He was Gone

17 7 0
                                    

Dengan mendengar penuturan yang dijelaskan oleh Giselle, J perlahan mulai menentramkan amarah dan kekecewaan dalam hatinya itu. Berusaha menetralkan walau hatinya bisa saja berubah menjadi iblis yang ingin sekali marah dan terus marah. Judy, ibunya itu meninggal namun jalannya tidak menuju alam baka.

Takdir terasa mempermainkan kehidupannya.

     Arwah wanita itu masih terperangkap disini dan sesuatu pasti telah mengusiknya. J tidak habis pikir, berarti ibunya tiada antara dibunuh atau dijadikan sesuatu yang jahat. Tapi siapa yang berani melakukan itu? Apakah ibunya mempunyai salah? Dia Judy! Wanita baik hati yang selalu diselimuti kebaikan Malaikat yang begitu tulus sepenuh hati.

     Sudah seminggu setelah hari kematian Judy dan selama itu J tidak menemui Jerry. Dirinya tengah sibuk bersama Giselle dan kawan-kawannya mengenai sekte berbahaya ini. Sekte ini dikenal dengan nama Magna fides, yakni sekte dengan keyakinan menyimpang dari ajaran-ajaran yang seharusnya. Mereka mempercayai Tuhan, hanya saja cara mereka mendekatkan diri dengan Tuhan-lah yang disalahkan.

     Dari informasi yang J dan kawannya temukan, kegiatan sekte ini sangat diluar nalar manusia, seharusnya. Mereka melakukan ritual rutin seperti pemujaan dan pemanggilan roh, mempelajari ilmu sihir, dan yang paling aneh adalah mengorbankan nyawa keluarga mereka yang tidak satu keyakinan. Mereka akan dijadikan tumbal dan budak roh untuk melakukan tugas alam gaib yang mereka kerjakan. Tapi, itu masih kurang diketahui.

     Sekte ini bahkan dikabarkan hampir menyebar di seluruh dunia, tapi itu masih isu belaka. Belum banyak yang mengetahui mengenai perkumpulan sekte ini, tidak seperti Children of God atau The Triple K. Mereka sudah banyak diketahui umum dan para Pekerja Tangan Iblis juga secara rutin membasmi anggota sekte itu secara rutin, walau tidak langsung dimusnahkan.

     Karena dikabarkan mirip dengan The Triple K, maka sekte ini sudah pasti lebih banyak di Benua Eropa dan salah satunya adalah London pasti. Kota terbesar dan juga berpengaruh dalam kegiatan dunia. Seperti yang pernah dilakukan oleh J dan Daniel sebelumnya. J mengajak Giselle menuju kedai kopi tempat kesukaannya saat merasa bosan. Karena apa? Karena ada Jerry disana.

     Hatinya sudah jauh lebih membaik walau saat membahas pekerjaannya ia akan beralih mood kembali. Benci sekali ia dengan tugas yang sudah mengikat dirinya dan tidak bisa lepas dengan hal gila itu semua. Senandungan ria terlihat jelas saat J menelusuri jalan menuju kedai. Membuat perhatian orang-orang sekitar mendelik dan terkekeh.

“Jess! Jangan kayak anak kecil deh!” desis Giselle sambil mencengkeram erat pergelangan tangan J dan membuatnya menghentikan langkahnya.

“Apa sih?!” tanya J begitu sewot.

“Kamu malu-maluin tahu tidak?”

     Perdebatan kecil itu terjadi lagi. Lihatlah, seperti seorang dewasa yang sedang mengomeli anak kecil. Tanpa mempedulikan lagi, J menepis tangan Giselle dan mulai masuk ke dalam kedai tempat tujuannya. Bunyi bel saat pintu itu dimasuki oleh J membuat pandangan barista memandangnya.

“Selamat datang!”

Dev’s POV

    Suara sambutan itu terdengar berbeda dan benar saja. Itu bukanlah Jerry. Melainkan teman alias karyawan yang lain. Seperti biasanya, mataku akan menelisik ruangan itu dan mencoba mencari Jerry. Berharap malah. Aku begitu merindukannya. Entahlah, apa dia baik-baik saja? Apa dia sudah tidak merasa sedih lagi?

     Nihil. Batang hidungnya tidak menampakkan diri sedari tadi. Giselle bahkan memesankan menu dan menarikku ke meja yang memandang ke arah luar.

Their Call Me : Psʏᴄʜᴏᴘᴀᴛʜ Donde viven las historias. Descúbrelo ahora