27. Pacar?

1K 241 66
                                    

Rainne mengembuskan napas gusar lagi untuk yang kesekian kalinya hari ini. Gaby yang berjalan di sampingnya menoleh heran. Sedari pagi Rainne seperti kehilangan gairah hidupnya, entah apa yang membuat sahabatnya jadi seperti itu. Namun, Gaby bisa menduga hal itu diakibatkan oleh sosok yang saat ini berada di parkiran dan baru saja memasuki mobilnya.

"Lo diapain Angkasa?" tanya Gaby.

Bukannya menjawab, gadis itu malah mendesah semakin keras. Dengan tampangnya yang sudah kusut dan tidak memiliki gairah hidup, gadis itu malah menatap sendu pada mobil Angkasa yang baru saja keluar dari area parkir sekolah.

"Gue disuruh mati sama Angkasa," gumam Rainne.

"Hah?"

"Angkasa ngasih syarat kalau gue mau jadi pacarnya gue harus rank 1 paralel."

"Wah, mustahil."

Mendengar ucapan Gaby yang sangat serius itu membuat gairah hidup Rainne semakin menguap entah ke mana.

"Emang jahat banget dia tuh, ngasih syarat sama aja kayak nyuruh gue mati. Lo bayangin—"

"Enggak kebayang, sama sekali enggak," potong Gaby dengan wajah serius.

Lengukangan bibir Rainne semakin kebawah. Ia tidak bersuara lagi sampai keduanya keluar dari gerbang sekolah. Rainne menghampiri ojek online yang dipesannya, diikuti Gaby. Sahabatnya itu masih memerhatikan raut wajah Rainne yang kehilangan gairah hidup saat memakai helm.

"Pak, anterin anak ini sampe depan rumahnya, ya. Kalau dia tiba-tiba minta turun di jembatan, jangan diturutin," ujar Gaby pada driver ojek online itu.

"Udah sana lo balik!" usir Rainne sambil mengibaskan tangannya pada Gaby.

"Lo hati-hati."

"Hmm," sahut Rainne. Ia lalu melambaikan tangan saat motor yang ditumpanginya mulai melaju meninggalkan Gaby di tempat.

Meskipun memang tujuannya saat ini bukan langsung pulang ke rumah, setidaknya ia tidak minta turun di jembatan seperti yang Gaby khawatirkan. Ojek yang ia tumpangi berhenti di sebuah Mall yang tidak terlalu jauh dari sekolahnya. Ada yang harus ia beli terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah.

Rainne langsung pergi ke toko aksesoris dan memilih-milih benda yang menurutnya bagus. Ia tidak berlama-lama di sana karena sudah menemukan apa yang menurutnya tepat untuk diberikan pada adik tirinya itu. Meskipun ia tidak yakin Fanya akan menyukai hadiah darinya, setidaknya ia sudah berusaha untuk menjadi saudara yang sedikit baik.

Merasa lapar, ia memutuskan untuk membeli makan terlebih dahulu. Baru saja ia menginjakan kakinya di restoran yang menyediakan makanan ala Korea, ia langsung disuguhi pemandangan yang menurutnya tidak menyenangkan.

Di meja yang tidak jauh dari pintu masuk resto, ia melihat sosok Riga duduk semeja dengan seorang cewek yang ia yakini bukan anak sekolahnya.

Buset, udah ganti lagi aja, batin Rainne sambil melangkah masuk.

Padahal, tadi pagi cowok itu membonceng cewek ke sekolah, sekarang pulang sekolah wujud cewek yang bersamanya sudah berubah. Sungguh, ia jadi sangat kesal pada Riga, kesal karena mengingat Gaby sepertinya benar-benar menyukai cowok berengsek seperti itu.

Baru saja Rainne hendak melangkah pergi, Riga kebetulan menoleh padanya. Cowok itu tersenyum lebar, lalu berdiri dari posisi duduknya, dan sekarang sedang melangkah mendekat padanya.

Rainne yang masih belum mengerti situasi hanya memasang tampang heran, ia semakin heran saat cewek yang duduk semeja dengan Riga menatapnya dengan penuh permusuhan.

"Udah belanjanya?" ujar Riga dengan nada yang sangat membuat Rainne merinding.

"Apasih lo sokap," desis Rainne.

Dear AnonymousWo Geschichten leben. Entdecke jetzt