Day 4

37 6 0
                                    

Tema: Buat Fictogemino dengan tema, "Kecelakaan"

Genre: APA YAK? SoL deh

****

Judul: Obrolan Acak

****
****

"Jadi, yah ... keluarga kami, semuanya, pernah kecelakaan."

Hening.

Lia mengentakkan teko teh di atas meja. Wajahnya mengerut. "Bunda ... mati tertabrak mobil. Aku enggak akan melupakannya."

"Hei, Lia. Enggak ada yang memintamu cerita—"

"Aku enggak bisa lupa," ucap Lia. "Itu kenangan buruk, tetapi aku enggak ingin melupakannya. Kayak kata seseorang. Kata Tora. Daripada melupakan, lebih baik mengikhlaskan."

Tora tersedak.

"Ah, ya. Kecelakaan parah terakhir itu Tora. Dia sampai koma dan lumpuh sementara. Agak ajaib juga melihatnya bisa kembali sehat seperti sediakala tanpa kekurangan apa-apa."

"Kak, abis kecelakaan, aku banyak pantangan, lo," ujar Tora. Kok ia seperti tak mau kalah menderita? Apa dia termasuk kaum mendang-mending?

Lia bersedekap. "Kecelakaan ... berdampak besar buatku, memicu asmaku, membuatku enggak bisa senormal sebelumnya."

"Buatmu, Lia?" tanya Ivy memastikan. Ia memang tak tahu apa-apa.

Lia mengangguk. Wajahnya  muram, tetapi ia tetap lanjut bercerita. "Kalau Ayah, Ayah jadi buta sebelah karena kecelakaan. Pokoknya, semua taraf kehidupan jadi menurun kalau ada kecelakaan."

"Memang parah," gumamku. "Gimana masa lalu berdampak buatmu, Lia? Apa kamu ... merasa buruk?"

Yah, obrolan tentang cinta pertama tadi banting setir menjadi kecelakaan setelah Radit ungkit.

"Lia waktu itu kecelakaan mobil. Aku enggak bisa lupa soal itu." Radit bertopang dagu sambil menatap arah lain. "Maksudnya, aku ... merasa bersalah."

"Oh, soal itu. Radit menyelamatkanku." Lia mengedip ke arah laki-laki itu.

"Jadi itu alasan Kakak sama dia?" Tora menuding Radit yang cengengesan.

"Radit yang nemenin aku selama Tora ngilang sekian lama." Lia mengangkat bahu. "Dia masih mau temenan denganku, padahal aku udah ngusir dia—pake kekerasan, lagi."

Radit tersedak.

"Jadi, Lia ... Radit itu ... your first?" Ivy bertanya ragu. Eh, ralat, ia tak ragu. Dasar tak tahu malu.

Lia seketika bersemu. "Apa?"

Tora bersedekap. "Emang bener, kalau mau ngomongin cinta-cintaan, tanya ke Kakak aja." Tora menunjuk Lia dengan gaya dilebih-lebihkan. "Atau ke lelaki yang mojok di sana." Ia menunjuk Radit dengan cara yang sama.

Aku menggaruk kepalaku. "Yah ... ada yang mau ngomongin soal c-i-n-t-a."

"Ada apa?" sahut Tora.

Deha menggumam-gumam tak jelas.

"Hei, kalian abis jebur-jeburan?" Tora mengamati kami, mengabaikan perkataan yang barusan. "Ayo makan dulu. Udah siap"

"Cie, yang enggak sabar besok ketemu kamerad," ledekku.

"Kamu ngapain?" sahut Tora. "Jangan kebanyakan bertingkah, nanti besok malah enggak bisa berangkat."

"Hei, Tora!" seruku. "Kok jadi kamu yang ngatur?"

"Kalian kok ngilang sih tadi? Lama banget ditungguin dari tadi."

Obrolan masih berlanjut setelah itu.

****

P.s.
saya pusing!

Coba kalian baca dari bawah ke atas, apa ceritanya masih nyambung? Menurutku sih nyambung-nyambung aja, meski jadi maju-mundur :D (maksa)

Anggap aja tema hari keempat selesai.

Bandung, 3/2/22
zzztare

Trapped in Hayalan (Again)Where stories live. Discover now