Beside Story.

22 7 1
                                    

"Berita hari ini.

Pihak kepolisian tengah gusar melakukan pengejaran terhadap kasus pembunuhan yang terjadi di Hotel De Louis yang terjadi semalam. Seorang pria ditemukan tewas dengan mengenaskan dengan bersimbah darah dan tusukan tepat pada bagian jantung.

Detektif yang mengambil alih kasus kejadian ini menyimpulkan bahwa pelaku adalah orang yang sama dibeberapa tempat pembunuhan dalam beberapa Minggu terakhir karena meninggalkan jejak yang sama, yaitu setangkai bunga mawar hitam dan secarik kertas yang bertuliskan sebuah informasi mengenai kejahatan yang nampaknya dilakukan oleh korban.

Dan para detektif maupun polisi membenarkan bahwa korban memang terlibat dan bahkan sempat menjadi buronan yang mereka cari.

Para warga London bahkan dunia bertanya-tanya, 'siapa sebenarnya pembunuh ini dan apa motifnya?'

Dari laporan yang kami terima, Tim detektif dan tim forensik yang menangani jasad korban tidak dapat menemukan catatan cctv dari pihak keamanan hotel karena terjadi kesalahan teknis kemarin malam dan tidak ditemukan sidik jari pada jasad korban. Sehingga menyebabkan pihak hotel harus diinvestigasi yang berlangsung hari ini.

Pelaku sampai sekarang masih menjadi sasaran empuk dari pihak berwajib...."

J mematikan televisinya setelah melihat bagaimana breaking news menyebarkan kejadian yang ia buat semalam. Hanya satu hal yang ia pikirkan.

Pekerjaan itu berjalan mulus.

Lisa menghampiri dirinya yang masih terduduk santai di ranjang sambil menatap layar ponsel.

'Kak, itu ada paket didepan.'

J menolehkan hadapannya, mengangguk, dan segera keluar menuju depan rumah. Sudah tergeletak kotak hitam berukuran sedang dengan pita merah dan kertas kecil diatasnya.

From Giselle.
To Devany Lorenz.

-Prepare yourself to meeting, sis.-

"Sudah kuduga."

J masuk dan duduk diruang tamu. Membuka ikatan pita merah itu dan mengeluarkan beberapa barang yang ada didalamnya. Sebuah undangan, paspor, tiket pesawat menuju Cina, dan juga dress berwarna hitam dengan ukuran yang pas. Rupanya, Giselle mengetahui juniornya ini.

'Apa itu?' tanya Lisa

"Tadaaa! Aku bakal ke Cina loh!" Ucapnya antusias memamerkan tiket yang ia genggam

"Oh iya, Lis. Kamu pernah denger tentang Sekte atau semacamnya kah?" Tanya J sambil merapikan kotak itu

'Kenapa emangnya?' Lisa membalikkan pertanyaan

"Aku dengar-dengar sekte itu anggotanya satu dunia juga dan kayanya, pekerjaannya itu membahayakan." Ujar J yang membuat Lisa tertunduk.

J yang menyadari gerak-gerik Lisa yang berubah akibat ucapan yang ia lontarkan. Ia memandang wajah Lisa yang tertunduk itu dengan mendekatinya.

"Kau... Baik-baik saja?" tanyanya memastikan

Lisa hanya diam dan tak lama, gadis kecil itu mulai terisak pelan. J mulai panik dan mencari cara untuk menghiburnya.

"Hey, jangan menangis. Nanti tambah cantik loh, aku ngga mau ada saingannya."

Namun, nihil. Isakan itu masih terus berlanjut. J hanya bisa terdiam memandangi Lisa yang mengumpat kan wajahnya dalam tundukkan kepala dan kedua telapak tangannya yang menutupi wajah itu. Apa ini karena dia pamer tiket dan akan pergi lagi? Hanya itu yang terpikir dalam hati J.

Their Call Me : Psʏᴄʜᴏᴘᴀᴛʜ Where stories live. Discover now