•00• Rafliendra Kevlar Mahendra.

1.5K 178 109
                                    

⚠️ATTENTION PLEASE⚠️
SEMUA HAL NEGATIF DI CERITA INI
TIDAK UNTUK DITIRU
DIMOHON KEBIJAKANNYA DALAM MEMBACA❗


Angin dingin tengah malam berhasil merasuk ke dalam kulit seorang remaja yang sedang mengendarai motornya. Remaja itu jadi sedikit memelankan laju motornya, berusaha menahan hawa es yang terus-menerus ingin bergelut dengannya.

Mata remaja itu semakin memerah, akibat menahan kantuk yang sedari tadi menyerangnya. Wajahnya sudah pucat, warna kulitnya yang putih bersih itu berbaur dengan luka di sana-sini yang semakin membiru. Penampilan kacaunya, semakin lengkap dengan bajunya yang sudah kotor.

Kevlar menghentikan laju motornya saat melihat rumahnya sudah dekat. Ia turun, menuntun motor kesayangannya itu menuju rumahnya.

"Duhh!" Kevlar terlihat kesal sekaligus ketakutan saat melihat gerbang dan garasi rumahnya sudah digembok.

Pandangannya difokuskan ke POS rumahnya, melihat keberadaan Pak Satpam yang sedang tertidur di dalam sana.

"Pssstt! Pak! Pak Yono!" panggil Kevlar.

Pak Yono langsung terbangun seraya terduduk mendengar suara Kevlar. Memang, Pak Yono ini adalah orang yang sangat panikan. Bahkan saat tertidur, ia bisa langsung bangun jika mendengar sesuatu, sekalipun suara itu sangat pelan.

"M-Mas." Pak Yono mengusap wajahnya.

"Cepetan, Pak!" Kevlar menggedor-gedor gerbang rumahnya. Tak sabar.

"I-iya, sebentar."

Pak Yono langsung berjalan membuka gerbang, lalu menguncinya lagi setelah Kevlar masuk. Kemudian Pak Yono menghampiri Kevlar yang sudah sampai ke depan garasi, sambil sempoyongan.

"Pak, si Mogalar ini sama Pak Yono aja, ya? Kevlar kebelet pipis!" Bohong. Kevlar sangat malas jika akan menyimpan motornya.

'Mogalar' adalah nama motornya, singkatan dari 'motor ganteng Kevlar', katanya.

Kevlar langsung berlari, tanpa menghiraukan wajah Pak Yono yang terlihat masih mengumpulkan nyawanya.

Cklek~

Dengan perlahan Kevlar membuka pintu rumahnya. Ia berharap orang rumah sudah terlelap semua. Namun, sepertinya harapan itu hancur. Kevlar malah melihat Kakak tiri dan Ibu tirinya sedang bercanda gurau bersama Ayahnya.

Perasaan Kevlar saat ini seperti nun mati bertemu mim ditasydid saja. Apalagi mendengar Ayahnya memuji-muji Kakak tirinya itu, Kevlar nyaris seperti dibunuh namun tidak mati.

Lebay memang. Tapi itu yang dirasakan Kevlar sekarang. Semenjak bundanya meninggal setengah tahun yang lalu, semuanya berubah. Kevlar terluka. Kevlar tidak dipedulikan lagi oleh Ayahnya.

Apalagi, setelah Ayahnya itu menikah lagi dengan seorang janda satu anak, yang usia anaknya hanya berbeda satu tahun dengannya, ah Kevlar semakin ... menggila.

Awalnya alasan Kevlar menggila karena ingin diperhatikan lagi oleh Ayahnya. Namun, bukan obrolan manis yang Kevlar dapatkan. Melainkan bentakan, hinaan, dan ancaman. Hingga akhirnya, kegilaan itu menjadi candu bagi Kevlar.

Kevlar ... terbawa pergaulan bebas.

Semuanya seakan berputar. Kevlar yang terus-menerus tidak dipedulikan--lalu Kevlar melampiaskannya pada kegilaan--tapi karena itu Kevlar malah dibanding-bandingkan--dan Kevlar kembali lagi menggila karena itu--ulang lagi.

Selalu begitu.

Entah sampai kapan rantai kehidupannya berubah ....

"Jam berapa sekarang?" Hendra menghampiri Kevlar dengan tatapan dinginnya. Berbeda sekali dengan Hendra saat menatap Wildan, tatapan itu ... hangat.

Cacoethes Donde viven las historias. Descúbrelo ahora