5. Terdeteksi

84 65 15
                                    

"Setiap jiwa memiliki sisi Protagonis dan Antagonis. Perihal mana yang akan mereka tonjolkan, itu kembali pada jiwa itu sendiri "
.......

*****

Menyusuri setiap sela kerumunan yang semakin padat. Dua orang berbeda gender itu kian memasuki area utama bangunan yang ramai pengunjung. Si pria berhenti, menunggu di deretan bangku panjang yang memang disediakan untuk para pengunjung. Sedangkan si perempuan terus melanjutkan langkahnya menuju sebuah meja tinggi dengan  kaca yang menjadi pembatas,  serta plang bertuliskan "Pemesanan Tiket" di atasnya.

Ia menundukkan sedikit badannya untuk berbicara pada orang di seberangnya melalui celah yang disediakan untuk berinteraksi.
"Saya ingin pesan 8 tiket,"

"Baik, tunggu sebentar Mba," sahut pegawai itu. "Sebelumnya, boleh saya lihat tanda pengenalnya?" sambungnya kembali.

"Untuk apa ya Mba?" Ia sempat menengok ke belakang melihat ke arah pria yang masih setia duduk menunggunya, sebelum matanya kini teralih pada pegawai itu kembali.

"Kami sedang melakukan pengawasan ketat untuk pelabuhan ini. Pemerintah sedang mencari buronan anggota mafia yang melarikan diri. Maka dari itu setiap pengunjung yang akan memesan tiket harus kami cek melalui tanda pengenal terlebih dahulu," jelas pegawai itu rinci.

Perempuan itu meneguk liur berat setelah mendengar penjelasan dari pegawai Pelabuhan tadi. Matanya melirik kesana-kemari, mencoba menetralkan raut wajahnya sebiasa mungkin.

"Kalo gitu saya tidak jadi pesan Mba. Saya lupa membawa tanda pengenal saya. Sebelumnya terimakasih," setelah mengucapkan kalimat itu ia melangkah pergi dengan tergesa-gesa.

"Aglar cepat pergi dari sini!" tangannya menarik tangan Aglar untuk segera meninggalkan Pelabuhan itu.

"Eh, Prisha ada apa? Kau sudah mendapatkan tiketnya?" Aglar bertanya bingung mengiringi laju langkah Prisha.

"Mereka ada disini, semua akses di Pelabuhan ini sudah di tutup untuk kita. Berita buruknya lagi, status kita menjadi buronan." Prisha berbicara setengah berbisik, agar tak ada satupun orang yang mendengar.

"Apa?!"












****

Ketukan sepatu yang senada itu terus beriringan berjalan menghampiri deretan orang yang berbaris rapi.
Satu tepukan berhasil membuat si empunya berhenti bersandar di dinding berlapis porselen bening yang tampah bersih dan mengkilap. Sedangkan sang pelaku kembali melanjutkan langkahnya.

"Selamat datang Mba, ada yang bisa saya bantu?" sambutan pegawai Bandara itu menjadi kalimat awal setelah gadis itu sampai di depan meja loket.

"Iya Mba, saya mau pesan tiket."

"Baik Mba, untuk berapa orang?"

"Delapan orang,"

"Sebelum melanjutkan prosedurnya, saya boleh minta tanda pengenalnya dulu?"

"Oh iya sebentar," gadis itu menyodorkan tanda pengenal yang ada di tangannya kepada staf Bandara tersebut.

"Tunggu sebentar ya Mba," Staf Bandara itu dengan lihai menaruh tanda pengenal tersebut ke tempat yang memang sudah tersedia. Dengan otomatis seluruh data diri dari sang pemilik tanda pengenal tertera di layar komputer. Bibir yang semula menyunggingkan senyum kini luntur, tergantikan dengan raut wajah tegang.

Orzala Jiren Gantari
Jir.G71.Ghanser
Terverifikasi.
Buronan

SIONTERWhere stories live. Discover now