⊱┊keterpaksaan

660 140 12
                                    

lia nggak tau harus gimana sekarang. mamanya banyak omong ketika eric datang. lia bahkan nggak sempat untuk sekedar mengatakan bahwa eric bukan pacarnya. sedangkan si pembuat masalahnya kini hanya terkekeh tiap kali lia gagal untuk menjelaskan.

“maㅡ”

“kamu tuh ya, jadi waktu kemarin eric di depan rumah pasti karena berantem kan? tega banget kamu dek, ngebiarin dia kedinginan di luar,” omel mama.

“pasti gara-gara lia kan? emang anak itu kadang harus diberi pelajaran, masa pacarnya dateng malah dibiarin di luar,” kata mama ke eric.

“ma, eric tuhㅡ”

“apa? kalo ada masalah diselesaiin, dek. eric dateng mungkin karena mau minta maaf atau apa, kamu jangan kekanakan dong!”

lia mendesah frustasi. masalahnya lia tiba-tiba kena omelan mama tanpa alasan yang jelas. dan sialannya, eric malah membiarkan mamanya terus salah paham akan hubungan mereka. sepertinya eric benar-benar minta dihajar.

“tante...” nancy, seoyeon, seungeun, dan yeji turun bersamaan. mereka berempat berhenti di tengah-tengah tangga.

“kenapa? kalian mau pulang?”

“hehe kayaknya iya,” yeji mengusap tengkuknya.

lia membelalakan matanya melihat mereka yang langsung buru-buru turun untuk pamitan dengan mamanya. lia mengode menggunakan matanya namun nggak dihiraukan oleh mereka.

“yaudah tante, kita pulang ya, dadah lia!” entah apa yang mereka pikirkan sehingga begitu buru-buru keluar. Lia bahkan nggak sempat untuk menahan.

“yaudah sana ke atas!” ucap mama ketika keempat gadis tadi sudah pergi.

lia menoleh dengan cepat, “ke atas?”

“ajak pacar kamu, omongin baik-baik masalah kalian. mama nggak akan ganggu, oke?” mama menepuk pundak lia dan eric gantian.

lia menatap eric yang juga menatapnya. belum jauh mamanya meninggalkan mereka, lia segera memanggil.

“ma!”

mama berhenti lalu berbalik, “hm?”

“dia bukanㅡ”

“makasih tante pengertiannya. aku minta waktunya lia sebentar ya," eric menarik lia untuk berdiri.

mama tersenyum, “mama ke tetangga di sebelah ya, kalo butuh apa-apa panggil aja,”

“tapi maㅡ” eric membungkam mulut lia menggunakan tangannya. mama sudah keluar dan mereka benar-benar berdua di ruangan ini.

“lo semaunya banget sih!” protes lia.

“gue nggak main-main, li! lo masih nolak, ya gue paksa!”

“asal lo tau eric calon kapten basket yang terhormat, gue nggak sudi ya jadi manager basket!”

“kenapa? karena gue?” eric terdengar serius. lama lia terdiam, eric sendiri nggak berniat mengeluarkan suara lagi.

“lo bukan nggak sudi jadi manager basket. tapi lo nggak sudi harus terus ngeliat gue, iya kan?”

lia berdecak, “nggak usah diterusin gue nggak mau debat,”

“lo pikirin baik-baik tawaran gue selama seminggu. kalo lo emang nggak butuh, gue nggak akan paksa lagi,”

“jadi selama seminggu, lo bakal paksa terus gitu?”

“liat aja,” eric mengambil tasnya di atas sofa lalu segera pergi keluar dari rumah lia.

***

“lia?”

lia mendengus. gadis itu tau kalau pak seunghyub pasti akan menyebut namanya. karena ini suatu pemandangan yang jarang terjadi. dimana lia hadir di pelajaran olahraga kali ini. minggu kemarin aja ketauan ada di kantin, sampai-sampai buku nilainya nggak diisi.

“bosen bolos pelajaran bapak?” sindir pak seunghyub.

“niat dari hati ikut pelajaran nih?” tanyanya lagi.

“niat pak,”

lia masih berdiri berhadapan dengan pak seunghyub sedang teman kelasnya yang lain sudah mundur ke belakang dan duduk di lapangan menunggu intruksi selanjutnya. lia mutusin untuk nggak bolos dulu hari ini karena nilainya.

iya, akhirnya lia khawatir juga sama nilai.

“pak, saya susulan pengambilan nilai aja ya,” pinta lia.

“nilai kamu kosong hampir satu semester. terus kamu pikir waktu bapak yang berharga cuma untuk ngurusin nilai kamu yang kosong segini banyaknya?”

lia mendengus, YAA NGGAK USAH KENCENG GITU DONG NGOMONGNYA.

“jadi manager basket di semester berikutnya,”

“lho pak! pak saya nggak setuju!” lia ngejar pak seunghyub yang baru berlari sambil membunyikan peluitnya.

lia pasrah.

setelah tadi ikut pjok yang ternyata cuma main lempar-lemparan bola sama anak perempuan lainnya, lia yang lagi bete jalan sendirian di koridor. teman-temannya yang lain meluncur ke kantin, sedangkan lia memilih untuk langsung kembali ke kelas.

sialnya ketika lia sampai depan kelas, ada eric yang lagi lambaiin tangannya ke arah dia. masalahnya muka eric nih ngeledek gitu, kayaknya pak seunghyub juga sudah kasih tau tentang hal tadi.

“minggir lo!”

disuruh minggir eric malah makin nutupin pintu dengan badannya. lia mendengus, dia merasa kalah dengan eric sekarang.

“cemberut aja manager,”

“bacot! apaan sih buru ah,”

“nanti jangan pulang dulu,”

lia mengerutkan keningnya, “ngapain?”

“ikut kumpul- jangan nolak!” eric dengan seenak jidatnya nyolek dagu lia lalu pergi.

lia sama sekali nggak paham sama jalan pikir eric. datang ke kelasnya hanya untuk soal itu.

“mending gue balik pacaran sama kasur!” dengus lia menatap punggung eric yang mulai menjauh.

tbc.

[ tmi. karakter pak seungyub terinspirasi dari guru pjok ku di sekolah.. memang tengil gitu orangnya. mungkin karena guru muda💁 ]

what if | lia, eric ✔️Where stories live. Discover now