19

596 69 689
                                    

I'm back ....

______________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______________




Hari itu saat Angkasa mengatakan akan menginap di sekolah, kini ia menepati janjinya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, kalau Angkasa dapat melihat Aleta tertawa karenanya, ia rela akan tidur di sekolah.

Angkasa sengaja berangkat sehabis magrib, soalnya lebih enak salat magrib di rumah. Mobilnya sudah berhenti di depan gerbang sekolah yang masih tertutup. Di dalam mobil,  Angkasa juga sudah menyiapkan bantal, guling, selimut untuk bekal tidurnya.

Ia turun dari mobilnya, menatap pos satpam yang nggak ada orangnya. Padahal ia sudah minta sama pak satpam sehabis magrib untuk berjaga di gerbang.

"Duh, kemana Pak Mamat?"

Angkasa masih celingukan mencari keberadaan Pak Mamat. Nggak mungkin kalau dia manjat, gerbangnya saja tinggi sekali. Sebelum Angkasa pergi tadi, ia mengirim pesan ke Aleta bahwa ia akan tidur di sekolah malam ini. Tetapi, Aleta tidak kunjung membalasnya. Gimana mau balas, nomor Angkasa saja masih di blokir sama Aleta.

Tangan Angkasa melambai semangat ketika netranya menangkap Pak Mamat yang keluar dari kegelapan. Pak Mamat langsung berlari menuju gerbang setelah beberapa saat memicingkan matanya menatap Angkasa dari kejauhan.

"Bapak dari mana saja? Saya tungguin dari tadi."

"Punten, Mas. Bapak tadi salat dulu," ucap Pak Mamat sembari membuka pintu gerbang.

"Ayo masuk, Mas!"

Angkasa mengangguk, ia kembali masuk ke dalam mobilnya. Gerbang di depannya sudah terbuka lebar, langsung saja ia tancap gas untuk membawa mobilnya masuk. Pak Mamat yang masih berdiri di samping gerbang spontan memundurkan langkah terkejut kala mobil Angkasa dengan seenaknya lewat memberi sepoi angin membahayakan.

Mobilnya ia parkirkan di dekat pos satpam. Nggak mungkin jika diparkir di tempat yang seharusnya. Terlalu jauh.

"Ya Allah, Mas. Mbok ya kalau bawa mobil pelan-pelan saja. Bapak hampir melayang tadi."

Angkasa tersenyum kaku dan menggaruk tengkuknya. "Ya maaf, Pak. Saya suka gitu kalau bawa kendaraan."

Pak Mamat hanya menggelengkan kepala. Heran sama tingkah anak muda zaman sekarang yang nggak bisa santai kalau naik kendaraan. Angkasa terlebih dahulu mengambil sesuatu di dalam mobilnya sebelum ia mengikuti langkah Pak Mamat ke pos satpam.

"Ini ada kue bolu, Pak. Bikinan bunda saya. Dijamin rasanya enak." Angkasa mendudukkan dirinya di samping Pak Mamat.

"Waduh, Mas. Jadi ngerepotin. Bapak buatin kopi ya, biar makin mantap."

"Wah, boleh tuh, Pak. Jangan pakai gula ya. Manisnya sudah di gebetan saya soalnya."

Pak Mamat senyum saja sebelum meninggalkan Angkasa sendirian. Sembari menunggu Pak Mamat, Angkasa mengotak-atik ponselnya, grup kelasnya sangat ramai hingga notifikasi menumpuk di ponsel Angkasa. Bisa dibilang Angkasa suka menimbun chat yang masuk.

RILAKKUMA [OSH] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang