Bab 26

96.8K 16.9K 8.4K
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Jangan lupa follow vote and Coment

Komen setiap paragrafnya ya biar author semangat update...

Thanks buat 6.2 K komentarnya. Kalian luar biasa. Yuk aku tantang 7 K 💪☺️ pasti bisa 😎🤣

Talibun-talibun...

Doain author bisa beli kuota 😭😭😭 kenaapa kuota cepat sekali habis padahal ngk pernah buka YouTube dan Tiktok hikss..hikss...

guys jangan lupa mampir instagram @id.tekad bakal ada vote cover

***

Vivi cemberut ketika helm kesayangannya ditukar paksa oleh Satria yang merupakan kakak sepupunya. Selesai bimbingan tadi, ia kaget mendapati pesan dari Satria kalau mau menukar helm. Satria ada kencan dengan pacarnya, tapi malah tidak bawah helm. Mau tidak mau ia yang korban.

Vivi mendesah memakai helm berwarna hijau khas ojek online. Ini semua gara-gara satria. Pasti orang-orang akan mengiranya tukang ojek online. Ia masih berada di sekitar kampus. Jangan sampai orang yang ia kenal melihatnya, pasti ia akan diledek.

"Awas aja DASAR BANG-SAT," gumam Vivi sambil menyalakan mesin motornya.

"Mbak ojek!" Teriakan tersebut membuat Vivi mendesah. Sudah ia tebak, pasti akan ada yang salah paham.

"Saya bukan...." Vivi menghentikan kalimatnya ketika tahu siapa yang memanggilnya. Sosok cowok tampan yang baru ia temui. Vivi jadi salah tingkah.

"Antarin saya, ya, Mbak. Penting, nih, saya bayar dua kali lipat, deh."

Belum sempat Vivi menolak. Lelaki itu lebih dahulu duduk di boncengannya.

"Masih kuliah?" tanya Tunjung. Ia terkejut menemukan tukang ojek perempuan masih kuliah lagi.

"Iya," jawab Vivi. Sungguh, ia ingin meralat pemikiran penumpangnya, tapi ia terlalu malas untuk menjelaskan.

"Hebat kamu nggak malu ngojek sambil kuliah. Ibu kamu pasti bangga."

Vivi tersenyum kecil, padahal ia tidak melakukan hal yang cowok itu pikirkan. Selama ia kuliah, ia hanya menghabiskan uang orang tuanya tanpa bekerja.

"Kenalin nama saya Rama." Lelaki itu memperkenalkan diri.

"Vivi," balas Vivi canggung. Baru kali ini ia membonceng orang ganteng. Ia jadi ingin menceritakan semua ini pada Yola dan yang lainnya.

Motor Vivi berhenti tepat di depan sebuah kantor penerbitan dan percetakan. Vivi menatap kagum kantor tersebut karena terlihat begitu mewah dan megah. Pasti pria yang diboncengnya itu pegawai di sana.

"Makasih," ucap Tunjung sambil memberikan beberapa lembar pecahan uang.

"Mas, ini kebanyakan," tolak Vivi.

"Ambil aja. Lumayan bisa buat nambah bayar uang indekos."

Rezeki anak salihah. Setelah ini, ia akan mengajak Yola makan di kafe dekat kampus.

"Boleh minta nomer kamu?"

"Buat apa, Mas?"

"Lain kali kalau saya butuh. Nanti saya order sama kamu aja." Vivi awalnya ragu, tapi akhirnya memberikan nomornya.

*

Yola sibuk menyelesaikan revisi novelnya. Perut Yola keroncongan. Semalaman ia begadang mengedit naskah yang harus ia kirim ke Arsha. Meski sudah menjadi kekasih tapi tetap saja galak perihal naskah.

ARSHAKA - The Prince CharmingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang