⊱┊bermain peran

594 128 41
                                    

sesuai dugaan lia, hari ini eric nggak masuk. enak sih, bebas dia hari ini tanpa eric. tapi rasanya kayak asing aja gitu, mungkin karena beberapa hari ke belakang lia selalu ngabisin waktu sama eric.

maka dari itu sepulang sekolah lia berniat ke rumah eric. nengokin cowok itu, kali aja dia males bersihin luka. lia masih punya hati, eric kan bonyok juga karena dia. bukannya kepedean, tapi eric sendiri yang bilang kan.

akhirnya lia dianter ke rumah eric oleh hyunjin. karena tadi kebetulan hyunjin yang nawarin, padahal lia cuma nanyain alamatnya eric. lia nggak mungkin nolak rejeki.

"makasih ya hyunjin," ucap lia begitu turun dari motor hyunjin.

"sans. yaudah gue balik, salamin ke eric suruh pap mukanya,"

lia ketawa, "lo nggak ikut mampir?"

"enggak dah. malem aja ntar sama yang lain,"

lia mengangguk paham. setelah hyunjin pergi, lia langsung menekan bel rumah eric. rumahnya nggak kalah gede lah dengan rumah lia. nggak perlu nunggu lama ada seorang bapak-bapak yang membukakan gerbang dan langsung mempersilahkan masuk ketika lia bilang mau jenguk eric.

masuk-masuk rumah eric, lia lirik sana-sini. nyari tuan rumah alias mamanya eric. tapi nggak ada siapa-siapa, sepi banget. untung ada asisten rumah tangga yang peka, lia nih baru pertama kali bertamu. jadi dianter deh ke kamarnya eric. kata asisten rt itu sih, eric lagi dijenguk seseorang.

setelah sampai depan pintu kamar eric, asisten rumah tangga tadi langsung pamit ke belakang katanya. lia langsung ketuk pintu itu tiga kali. senyap. kayak nggak ada kehidupan.

baru mau diketuk lagi, pintunya duluan dibuka.

tapi yang buka bukan eric. melainkan seorang perempuan yang lia yakini sepantaran dengannya.

lia melirik ke dalam, menatap eric. haruskah lia pergi atau masuk?? begitu kira-kira isi tatapan yang lia berikan ke eric.

eric yang lagi sandaran di kasur melambaikan tangannya, menyuruh lia masuk. lia langsung masuk, melewati perempuan tadi yang masih berdiri di depannya.

"belum dikompres lagi lukanya?" tanya lia setelah meletakan tasnya di nakas dan duduk di sisi kasur.

"males.. kompresin," pinta eric dengan suara yang.. terbilang manja.

lia mendelik, "tangan kaki masih berfungsi ric,"

"pacarnya lagi sakit manjain kek,"

lho lho lho... lia bingung. apa-apaan eric anjingg???

eric yang sadar akan perubahan ekspresi lia segera mendekat. dengan alibi memeluk lia, eric membisikkan sesuatu.

"please bantuin gue. nanti gue turutin apa yang lo mau," bisik eric. oh tentu, itu tawaran menggiurkan untuk lia. kapan lagi eric hutang budi ke dia.

lia akhirnya mengerahkan jurus acting terpendamnya. dibalasnya pelukan eric sambil melirik perempuan yang masih berdiri dekat pintu menatap keduanya.

"aku ambil p3k dulu ya," lia beranjak, tapi baru selangkah balik lagi. lia kan nggak tau kotak p3knya dimana.

dengan kode dimata, eric yang paham akhirnya berdiri, "biar aku yang ambil, kamu nggak akan nyampe. dasar pendek!" sempet-sempetnya eric ngacak rambut lia. untung hati lia nggak ikutan keacak.

"kesempatan bahlul," lia mendengus pelan. eric keluar kamar, sisa lia dengan perempuan tadi.

ngomong apa ya.. ngomong apa ya..

lia mikir dari tadi. bingung mau ngomong apa.

"udah berapa lama sama kak eric?" lia mendogak, menatap balik perempuan itu.

what if | lia, eric ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora