discover now