11. Rekam Jejak

38 24 49
                                    

"Ini bukan tentang sebuah kata yang dirangkai sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah karya. Namun ini adalah sebuah cerita tentang kita yang bertemu dalam lintas media"

..........
****









Hamparan pasir yang membentang menutupi tanah murni di bawahnya seakan menunjukkan kekuasaannya. Ban bus yang melintas di atasnya nampak segan hingga berjalan tak tentu arah. Laju bus itu semakin terasa berat, seakan terhisap oleh pasir yang semakin jauh semakin tebal.

"Aku tak mengerti, tempat apa ini dulunya. Kenapa begitu banyak pasir yang terbuang percuma di sini." Gempa mengeratkan tangannya di pegangan yang terpasang di atas kanannya, merasakan bus yang ditungganginya seperti akan tergelincir.

"Mungkin mereka ingin membuat pantai," celetuk Ettan asal.

"Kau gila, dataran tinggi seperti ini apanya yang akan dibuat pantai." Sahut Prisha nampak sedikit kesal, walau mengerti bahwa Ettan hanya bergurau.

"Entahlah.. Ghanser dengan segala ketidakjelasannya," Javas membuang nafas pelan, melihat ke luar jendela.

"Coba kau tanyakan pada lord mu itu," ledek Ettan pada Javas.

"Siapa yang kau maksud "Lord mu?!" Balas Javas cepat dengan nada tinggi, walaupun sejatinya ia mengerti maksud arah pembicaraan Ettan.

"Ya siapa lagi, jika bukan Pak tua yang amat serakah dan dengan percaya diri menyebut dirinya dengan gelar KingBos," jawab Ettan menggerak-gerakkan tangannya ke udara dengan raut wajah menyebalkan.

Jiren tertawa kecil, "kira-kira bagaimana kabar KingBos mu itu saat ini ya?" Ujar Jiren pada Ettan yang ada di sebelah kanannya.

"Hihh! Memikirkannya saja aku bahkan tak sudi," ucap Ettan bergidik ngeri.

"Aku ingat saat pertama kita datang dan dikumpulkan dalam sebuah ruangan besar. Lalu setelah itu dia memperkenalkan dirinya dengan sebutan KingBos," Galen yang ada di balik kemudi ikut tertawa mendengar pembicaraan teman-temannya.

"Menggelikan," sahut Gempa.

"Aku bahkan sempat membahas ini dengan Javas saat itu," ujar Ettan mengingat sesuatu.

"Kata siapa," Javas tak mengakui.

"Diam!" Jawab Ettan cepat pada Javas lalu melanjutkan kalimatnya. "Mengapa dia ingin kita menyebutkan KingBos? Padahal King dan Bos sama-sama memiliki arti sebagai penguasa tertinggi."

"Karena dia merasa dirinya lebih dari seorang penguasa. Seperti Raja di atas Raja.. ya begitulah, mungkin." Jawab Gempa asal.

"Kenapa kau tidak menanyakan langsung saja padanya," Galen melihat teman-temannya dari kaca sebelah atas kirinya.

"Aku sudah pernah menanyakannya! Tapi Derios malah menjawab, itu bukan urusanmu, ikuti saja semua peraturan, maka kau akan aman!!" Ettan menirukan nada bicara Derios.
"Ckk padahal aku tidak bertanya padanya," decak Ettan kesal mengingat masa itu.

"Kalian terlalu meledeknya, padahal dulu kalian sangat patuh padanya." Ujar Prisha tersenyum miring dan disetujui oleh Jiren.

"Itu berbeda cerita, jika waktu itu kita tidak menurut, memangnya kau mau jadi lauk pauk Jesycon," Gempa merinding mengingat nama Serigala kesayangan KingBos yang sangat ganas dan haus darah itu.

"Tapi itu tidak berlaku untuknya," tunjuk Ettan pada Javas menggunakan lidah yang menimbulkan pipinya kirinya menggembung.

"Dia terlalu menyayangiku," celetuk Javas asal. Bukan rahasia umum jika Javas sang pembuat onar itu amat sering melanggar peraturan. Ia sangat sering melepas penutup wajah, padahal sudah tertulis jelas bagaimanapun keadaannya, tidak diperbolehkan membuka penutup wajah saat di markas. Kecuali, jika dalam ruang pribadi, layaknya kamar yang terdiri dari beberapa orang di dalamnya.

SIONTERWhere stories live. Discover now