8. Nelusur

93 60 123
                                    

"Saya berdoa agar kamu sembuh dari perang yang tidak pernah kamu umbar dan saya harap kamu membagikan kesaksian tentang kemenangan kamu suatu hari nanti."

......

'Unknown'

*****

Langit-langit ruangan yang nampak begitu megah itu menjadi pesohor atas setiap atensi yang menyambut deretan mata. Diukir dengan berbagai rupa dan ornamen yang begitu memukau. Tak terlewatkan bagaimana, lampu yang sengaja dibentuk menyerupai gerhana bulan merah darah dalam ukuran sangat besar itu kian menambah keterpukauan setiap jiwa yang melaluinya.

Dinding-dinding yang berasal dari kaca transparan itu dapat melihat dengan jelas keadaan di luar sana. Begitu mempesona dan penuh perhitungan oleh tangan seni yang menciptakan setiap jengkal ukiran ruangan itu agar tampak begitu luar biasa.

Jangan lupakan marmer dengan corak khas Timur Tengah terpasang rapi di setiap langkah yang terlalui.

Ruangan itu sepertinya tak pernah sepi pengunjung. Selalu ada saja orang yang berlalu-lalang untuk sebuah kepentingan. Namun sayangnya, wajah-wajah itu tak pernah terlihat dengan jelas, karena tertutup oleh penutup wajah berwarna hitam begitu juga dengan pakaian mereka yang senada. Kalian hanya bisa menghafal mata mereka, karena memang hanya itu yang dapat terlihat, selain rambut tentunya.

"Derios! Dimana Derios?!"

Teriakan seorang pria dengan badan tegap profosional. Begitu gagah, walau terlihat keriput di garis matanya. Kumis tipis itu seolah mematahkan fakta bahwa ia adalah seorang pria yang berusia lebih dari setengah abad.

"Kk-king?" Seorang pemuda dengan penutup wajah tergagap melihat seorang pria yang saat ini tengah berteriak lantang memanggil nama seseorang. Ia memberikan diri untuk menyapa.

"Dimana Derios?! Aku benar-benar akan memenggal kepalanya!" Geram pria itu mendapatkan atensi orang-orang yang tengah berlalu lalang di ruangan terbuka tersebut.

"Untuk apa anda turun tangan langsung mencari Derios?" Pemuda itu kebingungan. "Biar saya saja yang mencarikannya---"

"Tidak perlu!" Pria itu memotong pembicaraan sang lawan bicara dengan berkacak pinggang. Sesekali menyibakkan outher panjang selututnya asal. "Aku akan mencarinya sendiri."

"T-tapi King," pemuda itu mencoba mencegah pria yang dipanggilnya King tadi saat hendak melangkah pergi. "Derios sedang tidak ada di markas. Seharian ini saya tidak melihatnya," sambungnya kembali.

Hingga mendapat respon terkejut dari sang lawan bicara. "Apa?! Setelah mengacaukan kota, dia bahkan tidak melapor padaku. Dan sekarang dia pergi entah kemana. Kurang ajar sekali Derios!" Pria itu menggeleng-gelengkan kepala tak habis pikir pada Derios, anak buahnya. Pemuda diserang sana hanya terdiam kikuk menanggapi celotehan pria yang jauh lebih tua darinya itu.


"Minggir! Minggir! Jangan menghalangi jalanku. Kau tak melihat aku sedang kesal."

Suara yang tak begitu asing itu perlahan mulai menyapa indera pendengaran sang King yang masih berdiri bersama seorang pemuda di sampingnya.

"Muncul juga, bedebah sialan itu!"

Pria yang dipanggil King itu berjalan cepat mendekati sosok Derios yang tengah kesal melewati orang-orang yang berlalu lalang.

"Masih punya muka kau menunjukkan diri di markasku!" Bentaknya pada Derios yang nampak terkejut. Bahkan hingga suaranya tergagap.

"B-bos? Mma-maksud saya, KingBos."

SIONTEROnde histórias criam vida. Descubra agora