9. Hiraeth

325 95 290
                                    

Jay bersama sekumpulan polisi pergi menuju pedesaan yang sudah beberapa hari lalu mereka observasi. Han tidak ikut, karena dia diperintahkan Jay untuk mencari keberadaan Namjoon.

Mata Jay terbelalak lebar, sedangkan yang lain menganga tidak percaya dengan yang mereka lihat. Banyak abu, tempat acak adul, dan beberapa bagian rumah hangus.

"Maaf, ada insiden apa hingga membuat rumah ini terbakar?" tanya Jay kepada salah satu warga yang tidak sengaja lewat.

"Kurang lebih informasi yang saya dapat, rumah ini terbakar karena korsleting listrik."

"Ke mana perginya pemilik rumah ini?"

"Saya kurang tahu. Dengar-dengar, Nona Bae pergi sebelum rumahnya terbakar. Selepas itu, terjadilah kebakaran mendadak."

Mengenai Nona Bae, Jay sudah tidak heran lagi jika mendengar nama itu. Bawahannya memberi tahu jika pemilik rumah ini adalah sosok wanita yang sering dipanggil Nona Bae oleh warga sekitar. Jay sedikit mendapat informasi lebih atas julukan Nona Bae, karena sosok wanita berumur 37 tahun itu masih terlihat cantik, awet muda dan masih melajang. Maka dari itu, warga sekitar memanggilnya Nona Bae. Bukan nama lengkapnya.

Jay memijat pelipisnya pelan, sorot mata hitam itu meneliti tempat yang menyimpan sejuta rahasia ini. Merasa jika ada yang aneh. Rumah ini terbakar bukan karena ketidaksengajaan, melainkan sengaja dibakar, pikirnya.

"Sonbae, saya menemukan jurigen di semak itu," kata polisi wanita sambil menunjuk bagian semak yang dia maksud.

Jay mencium aroma jurigen tersebut. Sontak dia menjauhkan hidungnya, karena bau bensin sangat menyengat. Dugaan Jay kali ini benar, rumah ini memang sengaja dibakar. "Cari benda apa pun yang masih tersisa di rumah ini."

Jay turut berkeliling masuk ke dalam rumah Nona Bae. Entah kenapa, Jay lebih tertarik untuk masuk lebih dalam lagi. Saat hendak belok ke kanan, langkah Jay terhentikan. Ia berputar ke kiri—menyibakkan tirai putih yang sedikit hangus.

Kaget. Jay menemukan satu ruangan yang terkunci. Ia mencoba mendobrak berkali-kali, namun usahanya gagal. "Kim! Kemarilah, bantu saya mendobrak pintu ini."

"Hana."

"Dul."

"Set!"

Pintu terbuka sepenuhnya—menampilkan sebuah ruangan utuh tanpa terkena sepercik api pun. Benar-benar menakjubkan. Padahal selama Jay mengitari sudut rumah, semua sudah terbakar habis. Namun, hanya ruangan ini yang tersisa utuh.

Ruangan yang tercat putih tulang berlantai kayu, cukup tidak asing di otak Jay. Sebuah kursi besi yang berkarat terletak di tengah ruangan, dengan imbuhan sebuah televisi berdiri di sebelah kursi tersebut. Sedikit bercak darah yang mengotori lantai, dilengkapi sehelai kain putih usang yang tersampir di senderan kursi.

Mata Jay memincing. Dia berjongkok guna menarik sebuah boks biru di bawah meja. Digembok. Jay tidak bisa membukanya tanpa kunci. Salah satu cara yang masuk akal untuk membuka boks tergembok ini dengan menghancurkan gemboknya menggunakan palu.

"Kim, tolong ambilkan palu di bagasi mobil." Jay menginstruksi.

Rasa penasaran Jay semakin besar. Keingintahuannya menuntut untuk memeriksa ruangan ini lebih dalam lagi. Jay berdiri, hendak berjalan masuk. Namun, Kim sudah datang.

He's DangerousWhere stories live. Discover now