⊱┊ terungkap

545 124 13
                                    

lia merenung di kamarnya. sepuluh menit sejak ponselnya dipenuhi chat soobin yang menyuruhnya untuk segera datang ke sekolah. membuat lia hanya mondar mandir di kamarnya sejak tadi.

aneh.

lia merasa aneh dengan sikap soobin. padahal lia nggak ada kegiatan di sekolah sabtu ini, juga kelas nggak ada urusan sama sekali. tapi soobin bilang penting dan butuh lia sekarang juga.

masalahnya sekarang udah mau jam empat sore. yang mana semua murid ekstrakurikuler pasti udah pulang semua alias sekolah udah sepi pastinya. ditanya ada apa, soobin malah jawab 'nanti juga tau'.

tapi rasa penasaran lia lebih besar mengalahkan kecurigaannya. lia akhirnya benar-benar pergi ke sekolah.

sesampainya di sekolah, seperti dugaan lia, sepi. hanya ada beberapa orang yang berkepentingan yang masih disini. bahkan ketika lia masuk ke area sekolah, satpam dibuat kebingungan.

“mau ngapain neng?” tanya pak satpam.

“ini pak biasa ekskul,” bohong lia. mana ada dia kesibukkan di sekolah hari sabtu gini.

tangannya membuka kontak soobin. baru aja mau diklik tanda telepon, seseorang memanggil lia. lia yang sedang bersandar di pagar sekolah mendongak.

sial, itu mingi.

“ngapain lo?” lia menghampiri mingi yang beberapa langkah diluar sekolahnya.

“punya nyali juga lo kesini,”

lia mengernyitkan dahinya. mingi menyentuh lengan lia dan langsung ditepis oleh gadis itu.

“soobin nggak bilang kalo hal penting yang dia maksud itu gue?” mingi menyunggingkan senyumnya.

“yuk cari tempat. nggak enak urusan kita didenger orang,” masih dengan senyumnya, mingi menarik lia. lia nggak nolak, lia masih penasaran motif soobin dan mingi ini. lia sendiri agak syok mendengar mingi menyebut nama soobin tadi.

lia masuk ke dalam mobil mingi. keduanya membisu menatap ke depan. mingi pun menghela napas, memijat pelipisnya.

“lo nggak bisa balikan sama changbin?”

lia menoleh menatap mingi penuh tanya. tadi, mingi keliatan sok sangar. sekarang malah kayak orang frustasi yang dikit-dikit buang napas sambil mijit kening.

“jungeun.. gue nggak ikhlas seumur hidup kalo jungeun sama changbin,”

lia pusing sekarang. tadi soobin, sekarang jungeun. kenapa orang-orang yang lia kenal juga dikenal oleh mingi?

sebenarnya siapa dia?

“lo mungkin tau gimana keadaan jungeun. dia lumpuh, untuk ngomong aja susah,”

iya lia tau. changbin pernah ngajak lia ke rumah sakit dimana jungeun dirawat.

“dan gue nggak mau dia terikat sehidup semati sama changbin. selama masih sama lo, changbin nggak akan mungkin terima untuk nikahin jungeun nanti,”

“tunggu! maksud lo apa sih? kok lo kenal jungeun- nggak, kenapa soobin kenal lo?”

“changbin. changbin yang ngebuat jungeun kayak sekarang. changbin yang bikin kembaran gue lumpuh seumur hidup!” mingi memukul stir di depannya.

lia kaget. sama sekali nggak nyangka dengan penjelasan mingi. diliat-liat memang keadaan jungeun sangat memprihatinkan. kaki yang nggak bisa bergerak, mulut yang kaku. seharian hanya bisa berbaring. dan semua itu karena changbin?

“gue tau itu semua kecelakaan. tapi tetep, changbin yang salah. gue nggak sudi dan nggak akan pernah terima dia jadi pendamping jungeun! lo bisa kan lia? gue tau lo bisa.. lo bisa kan balik sama changbin?”

otak lia berputar sekarang. lia nggak tau harus merespon apa. lia sama sekali masih belum bisa berpikir jernih. penjelasan mingi barusan bagaikan guntur yang mengagetkannya.

tok tok tok

kaca mobil diketuk dari luar. lia bisa liat itu soobin. setelah menurunkan kaca jendela, soobin menatap mingi sebentar sebelum beralih ke lia.

“pulang sama gue,” kata soobin.

lia kembali menoleh ke mingi. mingi sendiri mengibaskan tangannya menyuruh lia keluar.

“gue cuma mau bilang itu. selebihnya gue serahin ke soobin,”

lia langsung keluar dengan nggak sabaran. merasa dipermainkan oleh kedua laki-laki itu. semua kejadian yang baru aja diceritakan, masih belum bisa diterima baik oleh lia.

“lia...”

“ngomong! nggak usah pengecut lo soobin!” cerca lia, soobin di depannya hanya menunduk.

“gue duluan. lo selesai baik-baik bin,” ucap mingi lalu benar-benar pergi meninggalkan keduanya.

“lia, gue minta maaf,”

lia bersedekap depan dada. berdecih, mentertawakan keadaan sekarang.

“jadi beberapa hari ini lo deketin gue karena ini? hebat lo ya,”

“lia biar gue jelasinㅡ”

“apa? lo manfaatin gue bin. segampang itu ya mentang-mentang gue suka sama lo, hah?”

“nggak deh. gue nya aja yang bego,” lanjut lia tertawa kecil.

soobin menghela napas, memegang kedua lengan lia menatapnya dalam.

“ikut gue, biar gue jelasin semuanya,”

lia nggak bisa apa-apa selain nurut. perasaannya masih terluka sekarang tau dirinya dimanfaatkan oleh soobin.

***

soobin membawanya ke sebuah cafe yang nggak jauh dari sekolah. hanya membutuhkan sepuluh menit untuk sampai kesini. setelah memesan minum, keduanya duduk di dekat jendela.

“sekali lagi, maafin gue..”

“bisa nggak langsung inti aja? gue muak dengernya,” lia membuang muka, menyesap es lattenya.

“bang mingi orang yang berperan penting di hidup gue. gue nggak bisa nolak suruhannya. tapi jujur lia, dari awal gue nggak ada niatan manfaatin lo!”

soobin mengambil napas sebelum melanjutkan, “lo tau gue anak yatim piatu kan? iya, dari kecil gue diurus keluarganya bang mingi. dan sekarang dia cuma minta bantuan untuk ini, gue nggak mungkin nolak”

“cuma lo bilang? lo manfaatin gue, soobin. lo manfaatin perasaan yang gue punya. dari awal emang gue udah ditolak mentah-mentah, harusnya gue tau ada maksud lain ketika lo deketin gue. gue malu, gue merasa dipermainkan sama lo,” lia membuang napas kasar, menunduk ke bawah.

“liaㅡ”

“cukup. gue mau sendiri,” lia memejamkan matanya.

soobin menghela napas berat. cowok itu menatap lia sebelum beranjak dan meninggalkan cafe sesuai keinginan lia.

lia masih nggak habis pikir. perasaannya dipermainkan oleh soobin. rasanya malu dan sakit.

ketika lia sedang bergelut dengan pikirannya, ponsel lia berdering.

nama changbin tertera disana.

“halo kak?”

“lia, lo dimana?”

“cafe deket sekolah. kenapa?”

“nggak tau ini penting atau enggak. tapi katanya eric pergi ke LA besok,”

“hah, pergi? untuk apa?”

“sekolah. dia netap disana li,”

deg

tbc.

[ aku akan slow update untuk kedepannya untuk persiapan utbk🥺 untuk sesama pejuang ubtk semangat kalian !!

anw, mampir ke sebelah yuk, masih ericlia untuk gabut gabut aja hehe ]

what if | lia, eric ✔️Where stories live. Discover now