Bab 20

3.9K 527 16
                                    


Matahari mulai menyinari melalui sela sela jendelaku.

Aku terbangun, dan pergi mandi.

Setelah itu sarapan bersama semua orang.

Sesuai dengan janji ibu dan ayah, hari ini aku akan pergi memilih pelayan pribadi! Aku cukup bersemangat atas hal itu.

Aku, ibu dan ayah berencana pergi saat semuanya sudah siap. Apollo ingin ikut, tapi tidak bisa, dia di tawan oleh Kak Gill dan Nanala.

Mau bagaimana lagi, jadi aku bilang ke Apollo kalau aku akan berusaha memilih dengan cepat. Tapi entah kenapa Kak Gill tertawa terbahak bahak.

Gue mah cuek cuek aja.

Semua kereta sudah siap, kami pun berangkat. Kata Ibu, lokasinya cukup jauh jadi aku boleh tidur dulu.

Ya udah aku tidur.

Saat aku terbangun diriku sudah berada di rumah Rochese.

Rumah atau bisa di bilang seperti barrack yang sangat besar. Semuanya terbuat dari batu mulai dari dinding, pagar dan bangku di luar. Semuanya sangat tinggi. Mirip pusat pelatihan militer jaman kerajaan.

Beberapa prajurit juga berbaris teratur. Seseorang pria datang dari balik pintu yang besar, dia menyapa Ayah, memandang diriku beberapa kali.

"Ahh..jadi ini anak angkat mu yang satu itu"

"Iya," Ayah melihat ke arahku, memberi isyarat untuk menyampaikan salam

Aku menunduk hormat "selamat siang" sapaku.

Pria itu tersenyum " bagaimana jika kita berbicara dulu di belakang, saya sangat kasihan atas istrimu dan anakmu ini jika kita berdiri lebih lama"

Ayah dan Ibu tertawa kecil, seolah mereka bertiga sudah kenal lebih lama.

Kami pun memasuki barrack tak ku sangka di dalamnya sangat gelap, hanya ada obor, tidak ada lampu sihir disini. Mengapa ya?

"Ku dengar, dirimu sudah hamil Rose. Apa itu benar?" tanya paman itu

Wajah Ibu memerah, "Iya"

Paman itu menyenggol-nyenggol Ayah, sambil mengedipkan sebelah matanya. Ayah hanya bisa menggeleng kepala atas perlakuakn paman itu.

Aku melihat sekitar, disini sangat sepi. Sedangkan di luar ramai akan prajurit. Mengapa di sini sepi?

"Apa kamu takut Diana? Nama mu Diana kan?" tanya Paman.

"Ah, itu, aku sedikit takut"

Paman itu tertawa "Kamu jangan takut, disini bisa kamu anggap sebagai rumah"

Ucapan paman itu tidak membuat aku tenang.

Rumah dari mananya? Kalau seram karena kstaria dan lorong yang gelap gulita. Selera paman ini aneh.

Tak lama kemudian kami pun sampai di sebuah tempat yang banyak anak anak.

Ada yang kecil, sepantaran dengan diriku dan seperti Kak Gill.

Mereka semua sedang berlatih di lapangan yang luas, sedangkan kami berada di dalam bangunan. Kami bisa melihat aktifitas mereka melalui jendela, yang ada tempat duduknya. Seolah di sinilah tempat untuk memilihnya.

Paman mengajak kami duduk, sambil melihat satu per satu anak yang ada disini.

Ada yang bertarung, baku hantam, gelud, main musik, merajut dan berbagai macam lainnya.

Aku berfokus pada anak anak yang sedang ber gelud.

Saya tidak suka perdamaian! Muahahahaha.

Anak anak di situ, tidak ada yang melerai pertarungan itu, malah mereka masa bodo.

Gue ? Antagonis?! ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang