19. Melempar Umpan

1.3K 279 617
                                    

Angkasa melangkah keluar dari rumahnya dengan langkah-langkah panjang. Ponsel yang digenggamnya berdenting terus-terusan tanda pesan masuk.

Rainne Naomi mengirimi anda pesan ....

Setelah nomor Whatsapp gadis itu ia blokir karena spam stiker tidak jelas, hari ini gadis itu kembali merecokinya lewat Line. Angkasa tidak tahu dari mana gadis itu mendapatkan akun Line-nya. Ia berniat menekan tombol blokir, tapi itu urung ia lakukan. Alih-alih memblokir gadis itu, kini Angkasa mematikan notifikasi pesan dari akun Rainne. Takutnya jika ia memblokir Rainne lagi, gadis itu akan semakin meneror dirinya hingga ke semua akun sosmed yang ia miliki. Itu akan sangat merepotkan. Pilihan terbaik saat ini adalah membiarkan saja gadis itu spaming, sampai ia cape sendiri merecoki Angkasa.

"PAGI, GANTENG!"

Angkasa tersentak kaget saat kepala seorang gadis menyembul dari balik pagar rumahnya. Siapa lagi? Tentu saja tidak ada gadis lain yang akan bertingkah sebegininya selain Rainne Naomi. Tidak cukupkah gadis itu merecokinya lewat chat? Benar-benar gila.

"Ngapain lo di sini?"

"Mau ngucapin selamat pagi buat calon pacar aku. Selamat pagi kamuuuuuu," ujarnya dengan sangat ceria dan tersenyum lebar-lebar.

"Gila," cetus Angkasa malas.

"Abisan kalau nge-greeting kamu di chat,  enggak dibales. Padahal tadi aku liat kamu pegang hp loh, tapi kenapa sih chat aku enggak dibales? Nomor whatsapp aku aja masih diblokir! Tega banget sih kamu Angkasa."

"Gue enggak bakal ngeblokir kalau lo nggak spaming. Ngapain sih lo spam begitu? Caper?" sahut Angkasa terus terang sambil balik badan. Lelaki itu melangkah menghampiri mobilnya di carport.

Rainne yang mendengar ucapan Angkasa itu langsung mengelus dada untuk menenangkan emosinya yang bisa saja meledak saat ini juga. Angkasa benar-benar kejam padanya. Mana pernah ia diperlakukan seperti ini oleh lawan jenisnya.

"Yaudah besok-besok enggak bakal spam lagi, tapi harus dibales, ya?" rengek Rainne sambil mengekori Angkasa yang mendekati mobilnya.

Lelaki jangkung itu tidak menyahuti.

"Ih Angkasa."

"Angkasaaaaaa!"

"Angkasayang," panggil Rainne.

"Berisik," sahut Angkasa tanpa menoleh. Saat ia hendak membuka pintu mobilnya, Rainne tiba-tiba saja menyelinap dan berdiri di depannya sambil nyengir lebar.

Angkasa menatap Rainne tajam, mempertanyakan maksud dari tindakan gadis itu yang menghalanginya untuk membuka pintu mobil.

"Berangkat bareng, ya?"

"Enggak. Awas," usir Angkasa sambil menyingkirkan badan Rainne dari hadapannya dengan perlahan.

"Ih Angkasa emangnya kamu tega ninggalin aku? Sumpah, perjuangan aku berat banget loh buat dateng pagi-pagi ke rumah kamu," keluh Rainne.

"Enggak ada yang nyuruh lo dateng ke sini."

Waw, iya sih, batin Rainne.

Rainne cemberut dengan penolakan Angkasa. Padahal ia sudah rela bangun sangat pagi meskipun semalaman ia sangat lelah. Ia bahkan berdandan semaksimal mungkin tapi tidak terlihat berlebihan hanya agar Angkasa melihat secantik apa dirinya. Bahkan Rainne sampai skip sarapan pagi dan cepat-cepat datang ke sini menggunakan ojol. Akan tetapi, itu semua tidak berarti untuk Angkasa. Lelaki itu justru malah menganggap kehadirnya saat ini menganggu, bahkan untuk sekedar berangkat ke sekolah bareng saja lelaki itu tidak mau.

Dear AnonymousWhere stories live. Discover now