The Man with the gun

24 12 1
                                    

Rumah O'Ley terlihat sudah lama berdiri, namun masih menunjukkan sisi kokohnya. Terdapat beberapa kamar yang sepertinya kosong dan sepertinya dia memang hidup seorang diri.

"Kau bisa letakkan keranjang itu didapur, Nak."

Perempuan itu hanya menurut dan meletakkan keranjang itu. Mata J masih saja terus memandangi isi rumah O'Ley, tidak ada yang mencurigakan. Entah.

Nuansa klasik masih beradu bersama aroma khas kayu dirumahnya ini. Beberapa barang pun masih diselimuti oleh debu. Terlihat usang dan seperti kurang perawatan.

"Gadis? Kalau boleh tau siapa namamu?" O'Ley muncul dari ruang depan menghampiri J yang masih saja sibuk melihat-lihat.

"Hah? Oh, namaku Devany. Panggil saja aku Dev, Nenek." jawabnya dengan senyum canggung

"Kamarmu dilantai dua, maaf kalau agak kotor. Karena aku jarang sekali membersihkan ini semua, aku tidak sanggup." jelasnya lalu duduk dikursi meja makan.

Ia mengambil termos yang sepertinya berisi teh dan menuangnya ke cangkir keramik berwarna putih lalu menyesapnya.

J hanya manggut-manggut paham mengenai penjelasan yang dikatakan oleh O'Ley. Mulai, masuk kamar dan membereskan kekacauan yang ada.

Kalian tau apa?

Kamar itu benar-benar seperti ruang gudang, tidak! Ini memang terlihat seperti gudang. Debu ada dimana-mana hingga membuatnya sulit bernapas.

Dalam dua jam, ia berhasil membersihkan kamar menjadi kamar yang sebenarnya. Tentunya dibantu juga oleh O'Ley. Mengganti spray, gorden, dan lainnya.

Keringat mengucur dari keningnya. Rasanya seperti sengaja diperbudak namun ia harus bisa menerima. Toh dia udah dapet kamar gratis, kapan lagi coba?

Badan J langsung ambruk diatas kasur yang sudah terasa nyaman itu. Mulai memejamkan mata dan bertemu dengan alam bawah sadar.

Selamat bermimpi, Manchester.

---

Pagi ini, O'Ley sibuk dengan kue kering yang ia buat sejak dini hari, ia membuat pie apel yang seperti biasa, untuk dibagikan secara cuma-cuma. Sepertinya, O'Ley memang memiliki hati yang begitu mulia. Jadi, dimana ia melakukan kejahatan?

Jangan tanya aku! Ssstt!!! Aku masih merahasiakannya dari kalian.

Badan J yang masih terasa hancur itu juga ikut membantunya. Bisa dibilang ia melakukannya dengan terpaksa, tapi ayolah. Membungkus dan meletakkannya kedalam box anyaman.

"Jaga rumahku ya, Dev. Aku akan berangkat sendiri saja."

"Baiklah."

O'Ley mulai membopong box anyaman itu dan menghilang dibalik ambang pintu. Oke, jangan salahkan anak orang asing yang kalian tinggal sendirian, mereka bisa melakukan apa saja selagi Sang Tuan Rumah tidak melihatnya, apa seperti maling? Bisa saja. 

J langsung mencari tau isi rumah O'Ley. Mulai berkeliling dan memeriksa setiap kamar dan ruangan. Kamar wanita tua itu, dapur, gudang, ruang baca -- wait? Oh, man! She has her private library, bilik-bilik yang entah sudah berapa pintu ia masuki, bahkan J juga memeriksa kamar mandi  setiap kamarnya.

Nihil.

Apa yang ia cari sepertinya benar-benar tidak memunculkan dirinya. Bahkan para makhluk gaib pun sepertinya tidak tinggal dirumah O'Ley. Apa rumah ini memakai mantra atau semacamnya?? Tidak ada yang tau pasti.

Meminta bantuan dari Para Yang Mulia? TIDAK!!! J sudah merasa muak dan ia mencoba melatih dirinya agar lebih mandiri tanpa bantuan 'tangan suci' itu.

Their Call Me : Psʏᴄʜᴏᴘᴀᴛʜ Where stories live. Discover now