45

458 36 302
                                    

Selamat bermalam minggu, malam minggu ditemani dengan Angkasa🌚🌚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat bermalam minggu, malam minggu ditemani dengan Angkasa🌚🌚

Pliss ... ini cukup panjang🐍

________________________





Langit kian menggelap pertanda sang bagaskara hampir menyelesaikan tugasnya, angin malam pantai mulai berembus ringan membawa tusukan dingin serta merta perasaan nyaman pada jiwa manusia yang merasakannya. Namun, sekiranya itu hanya dirasakan dalam kurun waktu terakhir pada beberapa menit lalu, sekarang hanya ada perasaan mencengkam yang telah menyelimuti, terutama bagi Atlas.

Entah ini kesialan atau ujian hidup baginya karena telah terlahir dari keluarga yang tengah tidak baik-baik saja. Selama ini, Atlas mungkin hanya bisa diam dan menahan semua pesakitan hati atas hubungan orang tuanya. Bahkan menangis pun tidak bisa ia lakukan meski cairan di balik kelopak mata mendesak ingin segera ditumpahkan.

Den Atlas, Papa kamu telah mengajukan surat cerai untuk Mama kamu.

Dunia Atlas runtuh seketika setelah mendengar kabar dari Bibi Tuti selaku asisten rumah tangannya. Bibir Atlas bergetar bersama cengkeraman ponsel melemah dari tangannya, Atlas tidak ingin kejadian ini menimpa keluarganya. Akan tetapi, takdir berkehendak lain. Keinginan Atlas untuk memiliki keluarga utuh untuk selamanya, kini hanyalah sebatas angan. Karena kenyataannya, keinginan sederhana itu telah binasa.

"G-gue harus pulang sekarang." Bahkan ucapannya tak terdengar begitu jelas. Atlas menatap Samudera dalam balutan emosional yang kentara di mata merah menahan tangis. "Gue nitip ucapan selamat kalau Angkasa berhasil mendapatkan Aleta."

Lima orang di sekitar Atlas masih terdiam di tempat dengan bibir sedikit terbuka syarat akan simbol keterkejutan.

Hanya melihat respon bisu dari Samudera, Atlas langsung mengguncang bahu lelaki itu. "Sam, dengar nggak? Gue nitip ucapan selamat---"

"Y-ya, gue dengar." Samudera kelu, ia bisa melihat bahu Atlas yang turun karena rasa frustrasi dan putus asa. "Atlas lo---"

"Thanks, gue pergi dulu, dan juga jangan bilang sama Angkasa soal ini." Atlas masih memikirkan Angkasa di tengah kegundahan hatinya, ia tidak ingin menjadi penghalang untuk merusak moment Angkasa yang bahkan Atlas tahu sendiri bahwa Angkasa sudah bekerja keras dalam menyiapkan semuanya. Setelah mengatakan itu, Atlas langsung berlari meninggalkan mereka bersama hati yang berkabut.

Entahlah, Atlas sendiri tidak bisa mendeskripsikan perasaan saat ini. Ia ingin menangis, juga ingin berteriak, di satu sisi ia ingin menertawakan keadaan, tetapi Atlas hanya bisa bungkam menahan semua itu hingga dadanya penuh dengan rasa sesak.

"Mai, M-Mai! Ikuti Atlas, Mai ...," Dina menggertak kalut. "..., ayo ikuti Atlas, gue takut dia kenapa-kenapa."

Mendapat tepukan brutal dari Dina, Maira tersentak dalam lamunan kosongnya. "Biar gue sama Samudera saja, lo di sini tungguin Aleta."

RILAKKUMA [OSH] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang