•04• Telat.

705 115 32
                                    

Kringg... kringg...

Kevlar membuka matanya saat mendengar suara nyaring alarm dari ponselnya, ia duduk seraya mengambil ponselnya untuk mematikan suara nyaring itu. Kevlar menghembuskan napasnya kasar, ia lihat jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat. Ah! Ia salah memasang alarm. Kevlar telat!

Entah apa yang ada dipikiran Kevlar sekarang, sehingga menolak kenikmatan rebahan di kasurnya yang empuk itu. Ia beranjak dari kasurnya untuk bersiap-siap pergi ke sekolah, tidak terlalu buru-buru, menurutnya ini sudah terlanjur telat.

Kurang dari setengah jam Kevlar bersiap-siap, kini ia sudah menuruni anak tangga. Matanya yang masih kelihatan bangun tidur itu melengos dengan malas saat melihat Hera akan menghampirinya.

"Lho, Kev. Mamah kira kamu enggak sekolah dulu. Kata Wildan, semalam kamu sakit, makannya gak dibangunin. Ayo ke sana dulu, sarapan," ajak Hera.

Kevlar menoleh ke meja makan, di sana masih ada Hendra. Apakah wanita di hadapannya ini sedang caper? Pikir Kevlar.

Kevlar menatap Hera datar. "Gue udah telat."

"Eh, iya, ya ampun, bentar-bentar, Mamah ambil bekal dulu." Hera hendak berlari menuju dapur, namun suara dingin Kevlar menghentikan langkahnya.

"Gak usah." Kevlar melanjutkan langkahnya keluar rumah.

Hera tidak tinggal diam, ia berlari kecil menyusul Kevlar. "Tolong, sekali ini aja, terima. Oke?"

Kevlar menghentikan langkahnya seraya melihat Hendra yang selalu saja terlihat tidak peduli.

"Cepetan," ucap Kevlar pada Hera.

Hera tersenyum. "Iya."

🍃🍃🍃

"Pak Asep, bukain gerbangnya."

"Gak bisa, Kevlar. Kamu udah telat banget."

Kevlar mengusap peluhnya, kali ini ia berangkat ke sekolah menggunakan angkutan umum, mogalarnya tidak bisa menyala karena bensinnya sudah habis dan kering. Kevlar memang orang yang malas mengisi bensin, tapi ia penyuka bau bensin.

Kevlar melihat tembok dan pagar sekolahnya yang menjulang tinggi, andai saja itu tidak tinggi, Kevlar sudah pasti akan memanjatnya. Kevlar menghembuskan napasnya, sekolahnya ini benar-benar tidak ada jalan masuk lagi kecuali pagar yang ada di depannya ini.

Kevlar menggenggam pagar sekolahnya lagi. "Pak, bukain lah, baru juga telat satu jam."

"Heh! Emang satu jam itu sebentar, ya?" Pak Asep menaikkan sebelah alisnya.

"Di jalan juga butuh waktu, Pak," jawab Kevlar.

"Kamu itu seorang pelajar, harusnya bisa mengatur waktu!" kata Pak Asep dengan tegas.

"Pak, saya telat karena kesiangan, segini juga masih ada niat buat pergi ke sekolah. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Iya 'kan?" Wajah Kevlar tampak memelas.

Pak Asep menghembuskan napasnya. "Ya, iyalah. Tapi kalau dibandingkan dengan tepat waktu, lebih baik tepat waktu daripada terlambat. Iya 'kan?" balas Pak Asep sambil menirukan gaya berbicara Kevlar.

Kevlar menatap Pak Asep sebal. "Bukain lah, Pak."

"Gak."

"Pak ...."

"Bukain Pak, biar kami yang hukum dia."

Nazriel yang berbicara, di belakangnya ada Wildan serta kedua anggota OSIS yang dekat dan juga satu kelas dengan Nazriel dan Wildan, mereka Deandra dan Bryan.

Cacoethes Where stories live. Discover now