Bab 7

117K 21.5K 3.1K
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Jangan lupa follow vote and Coment 💜

Beberapa peraturan baca cerita ini. Karena antusias kalian menentukan cerita ini lanjut atau enggak. Karena kalian tahu aku suka bgt unpublish cerita hahah disaat merasa kurang.

1. Komen disetiap part-nya dan tekan bintang/vote..
2. Follow wattpad aku biar kalian ngk kaget kalau ada bagian yg tiba-tiba hilang.
3. tolong tag juga temen-temen kalian biar ikut bucin
4. Jangan Hate Komentar ya 💜😉
5. Semakin dikit yang komen dan vote semakin lama aku update.

***

"Yola."

"Iya, Kak. Ada lagi?"

"Kamu suka bukunya?"

Yola teringat buku puisi yang berjudul Mencintaimu Tanpa Tapi. Pipinya merona malu. Asisten dosennya yang satu ini benar-benar mudah sekali membuatnya terbawa perasaan. Bisa-bisa Yola mati di tempat. Kenapa harus menanyakan buku itu, sih?

"Bagus, Kak bukunya."

"Saya itu, tanya kamu suka bukunya atau tidak, bukan bagus apa enggak." Suara Arsha yang datar membuat Yola merinding, apa asisten dosennya ini marah? Yola menelan ludah gugup. Bagaimana ini? Ia tidak ingin dimusuhi asisten dosennya. Ia takut tugas akhirnya dipersulit ke depannya.

"Suka, Kak. Kata-katanya bikin baper," terang Yola. Sedetik itu juga Yola merasa aneh dengan Arsha yang tiba-tiba tersenyum kecil. Bukannya tadi pria itu begitu ganas. Kenapa sekarang malah jadi seperti itu? Benar-benar tidak wajar.

"Bagus. Berarti saya tidak sia-sia menulis buku itu."

Tunggu dulu, apa maksud perkataan Arsha? Rasanya ambigu. Beginilah anak sastra kalau bicara, kalau nggak ambigu bahasanya mengandung hiperbola, personifikasi, dan kawan-kawannya. Yola berusaha untuk tidak baper, walau di kepalanya dipenuhi bayangan halu jika asisten dosennya ini menciptakan buku itu khusus untuknya.

Pergi kamu halu! Please, jangan halu sama asisten dosen ganteng ini. Ternyata benar, benci dan suka itu beda tipis. Kadang, ia begitu membenci Arsha, tapi juga mudah luluh dengan kata-kata manis pria itu.

"Oh, iya. Satu lagi, Yola," tahan Arsha.

Yola yang awalnya ingin bangkit pamit, jadi urung.

"Apa, Kak?" tanya Yola ia merasa sudah terlalu lama di ruangan ini, sedangkan sang asisten dosen selalu menahannya untuk tidak pergi.

"Kamu sudah ada yang melamar?"

"Eh?"

"Gimana, Kak?" Yola mengerjapkan mata. Melamar apa yang dimaksud sang asisten dosen? Apa asisten dosennya mau melamarnya? Tidak mungkin, pasti ini cuma fatamorgana.

"Melamar naskah kamu maksud saya." Nah, benar asisten dosennya ini jago banget bikin baper terus dihempas ke bumi begitu saja.

"Belum ada, Kak."

"Saya lamar mau?"

Kan, ambigu lagi! Yola jadi berpikiran yang tidak-tidak. Yola menahan napas, lalu membuangnya. Ingat Yola, ini yang dilamar naskah kamu, tapi kenapa kamu yang gugup? Begini risiko jomlo terus di sebelahnya ada orang tampan macam Kak Arsha. Tentu saja, ia tidak bisa menolak pesona pria itu.

"Boleh, Kak. Kebetulan sekali belum ada yang lamar." Yola tidak bisa menolak tawaran Arsha. Ia takut jika ditolak maka Arsha akan semakin aneh-aneh. Walau ia tahu ini tidak ada hubungannya dengan tugas akhir. Jadi untuk jaga-jaga saja.

ARSHAKA - The Prince CharmingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang