Day 10

26 7 2
                                    

Buat karya dengan prompt: Dunia di mana menulis cerita adalah kegiatan ilegal

Genre: Anggap ini fantasi-religi. Jangan tersinggung, Kawan.
(Duar, saya makin doyan mix genre)

****

"Menulis cerita, sejak hari ini, dilarang."

"Ta-tapi, Anda sendiri membaca buku."

Laila melirik tumpukan buku yang rajin ia baca satu demi satu. "Ini bukan buku cerita. Kalian tahu, saya membaca sesuai urgensi. Ini kitab ringkasan Shahih Bukhari. Saya hanya melarang cerita yang jelas kebohongannya. Cerita imajinatif hanya membuat panjang angan-angan. Halu berkepanjangan."

Dua orang di ruangan besar itu diam sejenak.

"Menulis apa pun boleh, asal jangan cerita fiksi. Jangan beri dongeng-dongeng muluk tidak jelas ke anak kecil. Kalau mau, beri mereka cerita sejarah; sirah nabawiyyah, sejarah orang-orang hebat, dan sebagainya." Laila mengentakkan kaki, meski tak terlihat di balik gaun panjangnya. "Berantas semua cerita. Bawa kemari semua penulis yang masih menulis fiksi."

Laila. Sang Ratu pengganti orang tuanya meski belum menikah. Dari kecil sudah dikenal begitu strict dan agamis meski hanya di kalangan keluarganya--Laila tidak pernah terekspos dunia luar. Siapa yang menyangka, larangan menulis cerita akan muncul?

"Kalau boleh tahu, kenapa?" Sang Pengawal menunduk, merasa lancang sudah bertanya.

Mata Laila kontan berkaca-kaca. "Karena menulis cerita fiksi, ibuku menghilang sekian tahun. Tokoh antagonis yang ia buat menjelma jadi nyata dan mengacaukan hidup banyak orang. Aku tidak mau hal yang sama terjadi lagi."

Sang Pengawal tercengang. Apa yang baru ia dengar?

"Dengar? Menulis cerita fiksi dilarang. Kalian tidak tahu akibat dari cerita mengada-ada yang kalian buat!"

"Tapi--!"

Tidak ada orang lain selain Laila dan pengawalnya, tetapi ada suara lain entah dari mana.

"Siapa yang bilang 'tapi'?" Laila bukan orang yang senang memerintah, tetapi kegelisahan membuat suaranya mengeras.

"Tapi, kamu sendiri baru saja mengarang cerita ...!"

"Itu nyata!" Laila yang sejak tadi duduk kini berdiri, mengepalkan kedua tangannya. Ia meladeni suara tak kasatmata tadi. "Kalian tidak mengalami apa yang aku dan beberapa orang alami, gara-gara sebuah buku cerita terkutuk ...."

Buku cerita terkutuk ...?

"Si tokoh utama hampir mati demi menyelesaikan cerita seperti di buku itu. Aku ... aku tidak percaya kutukan, tapi fiksi itu jadi nyata!" Laila gemetar. "Aku tidak mau ada hal seperti itu lagi. Aku melarang tulisan fiksi, apa pun itu! Aku mencegah adanya tokoh-tokoh utama baru yang dizalimi karena hidup yang digariskan oleh imajinasi seseorang ...!"

Aku tidak mau ada cerita yang menjadi nyata untuk kedua kalinya. Aku tidak mau melihat temanku menghilang karena ternyata ia hanya anomali--harusnya tidak ada, tapi menjadi ada karena sebuah cerita. Ia menghilang begitu saja setelah buku itu mencapai kata tamat, meninggalkan kami yang memang asli di sini ....

****
***
**
*

(Kembali ke Tare)

"Dia pingsan mendadak dan mimpi runyam seperti itu. Kasihan."

Di salah satu taman dalam istana, aku, Deha, Terra yang membatu, dan dua orang lain berkerumun. Seseorang tergeletak di rerumputan, tak bisa dikatakan tidur.

Trapped in Hayalan (Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang