Capítulo 12 : esperanzas rotas

2.4K 268 394
                                    

Chapter XII : Broken Hopes

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Chapter XII : Broken Hopes

“I know my heart will never be the same. But i'm telling myself I'll be okay.” —Sara Evans

.

.

.

District 13, La Cascada City....

Setibanya di gedung teater, Jun dan Seungcheol sudah menukarkan tiket mencari spot ternyaman untuk menunggu keramaian reda. Mengingat pengunjung yang datang lebih dari perkiraan, bahkan sampai membuat antrean semakin mengular panjang. Akhirnya dua Dorado tampan yang kebetulan diberkahi rasa sabar lebih dari pengunjung lain memilih mengalah. Toh kursi yang mereka pesan bukan berada di row depan, setidaknya menunggu di luar sampai mendekati jam tayang bukan hal merugikan.

Apalagi bagi Seungcheol yang paling tak bisa berada di tempat seperti ini. Meski enggan untuk datang pun, Seokmin yang sangat mengharapkan Dorado lain agar menonton pementasannya pasti akan kecewa. Meski pada akhirnya Mingyu absen lantaran harus menunggu Wonwoo yang demam di rumah, sebagai kakak yang bisa diandalkan dia putuskan untuk mewakili kehadiran Mingyu demi membuat Seokmin bahagia.

“Aku tidak tahu hari pertama akan seramai ini. Apa menurutmu kita mengantre sekarang saja? Tiga puluh menit lagi pementasan dimulai.”

Seungcheol menatap keramaian, cukup mengkhwatirkan karena ternyata seiring berjalannya waktu orang semakin berdatangan.

“Tapi berdiri terlalu lama sama saja dengan menunggu dari sini. Aku tidak sanggup membayangkan akan sepegal apa kakiku setelah lama mengantre.”

“Bagaimana jika aku masuk lebih dulu? Akan aku kabari kau jika pementasannya dimulai.”

Perfecto,” Seungcheol mengangguk semangat. “Sepertinya antrean nanti tidak begitu membludak. Kau masuklah lebih dulu, aku akan merokok sebentar. Jangan lupa kabari aku dari dalam.”

Anggukan Jun menjadi kesepakatan bersama karena memang Seungcheol paling tidak bisa menjadi warga yang akan melukai diri sendiri. Beda kasus jika konteks melukai di sini masih ada kaitannya dengan tujuan mulia berkedok melindungi. Mengantre di salah satu pertunjukan teater sama sekali bukan warna Dorado sulung ini. Tubuhnya tidak dirancang untuk menikmati kehidupan nyaman dan tentram seperti pengunjung yang didominasi oleh warga di luar kota La Cascada. Sebab beberapa di antaranya terlihat asing dengan menggandeng Beta male dan female sewaan untuk menikmati gemerlap kota yang menjadi surga dunia.

Seungcheol bukan satu dari golongan itu. Jika boleh memilih pun, lebih baik dia habiskan waktu di rumah menikmati masa rebahan yang sudah mulai jarang lantaran sibuk bekerja. Meski itu artinya Seungcheol akan menjadi lebih sering menemukan kemesraan Mingyu dan Wonwoo yang semakin tak kenal waktu. Tapi setidaknya itu lebih baik daripada harus menjadi warga pada umumnya. Yakni menikmati kehidupan normal sebagai penghuni La Cascada. Rasanya menjadi sebuah ironi jika harus membayangkan kenyataan hidup tidak seindah kelihatannya.

Lluviaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن