what if | lia, eric ✔️

bonus chapter (2) perbincangan saudara

[ benar sekali permisa yg budiman, saya up lagi hari ini

bonchap sebelumnya sepi bgt, KALIAN BOSEN YA????

ayo ramein yg ini untuk memperbaiki hubungan lia dan eric mwehehehe ]

happy reading!

***

“we're here...” kata lia pelan. ia mengajak eric ke suatu tempat yang sunyi di siang ini. kepala keduanya tertunduk, menatap batu nisan di bawah sana. lia menatap raut wajah eric yang nggak bisa ditebak. cowok itu tanpa ekspresi, masih membisu sejak datang.

“berdoa ric,” suruh lia dan seketika eric memejamkan matanya. memanjatkan doa untuk seseorang yang terbaring di bawah tanah ini.

“beliau meninggal seminggu setelah lo pergi. gue ada ngabarin lo kok tapi mungkin lo nggak baca,” lia memelankan suaranya di kalimat kedua.

“i feel guilty,”

“no! you don't need to! ini udah takdir, biar beliau tenang di sana..” lia mengusap punggung eric. nggak lama, seseorang ikut berdiri di dekat mereka. ikut menatap batu nisan itu lalu menghela napas dan menepuk pundak eric.

“welcome home, my twins!”

eric menoleh lalu kaget. itu jeno, masih sama seperti tiga tahun lalu. tersenyum dengan tulus padanya, menunjukkan senyum termanis versi dirinya. eric nggak punya senyuman semanis jeno.

“thanks jeno and sorry for everything,”

sama seperti lia, jeno menampiknya. “don't be sorryㅡ” tapi eric potong. “i was selfish! i didn't care about others but me! so please, just accept my apologies...”

jeno dan lia bertukar tatap. sebelum akhirnya lia mengangguk pada jeno. “okay then. tapi gue juga hutang maaf sama lo, eric.”

“mmm guys, kayaknya kalian ngobrol duluan aja. gue mau bersihin makam nenek alice dulu, nanti gue nyusul oke??” lia memberi kode pada jeno, untuk membawa eric keluar dari area pemakaman untuk berbincang.

jeno pun menarik pelan lengan eric, mengajaknya pergi. keduanya masih bisu sebelum akhirnya jeno menetralkan tenggorokan.

“ekhem... lo pasti udah denger semuanya dari lia,” jeno nunggu respon eric dan yang diberikannya hanyalah sebuah anggukan.

“jadi lo nggak bisa nyalahin lia terus-terusan karena dia nggak ada waktu lo pergi. itu semua salah gue. gue yang nahan dia untuk pergi karena ya... bokap lo ngancem gue. gue nggak ada pilihan lain selain terima uang itu untuk biaya operasi nenek alice, gue bener-bener minta maaf soal itu. i really do,” lanjut jeno menjelaskan.

“sebenernya bokap juga udah ngasih tau gue,”

jeno natap dengan pandangan bertanya-tanya. “maksud lo?”

“sebulan sebelum keberangkatan gue ke sini, bokap ngasih tau perbuatannya itu. gue tau lo under pressure karena nenek alice lagi sakit banget, lo cuma anak sma yang belum bisa hasilin uang banyak. gue tau lo kalut banget, udah sewajarnya lo terima uang itu.”

“tapi lo maafin gue kan?”

eric menghentikan langkahnya. menatap jeno yang ada di depan. “gue ke sini juga rangka minta maaf sama lo. jadi gue rasa agak nggak tau diri kalo gue nggak maafin lo soal lia,” jawabnya dihadiahi tawa ringan di akhir. jeno ikutan senyum.

“gue tau lo sayang banget sama lia. lia juga salah satu alasan lo nggak bisa ninggalin negeri ini, makanya gue tahan dia supaya nggak nemuin lo. gue buruk banget ya sebagai kembaran lo,”

“lo udah banyak ngelakuin hal untuk gue. jadi.. stop mikir kayak gitu,”

mereka melanjutkan jalan keluar area pemakaman. lia juga udah ikutin mereka dari belakang, berjarak beberapa langkah memberikan space untuk keduanya berbincang.

“lo pasti terpukul banget atas kematian nenek alice. nggak kebayang sesepi apa kehidupan lo setelah itu,”

“berat banget emang rasanya but i used to it.”

“how about you?”

“how about me?” eric tanya balik.

“lo gimana selama di sana?”

“ya... biasa aja. sekolah, temen bule, belajar bisnis.” eric tiba-tiba mengubah ekspresinya. “gue belum tanya lia, gimana dia tiga tahun terakhir,”

jeno ketawa liat eric panik. eric nya juga nggak tau lagi kalo lia denger itu. “tinggal lo tanya, ric. lia nggak kemana-mana kali,”

eric menghela napas, tapi jeno tiba-tiba ngusap pundaknya. “sabar ya,” yang membuat eric bertanya-tanya.

“sabar kenapa?”

“gue tau lo masih sayang banget sama dia. tapi bro, lo nggak mungkin ngambil tunangan orang kan?”

jantung eric seakan tertekan sesuatu yang lebih berat dari bumi. rasanya sesak, kalimat yang diucap jeno itu bikin eric kaget setengah mati. tunangan orang katanya?

“jeno apa sih lo ngaco! nggak ric, gue nggak punya tunangan. gile jauh banget lo mikirnya!” tiba-tiba lia hadir di tengah mereka. memukul keras lengan jeno karena menyebarkan hoax tentangnya.

“jadi lo... nggak ada siapa-siapa kan?” tanya eric pelan.

“enggak ric, sumpah! gue seratus persen jomblo! minggir lo ngeselin banget!” kesel lia, nabrakkin pundaknya ke jeno lalu mendului dua kembaran ini.

jeno senyam-senyum nggak jelas lalu ngelirik eric ngeledek. “ya ya sama-sama. sekarang lo tau kan lia sendiri masih nutup hati untuk lo buka lagi,”

eric langsung senyum lebar natap punggung lia di depan sana. tiba-tiba lia berbalik, membuat eric kaget dan menurunkan senyumannya.

“lama banget sih lo berdua! cepetan panas nih!” omel lia membuat jeno langsung berlari, eric yang ditinggal di belakang pun mengejar keduanya dari belakang.

“ini tiga abg di kuburan bahagia banget???” heran si bapak penjaga kubur.

bonus chapter part 2 end.

[ yay akhirnya adem lagi nih si kembar. jgn suudzon mulu sama jeno ya guys wkwkw

jadi apa lagi nih yg kurang? yup benar! hubungan lia dan eric 👀

so, tunggu bonchap selanjutnya! (nggak janji cepet ya, aku ada praktek suntik minggu ini aaaaa) ]