•06• Keluarga?

644 121 59
                                    

"Kevlar!"

Wildan berlari menghampiri Kevlar ketika anak itu baru saja menutup pintu kamarnya. Pakaiannya sudah rapih, Kevlar memakai hoodie ke sekolah hari ini.

"Sarapan dulu," kata Wildan setelah sampai di depan Kevlar.

Kevlar melihat ke bawah, ke meja makan, di sana sudah ada Ayahnya dan Hera, mereka terlihat sedang asyik mengobrol bersama.

"Ayo!" Tanpa mendengar persetujuan dari Kevlar, Wildan merangkul adiknya itu, membawanya ke meja makan.

"Eh, anak Mama udah pada siap. Sini! Sarapan dulu," kata Hera dengan semangat.

Hera tersenyum melihat mereka mulai duduk bersebelahan. Perempuan paruh baya itu langsung saja mengambil piring, menyiapkan makanan untuk mereka berdua.

Hendra hanya diam memperhatikan mereka, sesekali memperhatikan Kevlar yang hanya menunduk menatap makanannya sedari tadi.

Banyak sekali perubahan, Kevlar yang dulu selalu ceria di hadapannya, selalu mengadu keluh kesahnya, selalu menjahilinya, selalu bercerita tentang hari-harinya, kini berubah menjadi dingin seperti ini.

Hendra tidak bohong, ada rasa rindu akan sikap Kevlar yang dulu. Namun, buru-buru Hendra tepis perasaan itu, kini semuanya memang sudah berbeda.

"Dimakan Kev, makanan buatan Mama enak lho," kata Wildan sambil melirik Kevlar yang sedari tadi diam.

"Makanan buatan bunda lebih enak," batin Kevlar.

"Kemarin Kevlar bawa bekal dari Mama kok. Habis lagi. Makasih ya, sayang," kata Hera sambil melemparkan senyumanya ke arah Kevlar.

Kevlar hanya tersenyum tipis menanggapinya. Mata cokelatnya kini menatap Hendra yang beranjak dari duduknya sambil merapihkan baju dan barang-barang kantornya.

"Maaf sayang, aku lupa, ada meeting pagi-pagi hari ini," kata Hendra.

"Yah, padahal ini kali pertama kita sarapan ber-empat, kamu malah buru-buru gini." Hera mengerucutkan bibirnya.

Hendra tersenyum pada istrinya itu, meminta maaf. Hera langsung berdiri, ia mencium punggung tangan suaminya itu dengan raut wajah yang masih sebal.

"Maaf ya, nanti aku sarapannya di sana," kata Hendra, Hera mengangguk.

Lelaki paruh baya itu kembali tersenyum, ia beralih mengacak rambut Wildan dengan gemas. "Ayah berangkat," ucapnya, lalu berlalu.

"Se-sakit ini kah??"

🍃🍃🍃

Kevlar berjalan dengan lesu menuju parkiran bersama Gerald, Richard, dan Irsyad. Pantas saja semalam Pak Haris menyuruh 'dibagi kelompok', ternyata sekolahnya hari ini ada rapat guru, para murid jadi pulang diwaktu yang masih pagi, dan berakhir mengerjakan tugasnya di rumah. Jika begini, kenapa tidak diliburkan saja? Ah, Kevlar kesal jadinya.

Kelompok yang semalam dibuat Safira, jadi. Kevlar dengan ke-tiga temannya itu jadi satu kelompok karena mejanya saling berdekatan.

"Jadi, kerja kelompoknya mau di mana?" tanya Richard lalu menyedot susu kotaknya.

"Di rumah gue? Atau mau di kafe lo? Eh, atau mau di rumah Irsyad? Kita kan belum pernah main ke rumah dia," jawab Gerald yang membuat Irsyad menyipitkan matanya.

"Eh? B-boleh, di rumah saya aja," kata Irsyad menyetujui.

Gerald mengangguk. "Kev, lo udah pernah main ke rumah Irsyad belum?"

Cacoethes Where stories live. Discover now