Bab 80. sedikit

1.4K 232 62
                                    

3.600 kata WOW,

Sesampainya kami di rumah, kami langsung diminta paman untuk masuk ke kamar. Wahyu memilih untuk tidur, ini memang waktunya Wahyu untuk tidur siang.

"Tli !" Adam memanggil ku dari balik pintu.

Aku pun membuka pintu, berkata "Apa?"

"Belantem" bisik Adam, mencoba masuk ke kamar. aku mengangguk, terkadang paman dan bibi berantem, dan Adam berlindung disini. Suara teriakan itu tidak akan terdengar disini.

Adam hanya duduk diam di sudut, sembari memeluk lututnya. Aku pun duduk di samping nya, sembari mengelus kepalanya.

Kami cukup lama tinggal di rumah Adam. Sampai Ibu kembali dari penjara. Selama kami tinggal di rumah kami, banyak hal yang terjadi. Aku mendapatkan adik adik baru dan musuh di sekolah.

Seperti pagi ini, mereka melempar tas dan buku ku. semuanya berhamburan keluar.

"""ANAK HARAM! ANAK HARAM! ANAK HARAM!""" teriak mereka.

Ku kepalkan tangan ku. aku tidak menyukai teriakan mereka. Aku benci teriakan mereka.

"""TRI SI ANAK HARAM, BLEEE, HAHAHAHAHA""""

Wajah ku memanas. Aku marah, bisakah mereka berhenti. Aku bukan anak haram...a-aku bukan anak haram.

"IH! Lihat buku nya jelek banget, iyuuuuhhhhhh, kotor, pasti bekas tong sampah, sama kayak asal Tri? Iya kan?"

"KALIAN SELALU MENGINJAK BUKU ITU!" teriak ku.

"Wahh, anak haram udah berani" ujar Amel, menginjak buku ku (lagi).

"Kamu tu ya, nggak pantas disini, soalnya kamu anak haram" ujar Cinta

"UUUUUUU...ANAK HARAMMMM, HAHAHAHAHA" tawa anak anak lain.

"Trisha, bukan anak haram" cicit ku.

"Ha? Tadi kamu bilang apa? Kamu anak haram, iya nggak?" ujar Cinta.

"Betulll!" jawab anak anak lain.

"Bukan!" kukuh ku, menolak kata kata itu.

"Bukti nya ayah kamu itu tidak ada, lalu ibu mu aja keluyuran malam malam, jadi anak haram, kata ibu aku begitu" ujar Amel mencoba menyobek buku ku (lagi)

Aku merebut buku ku dari tangannya, sisa buku ku satu satu nya, aku tidak mungkin memintanya kepada Paman Ahmad lagi.

"Kamu berani-berani nya ya! DASAR ANAK HARAM!!" Amel menjambak rambut ku. aku membalas jambakan itu.

"AYO AMEL! JANGAN KALAH LAWAN ANAK HARAM!" teriak anak anak lain.

Tarikan itu sangat sakit.

"SEKALI AJA RAMBUT AKU RONTOK, LIAT AJA NANTI!" teriak Amel.

Aku tidak peduli, aku tetap menarik rambutnya, dia duluan yang memulai hal ini.

Suasana kelas sangat heboh, sampai sampai guru BP datang dan melerai aku dan Amel. Ibu Amel dan Ibu ku di panggil. Tapi yang datang hanya Ibu Amel.

Aku duduk di lantai, berlutut. Amel duduk di pangkuan Ibu nya, di sofa. Sebenarnya masih ada 1 sofa lagi, tapi kata guru Bp, aku tidak pantas.

"Apa yang terjadi?" tanya guru BP ke Amel.

Amel menangis, "Trisha mulai duluan buk guru, kan kita main main, lalu dia langsung serang" Ibu Amel mengelus kepala putrinya, "Buk, saya nggak mau tahu, ibu harus adil dalam hal ini, lihat rambut anak saya rontok rontok di tarik anak haram itu"

"Trisha bukan anak haram" jawab ku.

"SIAPA SURUH KAMU BICARA? HA?" teriak guru Bp.

Aku menutup mulut ku kembali. Tatapan ibu guru sangat seram.

Gue ? Antagonis?! ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang