8. Who is He?

329 94 268
                                    

"Aku anggap kau sedang bercanda. Jangan mengada-ngada." Jimin hanya tertawa kecil. Jimin tidak menganggap Leira serius lantaran dia berpikir jika Leira tengah mengerjainya, karena kesal atas sikapnya yang sudah kelewat batas di depan Jung.

Namun, raut wajah Leira tidak menunjukkan jika ia sedang bercanda. "Aku serius, Jim. Kita akhiri saja hubungan ini, atau semuanya akan rumit jika ketahuan."

Sontak mata Jimin membola kaget, kedua tangannya memegang erat pundak Leira. "Bukankah selama dua tahun ini hubungan kita baik-baik saja? tidak ada yang mengetahuinya, siapa pun itu. Lalu, kenapa tiba-tiba kau ingin mengakhirinya? Kau juga ingin terbebas dari pernikahan sialan dengan Jung, kan? Kau sudah janji jika kita akan hidup bersama."

Sebegitunya Jimin tidak ingin melepas Leira.

"Jim, please ... berpikirlah realistis! Semuanya sudah terbongkar, lambat laun orangtuaku juga akan mengetahui perselingkuhan kita. Posisiku sedang sulit saat ini. Kumohon, mengertilah."

Bukan Jimin, jika dia tidak bisa menyakinkan Leira. "Aku tahu dan aku sadar, tapi jika kita terus mengelak dan tidak membongkar kedok masing-masing, kita bisa terus bersama. Bukankah tujuan kita selama ini untuk tetap bersama, hm? Aku juga janji tak akan memaksamu menemuiku, kau bisa bertemu denganku kapan pun kau mau."

"Tapi, Jim—" Sekeras apa pun mencoba putus dengan Jimin, nyatanya hati Leira goyah lagi. Ia tak bisa memegang teguh keputusannya, bahkan seakan sirna setelah mendengar kata-kata manis yang keluar dari mulut Jimin.

Ditambah dengan pelukan hangat dari Jimin, Leira semakin putus asa dengan keputusannya. Untuk saat ini, putus dengan Jimin adalah sebuah kesalahan, karena tak ada orang selain Jimin yang bisa memahami dirinya—begitu pikir Leira.

"Kita akan tetap bersama dan aku akan selalu berada disisimu, menyayangimu, sekaligus mencintaimu. Walaupun aku yang kedua." Jimin dari awal sudah sadar, bahwa hubungan diam-diam ini akan berujung menyusahkan.

Leira mengusak kasar rambutnya, cukup frustrasi karena tidak jadi putus dengan Jimin. Entah kenapa ia bisa memiliki hati dan pikiran yang tidak bisa diajak kerja sama plus plin-plan. Leira sendiri tak tahu saat ini ia tengah menyesal atau malah bimbang. Sial, Jimin bisa membuatnya tak berdaya dalam satu waktu.

Kejadian kemarin di depan ruang rawat Jung, sangat menjadi beban pikiran Leira. Apalagi setelah ia masuk, tatapan keluarganya seperti mengintimidasi, seolah penasaran apa yang ia bicarakan dengan Jimin.

Bebannya semakin bertambah ketika melihat ada sesuatu yang suaminya dan kakak tirinya sembunyikan. Leira kemarin sempat melihat, bahkan mendengar saat Seokjin memeluk tubuh Jung sebelum pamit pergi, suaminya mengucapkan sebuah kalimat yang membuatnya penasaran.

"Terima kasih atas bantuanmu, Hyung."

***

Han mengacak rambutnya kasar, sedikit kesal karena tak menemukan sebuah petunjuk. "Kalau seperti ini, lama-lama kepalaku bisa pecah. Sama sekali tak ada petunjuk, Sonbae." Mereka memang berada di ruang cctv di tempat perlombaan renang tempo lalu.

Jay tetap diam, masih memperhatikan layar monitor. Mungkin, saat dia lengah di situlah hal yang mencurigakan terjadi. Benar saja, ternyata ada seseorang yang tampak mencurigakan. "Bisa kau ulangi rekamannya?" Pengawas mengangguk.

Rekaman tersebut memperlihatkan seorang pria bertopi dan berjuba hitam tengah menarik sebuah troli yang berisi dua boks besar yang ditumpuk. Ciri fisiknya seperti tidak asing, makanya Jay seperti mengenal sosok ini.

"Mirip dengan sekertarisnya Jungkook, bukan? Bagaimana menurutmu?"

"Aku juga berpikiran yang sama, hanya dia yang terlintas di kepalaku saat ini, Sonbae."

He's DangerousWhere stories live. Discover now