71

239 23 19
                                    

Finally, aku update jugaIni pembacanya mungkin pada menghilang ya?😅 Maaf banget kalau diksinya kaku karena 1 bulan lebih nggak ngetik (╥_╥)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Finally, aku update juga
Ini pembacanya mungkin pada menghilang ya?😅
Maaf banget kalau diksinya kaku karena 1 bulan lebih nggak ngetik (╥_╥)

Enjoy❣️
&
Happy Reading🤗

_______________________

Kacau. Kesedihan dan kekhawatiran itu telah mengkalibrasi perasaannya menjadi beberapa bagian. Mencoba berdiri dengan tubuh yang bergetar, Aleta tergopoh pun selayak orang linglung manakala berusaha mencari ponsel miliknya. Tidak ada monosilabel lebih. Gadis itu seperti kehilangan kalimatnya lebih jauh. Aleta tidak mampu mengucapkan apa pun selain hanya menyebut satu kali nama sang Papa begitu lirih—tetapi juga penuh kalut nan keterkejutan.

Air mata terus berjatuhan. Sesekali menoleh ke arah pintu seraya jemari yang senantiasa bertremor kuat berusaha menekan beberapa nomor di ponselnya. Aleta terlalu takut sehingga ia kesusahan sendiri, memukulkan tangannya secara berulang-ulang pada paha dan berharap ketenangan untuk dirinya. Akan tetapi, itu tidak bekerja. Aleta mencengkeram tangannya seerat mungkin, tak peduli apabila akan menimbulkan kemerahan. Ia harus bisa untuk menghubungi polisi.

Aleta bergumam memohon agar nomor yang ia tuju segera terhubung. Disela-sela itu pula, Aleta sontak menegang serta menggigit bibir ketika melihat handle pintu kamarnya seperti akan dibuka dari luar. Keadaan kaki yang tidak memungkinkan juga menghambat pergerakan Aleta. Semakin lama, semakin brutal disertai gedoran cukup keras pada pintunya.

"Dari kepolisian, apa keadaan darurat Anda?"

Suara panggilan yang terhubung membuat Aleta terlonjak, gadis itu membawa tubuhnya menjauh dari pintu dan mendekat ke jendela. Mengabaikan sejenak suara di telepon, Aleta pelan-pelan membuka jendela tanpa adanya suara. Ia meringis saat kakinya yang terluka terbentur pinggiran jendela lantaran saking terburu-burunya ingin keluar melalui jendela.

Pintu masih berusaha untuk dibuka, semakin buruk seiring suara dobrakan yang terdengar cukup keras. Bersamaan dengan itu, Aleta berhasil melompat keluar dan segera berlari mencari tempat aman. Efek tubuh yang bergetar penuh kecemasan dengan sebelah kaki yang tidak dapat bergerak normal, membuat Aleta sempat terjatuh beberapa kali.

"Halo? Apa ini panggilan iseng?"

Aleta sontak menatap screen layar yang di mana masih terhubung dengan kantor polisi. Dengan bibir bergetar, Aleta mencoba bicara. "To-tolong saya, ada orang asing yang masuk ke rumah dan menusuk papa saya."

"Coba tenangkan diri Anda, katakan apa yang terjadi?"

"Saya tidak tahu, waktu itu saya sedang tidur lalu tiba-tiba mendengar suara keributan. Sepertinya perampok, mereka menusuk papa saya dan mengikat mama saya."

"Ada berapa orang?"

Genggaman ponsel di tangannya dicengkeram kuat. "Ada dua orang. Tolong datang kemari, s-saya takut."

RILAKKUMA [OSH] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang