The War [Pt.2]

7 3 0
                                    

“Nona, kau akan tamat sebagai balasannya karena telah mengusik kami.”

    Mendengar penuturan itu, J menyunggingkan senyum miringnya. Senyum yang terlihat menjadi sebuah seringaian yang menyeramkan bahkan Giselle sampai mendelik saat melihatnya. Perempuan yang notabenenya adalah senior J itu, sempat terkejut melihat perubahan emosi ketika J menghadapi mangsanya. Sangat mengerikan!

“Akan ku buat sebaliknya, Tuan Sialan!” makinya dan langsung tanpa aba-aba menyerang pria yang melontarkan kalimat itu.

Buagh!

“Rasakan itu!”

“JESS!!! JAGA BELAKANGMU!” teriak Giselle dan,

Buagh!!!

“Sialan! Akan ku bunuh kau!!” maki J ketika pria itu menghadiahinya pukulan dan membuat sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah segar.

Buagh!

Krekk!

Sleb!

“Sampaikan salamku pada-Nya, Tuan.” Bisiknya setelah menusuk leher yang sudah patah itu.

    Semua tenaga mereka kerahkan untuk menghajar, memukul, menendang, dan entah jurusan apa saja yang keduanya kenakan. Lebam dan darah bahkan sudah menghiasi tubuh keduanya. Sakit memang, tapi ini panggilan dari Yang Mulia agar segera teratasi.

Jadi, itu bisa diatasi nanti.

“Isshh... Akan ku selesaikan sampai akhir.” Desis J sambil memegangi rahangnya yang terasa bergeser itu. Sangat sakit bukan main!

    Korban sudah banyak jatuh berserakan di ruangan yang cukup besar itu dan hanya menyisakan tiga orang lagi. Napas J bahkan masih sangat memburu ditambah urat-uratnya yang sudah tertarik dan memaksakan untuk menghabisi sisanya.

Buagh!!

Buagh!!

“MATILAH KAU!!!” ancang-ancang nya.

“TUNGGU!”

    Gerakan tangan J tertahan untuk membunuh anggota terakhir itu yang padahal tinggal ia penggal saja kepalanya. Memalingkan wajahnya dari si Korban dan badannya langsung membeku menatap orang yang memerintahkannya untuk berhenti. Ayahnya yang sedang memeluk Jerry dengan lengan yang mengalung di lehernya.

Perlakuan yang siap membunuh lelaki yang terus merintih kesakitan kapan saja.

“Hentikan atau dia kubunuh!” desisnya dan terus mengeratkan pelukannya.

     J menghempaskan tubuh korbannya itu dan tertawa hambar. Menertawakan apa yang tengah terjadi dan membuat sang ayah menautkan alisnya.

Tertawa yang terdengar begitu miris.

“Wah, ternyata selama ini kau seperti ini?” ucapnya sambil menyeka darah diujung bibirnya. Padahal, tangannya penuh dengan darah.

“Kau memang sudah gila, Jack! Setelah kau bunuh istrimu dan kau akan bunuh anakmu juga, hah?!” makinya untuk sang Ayah – ralat, sang monster.

     Sang lawan bicara terlihat terkejut dalam diamnya. Tidak hanya Jack, Giselle juga mengeluarkan ekspresi yang sama. Bagaimana bisa gadis baik-baik itu hebat dalam memaki orang terutama ayahnya sendiri. Ayahnya!

“K-kau...?” suaranya mulai gagap.

“Aku tidak menyangka, kau berubah jauh sekali, Tuan McLorenz.” Desisnya menatap tajam.

“Dev...jangan....” lirih Jerry sambil menggeleng.

     Tatapan itu terlihat pasrah, seolah sudah siap mendatangi ajal ditangan ayahnya. Matanya, menatap lurus ke arah J dengan tatapan sendu dan membuat J mendengus kasar.

Their Call Me : Psʏᴄʜᴏᴘᴀᴛʜ Where stories live. Discover now