•09• Menerima?

685 84 16
                                    

Ternyata benar, semalam Kevlar tidur sangat nyenyak sekali, sampai-sampai telat satu jam setengah untuk sampai ke sekolahnya. Gerbang yang menjulang tinggi itu sudah ditutup rapat, dirantai, dan digembok.

Kevlar tidak tau, apakah semalam ia yang terlalu nyenyak tidur sehingga tidak mendengar suara Wildan yang membangunkannya, atau memang Wildan yang memang tidak membangunkannya hari ini.

Sebenarnya Kevlar merasa terbantu akan hal itu, Wildan yang selalu membangunkannya, mengingatkannya tentang disiplin waktu. Namun, Kevlar selalu saja telat untuk sampai ke sekolahannya, itu dikarenakan kadang-kadang Kevlar sarapan bubur dulu di pasar, hingga lupa waktu.

Padahal di kantin sekolahnya juga ada, namun, vibes-nya berbeda, tempat itu adalah salah satu kenangan ia bersama ayah bundanya. Dulu, setiap pagi-pagi ketika jogging bersama melewati pasar, Kevlar selalu mampir ke sini bersama ayah dan juga bundanya. Kevlar hanya rindu.

"Kenapa diem aja? Biasanya ngerengek minta dibukain gerbangnya, ya ... walaupun ngerengekmu datar, tapi selalu berhasil buat saya buka gerbang ini." Pak Asep memperhatikan Kevlar yang hanya diam, berdiri sambil bersenderan ke motornya dari tadi.

"Saya pasrah aja deh, Pak. Terserah Pak Asep mau bukain gerbangnya atau enggak." Kevlar berjongkok, kini ia bersenderan di tembok sekolahnya.

"E-eh ... kenapa nih? Lagi galau ya?" Pak Asep terkekeh, berniat akan mengajak Kevlar bercanda.

"Lagi capek, Pak," jawab Kevlar lalu menghela napasnya.

"Lho ... capek kenapa? Jujur nih ya, Bapak tuh salut sama kamu, walaupun kamu selalu telat, tapi masih aja niat pergi ke sekolah, hebat! Tapi, kamu juga salah sih, harusnya kamu bisa ngatur waktu ... harus jadiin ini pelajaran ... harus kapok ... bukannya diulangi lagi ... diulangi lagi ...."

Kevlar mendongak. "Bapak capek 'kan liat saya? Sama, Pak. Saya juga capek sama diri saya sendiri."

Pak Asep tersenyum, ia ikut berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Kevlar yang masih di luar gerbang. "Kamu beneran lagi galau nih, kayaknya," kata Pak Asep lalu mencolek bahu Kevlar lewat sela-sela gerbang. "Dunia ini memang tempatnya capek, Kev. Nikmat dunia itu sama dengan sebelah sayapnya nyamuk. Tuh coba, bayangin aja miliaran orang berebut buat dapet nikmat dunia, senggol-senggolan pastinya ...."

"Bapak gak tau kamu capek secara harifah atau capek kayak gimana, Bapak cuma mau ngingetin aja, Allah itu nggak bakal ngasih ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya. Kamu tau itu 'kan? Nah, kamu itu mampu, makannya kamu di uji. Dan kamu, pasti bisa lewatin semua ini, karena kamu mampu."

Kevlar mendengarkan ucapan dari Pak Asep sambil menunduk melihat aspal sekolahannya, matanya sedikit berkaca-kaca, perasaannya sangat campur aduk dari semalam.

Pak Asep tersenyum lagi, kali ini ia menepuk-nepuk pundak Kevlar lewat sela-sela gerbang. "Kuatin lagi pundaknya! Belajar yang bener! Kamu itu anak yang baik!"

Kevlar tersenyum tipis, ucapan dari Pak Asep membuat semangatnya ada lagi. "Makasih banyak, Pak."

Pak Asep tersenyum, lalu berdiri membuka gerbang itu sambil berkata. "Ayo masuk."

🍃🍃🍃

"Nggak ada kapok-kapoknya ya kamu! Mau saya panggilkan orang tuamu ke sini?!"

Kevlar menunduk, ia baru saja selesai memakirkan motornya di parkiran, dan ketika membalikkan badan, Kevlar langsung bertemu dengan guru BK. Kevlar tentu terkejut, ia pikir hari ini akan bebas dari hukuman telatnya karena ia tidak melihat ada anak OSIS, namun dugaannya salah.

Cacoethes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang