Sabtu, 2 September 2017

96 20 1
                                    

Soundtrack for this chapter: What a Shame -  Leyla Blue


Cahaya berpendar yang berasal dari gawai sengaja sejak tadi Rayya diamkan. Tanpa harus melihat ia sudah tahu apa isinya, Henry memaksanya untuk membawa salah satu mobil yang ia punya-Jujur, ia tidak pernah mengerti dengan pemikiran orang kaya, untuk apa satu orang punya dua mobil?

Alih-alih membantu, membawa mobil justru akan menyulitkan Rayya. Nomor satu, gang kostnya sempit, Nomor dua, kostnya tidak memiliki garasi atau berhalaman besar, tiga, itu akan menggagalkan prinsip hidup biasa-biasa saja yang sudah ia jalani dengan takzim selama ini.

Sebagai moda transportasi yang aman bagi wanita kilah Henry.

Namun Rayya yakin, bersepeda menuju Apartemen yang hanya berjarak 200 meter dari kostnya pada pukul setengah enam pagi tidak akan membahayakan siapa-siapa; Mungkin Henry tidak tahu kalau Rayya selalu membawa pepper spray kemana-mana.

Lagipula atas dasar apa Henry berpikir kalau Rayya mahir mengemudikan mobil. Ayahnya saja hanya punya Honda beat warna oranye keluaran tahun 2013.

Rayya masih memandangi dengan kagum kunci-berbentuk-kartu yang Henry berikan padanya kemarin. Orang itu rupanya sangat yakin kalau Rayya tidak akan berbuat jahat-misal merampok tempat tidurnya; Rayya dengar orang kaya tidur dikasur yang dapat mengingat bentuk pantatmu.

Kartu itu berwarna ungu tua elegan, bertuliskan Node Herman West Park dengan font proxima nova yang bertengger di pojok kanan atas. Rayya hampir-hampir tidak percaya kalau kartu tipis ini sudah mengganti peran kunci pintu berbahan besi.

Mungkin ia sudah gila karena ini sudah ke delapan kalinya ia mengecek dompet; memastikan kartu itu masih ada pada tempatnya. Mata Rayya berbinar, kunci apartemen Henry pasti membuat ktp dengan wajah kentangnya insecure luar biasa.

Rayya mulai mengayuh sepedanya sembari berdoa semoga tidak ada yang berpikiran kalau ia pembantu baru di apartemen mewah itu.

--------------------------------

Sebetulnya Henry sudah bangun sejak pukul lima;ia hampir tidak tidur sama sekali karena terlalu bersemangat menunggu kedatangan Rayya. Menurut Henry hari ini jauh lebih menyenangkan ketimbang hari karyawisata saat SD dulu.

Waktu menunjukkan pukul 05.25 pagi, jika Rayya bukan pembohong harusnya ia akan datang sebentar lagi.

Henry mengerlingkan matanya, ia bukanlah tipe orang yang bisa meluangkan waktunya karena hal-hal kecil-Bukannya sombong, Henry adalah pria yang sibuk. Ia berusaha menyelesaikan kuliahnya sebaik mungkin sembari mengurus perusahaan kecil; hemat kata semua itu cukup untuk membuat kepalanya pening.

Intinya adalah, waktu tidur dan bisa santai adalah hal yang amat sangat ia hargai serta nikmati. Tapi, sialnya untuk pertama kali dalam setahun terakhir, ia bosan tiduran saja. Sial sekali.

Teh hijau dingin baru seteguk Henry minum saat ia mendengar suara pin yang ditekan dari pintu depan. Sesegera mungkin ia berlari menuju sofa-ia sudah mengatur laptop yang setengah terbuka serta tumpukan buku serta map-map berkas yang berserakan diatas meja. Dengan begitu, pemandangan Rayya saat masuk pertama kali ialah Henry yang terlihat seperti ketiduran disofa karena menyelesaikan tugas dan kerjaan yang begitu banyak; Wanita paling suka pria pekerja keras kan?

Dan teori Henry itu tidaklah salah. Hati Rayya sedikit berdesir melihat Henry yang kelihatan nyaman bergelung dalam selimut berbahan kasmir. Rayya pikir Henry adalah tipikal orang kaya yang biasa ia lihat di televisi; Lebih suka memerintah orang lain untuk menyelesaikan semua urusannya.

Rayya sedikit merasa bersalah, mungkin Henry bukanlah orang yang seperti itu, lebih mungkin lagi kalau Henry sudah dididik dengan baik oleh orang tuanya.

Patah Hati Dalam KalenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang