7. The Quandary

382 115 352
                                    

Jung bangun lebih dulu, ia menundukkan kepalanya untuk menatap Leira yang masih tertidur pulas dengan posisi masih memeluknya. Perlahan, ia menyingkirkan helaian rambut sang istri ke belakang daun telinganya, lalu diakhiri dengan mengecup pucuk kepala Leira meski terhalang oleh ventilator pernapasan.

Lega dan bahagia, itu yang dirasakan Jung sekarang—di mana drama gila yang ia mainkan telah usai. Menuai hasil yang sangat ia harapkan, selain nyawa dan uang selamat, istrinya berubah dalam sekejap—lebih perhatian karena takut kehilangan. Jung yakin, dalam waktu dekat, hubungan Leira dengan Jimin akan merenggang. Buktinya, tadi malam ia mendengar Leira malas menanggapi telepon dari Jimin.

Jung aslinya sadar, tetapi masih pura-pura pingsan.

Leira terbangun akibat pergerakan kecil yang dilakukan Jung. "Maaf membuatmu terbangun," katanya lirih.

Leira hanya mengangguk, hendak menenggelamkan kepalanya lagi di dada lebar suaminya. Namun, saat tanpa sengaja melihat jam dinding, ia langsung duduk dan beranjak dari ranjang.

"Aku harus memanggil dokter dulu untuk memeriksa keadaanmu. Tunggu sebentar, ya." Sebelum pergi, Leira menyempatkan cuci muka dan memakai perona bibir agar terlihat lebih fresh.

Sesampainya dokter di ruang rawat Jung, dia memeriksa keadaan tubuh Jung dengan mendengarkan detak jantungnya di balik stetoskop. Lalu, memeriksa mata Jung satu per satu menggunakan senter, dan terakhir, melihat kondisi jari kelingking kaki Jung yang terpotong.

"Saya rasa tubuh anda sudah mulai membaik, tapi diusahakan jangan terlalu banyak bergerak agar cepat pulih. ventilatornya akan saya lepaskan."

Leira mengembangkan senyumnya. "Kira-kira, suami saya kapan diperbolehkan pulang?"

"Jika dalam dua hari ke depan kondisi suami anda sudah benar-benar pulih, saya akan mengizinkannya pulang. Kalau begitu, saya permisi dulu." Setelah mendapat anggukan dari Leira, dokter pun lenyap dari ruangan rawat Jung.

Tidak berselang lama, Jay dan Han datang. Mereka membungkuk sopan, lalu duduk setelah dipersilahkan Leira. Jay menarik napas dan berkata, "Maaf, karena menganggu waktu anda. Maksud kedatangan kami kemari, ingin menggali informarsi lebih mengenai penculikan anda. Bisakah anda memberikan keterangan secara lengkap?"

Jung hanya tersenyum kecil, hendak menjawab pertanyaan Jay. "Saya tidak tahu pasti, siapa yang menculik saya. Penculiknya selalu berpakaian hitam, wajah dan tubuhnya selalu tertutup dan tidak pernah ditampakkan kepada saya. Selama saya diculik, saya disekap di dalam gudang dan selalu diberi obat tidur. Namun, samar-samar saya mendengar suaranya seperti suara wanita."

Pikiran Leira langsung tertuju kepada sosok Bae Soora, sonbaenim Jung saat kuliah. Leira ragu dengan pikirannya. Namun, ia segera menepis asumsi buruk tentang Bae Soora karena jika wanita itu ada hubungannya dengan penculikan Jung, dia tidak mungkin berkeluyuran ke mana pun.

Jay mengangguk paham. "Apakah anda bisa mengenali tempat penyekapan anda di mana? Mungkin anda bisa menjelaskan ciri-cirinya."

"Saya benar-benar tidak bisa memberikan ciri-cirinya dengan rinci. Saat saya keluar dari gudang, rumahnya terlihat seperti rumah kosong yang hanya dilengkapi dua sofa dan satu televisi saja. Tetapi, saya pernah sekali mengintip ketika berada di luar gudang, suasananya asri sekali, seperti di pedesaan."

Jay dan Han saling menatap, mencatat informasi dari Jung di otak mereka masing-masing. "Lalu, mengenai jari kelingking kaki anda, kenapa bisa terpotong?" Han mengimbuhi.

"Entahlah. Saya tidak tahu apa pun. Saat baru bangun saya sudah menemukan jari kelingking kaki saya hilang satu. Mungkin dipotong saat saya pingsan," jawab Jung santai dan tenang.

He's DangerousWhere stories live. Discover now