Day 12

22 4 0
                                    

Tema: [ Buat cerita dengan kalimat pembuka, "Apakah takdir bisa diubah?" ]

Judul: My Dear Friend

Genre: ... post apo, but SoL

****

"Apakah takdir bisa diubah?"

Ven membenarkan kerudungnya yang acak-acakan. Mata lavender anak itu tampak sayu dan redup.

"Kamu jangan paksakan diri lagi. Kamu tumbang berkali-kali tiap berdiri. Aku saja yang pergi."

"Ven, tunggu! Aku enggak mau jadi beban!"

"Ya kalau kamu tumbang, kamu jadi literally beban, tahu?" Ven mengentakkan kaki. "Sudahlah. Anak-anak lain menghilang, mungkin mereka menemukan pintu masuk ke sana. Aku enggak akan pergi lama tanpa memberitahumu. Aku malah lebih memilih, kamu yang hilang lebih dulu—"

"Kamu mau membunuhku?!"

"Enggak! Aku enggak mau kamu mati!"

Kata-kata itu.

"Aku akan melindungimu, menjagamu biar kamu tetap baik-baik saja!" Ven mencengkeram kerah laki-laki itu. "Aku akan cari makanan. Kamu yang anteng di sini! Turuti aku, kumohon!"

Dua tahun.

Dua tahun sejak manusia dilepas dari kubah besi raksasa setelah adanya alarm peringatan kesalahan sistem. Entah apa yang terjadi sebenarnya. Suatu malam, kubah itu "rontok" dan hilang seluruhnya, membuat semua orang yang tinggal di dalamnya terombang-ambing di alam liar ... yang sudah tak berpenghuni.

Entah ke mana para elitis, yang tersisa hanya rongsokan besi entah apa, yang entah pula bagaimana caranya, sesekali ada satu-dua orang muncul dan membawa pangan serta membagikannya. Hanya Ven yang pernah melihatnya. Kata Ven, orang-orang itu mengaku berasal dari dunia lain. Mereka takjub melihat masih ada yang bisa bertahan hidup.

"Tapi, tiap kutanya soal kawan-kawan kita yang hilang, mereka enggak tahu," ujar Ven waktu itu. "Apa mereka sengaja menghilang karena enggak tahan hidup di sini? Mencari dunia lain tanpa mengajak kita ...."

Alba melihatnya. Anak itu, meski dalam keadaan lemah dan sakit-sakitan, memiliki kepekaan luar biasa. Bukannya "kita". Mereka hanya tak mengajak dirinya.

"Aku akan mencari tahu soal dunia lain itu. Kalau memang takdir, aku akan mencoba membawamu ke sana."

"Enggak perlu." Alba memberi kode supaya Ven mendekat. "Aku enggak apa-apa mati di sini, asal ada kamu—"

"Kamu enggak boleh mati!"

Ven sangat benci kata-kata akan kematian, meski Alba berkali-kali mengisyaratkannya.

"Dunia lain ... tempat orang-orang baik pemberi makanan itu berasal. Mereka bilang, kehidupan seperti utopia—tetapi mereka masih memikirkan kita di sini! Aku akan mencari cara ke sana. Aku akan mengubah takdir menyedihkan ini. Dan kamu!" Lagi, Ven menyentak kerah Alba. "Enggak boleh mati!"

Ven pergi cukup lama hari itu. Ia kembali ketika sudah malam dalam keadaan sangat kotor, tetapi nyengir lebar.

"Aku membuntuti salah satu orang itu sampai kembali. Ia masuk ke dalam rongsokan besi, lalu aku kehilangan jejak. Mungkin, ada sesuatu di sana."

"Ven, apa kamu tahu apa itu utopia?"

Ven tak menjawab. Ia mendekat, lalu mengangsurkan bungkus biskuit pada Alba.

"Kesenangan di sana hanya semu. Kamu jangan tertipu dan berangan-angan ke sana," lanjut Alba.

"Apa pun akan kulakukan," ucap Ven, "asal kamu tetap hidup. Kamu enggak boleh mati."

****

Guguran sakura masih menemani perjalanan kami. Unik sekali. Pohon sakura di sini raksasa, bahkan bisa menaungi Terra yang setinggi 120 m. Sementara itu, kami menyimak cerita Alba.

"Tare ... aku mau bicara," ujar Ivy tiba-tiba. "Ayo menjauh."

Aku mengangguk dan mengikutinya.

"Apa kamu merasa janggal?" tanya Ivy begitu kami berada cukup jauh dari yang lain.

"Janggal? Maksudmu, dia berbohong?"

Ivy menggeleng. "Ven."

"Ven itu enggak ada?"

"Bukan!" Ivy tampak gemas. "Berapa kali Ven mewanti-wanti kalau Alba enggak boleh mati?"

"Euh, ya ... berkali-kali."

"Apa kamu menyimpulkan sesuatu?"

Aku menggeleng. Emang aku bodoh.

Ivy menghela napas. "Ven itu ... dia enggak menyaksikan kematian Alba, 'kan?"

"Maksudmu?"

"Dia bilang, mau mengubah takdir, melakukan apa pun ... asal Alba tetap hidup."

DEG.

"Sudah, cukup, aku merinding," keluhku.

"Menurutmu, apa kita bisa mengembalikan Alba ke waktunya?"

Aku diam saja.

"Gimana kalau Alba sebenarnya ... sudah mati?"

****

Day 12 - done

Gegara Alba, TiH sekarang jadi post-apo.

JKT, 12/2/22
zzztare

Trapped in Hayalan (Again)Where stories live. Discover now