49

420 29 117
                                    

I'm muncul sebelum lebaran😗 Dan akan kembali setelah lebaran berakhir🧘‍♀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


I'm muncul sebelum lebaran😗 Dan akan kembali setelah lebaran berakhir🧘‍♀

Selamat hari raya, mohon maaf lahir dan batin. Yang nggak ngasih THR nggak dimaafin🙆‍♀

____________________






Pagi ini, Aleta tengah berkutik dengan beberapa tanaman hias di taman belakang rumahnya. Rutinitas berkebun menjadi hobi barunya sejak satu pekan belakangan lantaran gara-gara ia tidak sengaja menonton video vlog tentang budidaya tanaman, dan mulai dari itu Aleta tertarik untuk memeliharanya hingga kemudian koleksi tanaman hiasnya beraneka ragam. Paling banyak yang ia miliki adalah tanaman kaktus, Aleta sudah mengumpulkan sebanyak 10 jenis tanaman cactaceae itu.

Lagi asik-asiknya memberi pupuk untuk makan tanamannya, seseorang tiba-tiba memeluknya dari belakang. Aleta sudah tidak kaget lagi, itu pasti Mr. Wawan yang biasanya sering menjahili anak gadisnya. Napas Aleta terhela pelan, memilih acuh, membiarkan papanya tetap memeluknya, dan Aleta kembali melanjutkan kesibukannya.

"Papa kok masih di rumah, memang nggak kerja?" tanya Aleta. Namun, tidak ada sahutan.

"Pa?" panggil Aleta setelah sekian menit hanya ada kebungkaman. "Kok nggak jawab?"

Tepat setelah bibir Aleta terkatup, pelukan yang ia dapatkan kian mengerat sampai-sampai membuat Aleta hampir terjungkal ke belakang karena posisinya sedang berjongkok.

"Papa, jangan peluk-peluk, lepasin Aleta. Aku nggak bisa gerak leluasa." Merasa ada keanehan, Aleta berusaha melepas lengan yang melingkar indah di perutnya.

Bukannya melepas pelukan, Aleta malah mendapatkan kecupan kecil di bahunya lalu kecupan itu merambat naik dan jatuh di pipinya. Mendapat sentuhan itu, Aleta baru tersadar bahwa yang memeluknya sekarang bukan papanya—Mr. Wawan tidak pernah menciumnya seperti itu. Aleta refleks menoleh ke belakang, eksistensi Angkasa adalah nyata di depan mata.

"Papa, hm? Gue suami lo, bukan papa lo." Suara bass rendah langsung menyergap rungu Aleta, mata keduanya berjibaku lekat satu sama lain.

Nama—Angkasa—hobi membuat jantung Aleta ingin loncat dari tempatnya. Guna menghindari rasa salah tingkah, tangan Aleta yang terbalut sarung tangan meraba-raba untuk meraup pupuk ke dalam genggaman tangannya. Tanpa sepenggal diksi, pupuk tersebut dengan sempurna melayang mengenai setengah dari wajah Angkasa.

Jangan tanya bagaimana ekspresi Angkasa, ia langsung mengumpat di depan wajah Aleta. "Damn you, Aleta! What are you doing!?"

"Em ... nothing, i just warn you to take off your arms."

Bukannya mendapat pelukan balik, malah dapat lemparan pupuk. Sungguh sial sekali. Angkasa menjauhkan tubuhnya berangsur mundur seraya mengibaskan sisa pupuk yang menempel di pipi serta dagunya. Beruntunglah itu pupuk kering, Angkasa belum siap jadi orang-orangan sawah jikalau Aleta mengguyurnya dengan pupuk basah.

RILAKKUMA [OSH] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang