Friends and First People

58 23 1
                                    

J membuka matanya secara perlahan dan memerhatikan keadaan sekitar. Dia berada disebuah kamar dengan nuansa klasik yang menyelimuti. Apa aku sudah kembali?

Hal pertama yang ia lakukan saat membangunkan tubuh itu adalah untuk mencari cermin. Untuk melihat dirinya kembali.

Sekarang, ia bisa merasakan suhu udara yang lumayan hangat, bahkan merasakan kalau hidungnya kembali bernafas.

Dia menemukan cermin didalam kamar mandi dan mulai mengamati dirinya disana.

"Apa yang terjadi denganku? Semua berubah, tidak! Hanya mataku yang tidak berubah." Jesslyn berkata pada dirinya sendiri.

-

Dev's POV

"Mereka memang menyiapkan semua dengan teliti."

Aku mulai berkeliling mengitari rumah baruku. Mataku teralihkan pada secarik surat dengan segel dari Para Yang Mulia terdapat di atas meja kamar.

Dear, J.
Aku adalah Arcangel yang memberimu dan yang lainnya tugas ini.
Maaf, aku belum sempat menemui mu.
Semua kebutuhan yang kau butuhkan akan ada jika kau menulis di kertas laporan harian mu sebagai pekerja.
Semua Malaikat akan membantu mu pada tahap awal.
Aku sangat berterima kasih atas kesukarelaan mu untuk menjadi bagian yang tidak seharusnya dijalani.

Periksalah setiap laci! Disana ada beberapa barang dan pesan yang lainnya.

Semoga Tuhan memberkatimu.

Salam,
The Arcangel.

Sepasang kaki ini kembali menelusuri setiap sudut rumah ini. Tanganku mulai membuka laci-laci lemari yang sudah menjadi perintah dari Arcangel.
Aku menemukan dua buah ponsel beserta secarik surat lagi.

Hai, J!
Ponsel ini merupakan hal yang paling wajib yang harus kau punya di zaman modern ini.
Salah satu ponsel ini adalah penghubung kau dengan para Pekerja Tangan Iblis yang lain dibelahan bumi ini, barangkali kau akan membutuhkan bantuan mereka mungkin. Karena Kami tidak mungkin selalu turun ke bumi hanya untuk melayani mu. Maaf...

Aku hanya mengabaikan pesan itu dan memasukkan kedua ponsel pada saku celana jeans yang ku kenakan.
Kakiku melangkah menuju ruang makan yang terdapat dilantai utama.
Saat aku menatap ke tengah ruangan yang tepat terdapat meja makan yang menghiasi, seorang gadis kecil duduk di kursi makan dengan kepala tertunduk sambil mengeluarkan suara yang begitu kecil, hampir tak terdengar. Dia sepertinya mengalunkan nyanyian.

Kaki ini berhenti melangkah. Aku sedikit ragu untuk menghampirinya. Ini rumahku bukan?

"Siapa kamu?" Aku menanyakannya dari jarak sekitar satu meter. Gadis kecil itu tidak menjawab, namun ia berhenti mengeluarkan nyanyian.

Aku menunggu.

Kepala gadis kecil itu mulai mengangkat perlahan.

Rasa penasaran pun mulai berdatangan.

Rambutnya menepi dan memperlihatkan pipi tembam nya yang pucat pasi.

Aku masih menunggu...

Kepala gadis kecil itu mulai menoleh secara perlahan.

Setengah wajahnya mulai terlihat.

"Astaga! Apa yang baru saja ku lihat?!" Jantungku berdegup kencang atas apa yang aku lihat didepan, tidak, dihadapan ku.

Their Call Me : Psʏᴄʜᴏᴘᴀᴛʜ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang