Between Us 4

6.7K 1.3K 511
                                    

Absen voter dulu buat game, yuk! Cocokkan angka terakhir vote kalian dan coba lihat dapat siapa

Ilmiah bilang, semua hal bisa dipetakan dengan data, angka dan grafik konkrit, bahkan untuk menggambarkan hidup manusia saja itu bukan hal mustahil jika mau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Ilmiah bilang, semua hal bisa dipetakan dengan data, angka dan grafik konkrit, bahkan untuk menggambarkan hidup manusia saja itu bukan hal mustahil jika mau. Sedikit, atau mungkin terlalu hebat jika detak jantung saja bisa diperkirakan kapan berhenti dan terpacu cepatnya. Kalau begitu ceritanya, bisakah ilmiah membantu orang lain untuk mengerti orang juga? Dulu Anne berpikir jika dia tidak merasa licik sebab memahami kenapa mangkuk nasinya terisi oleh serpihan kayu saja, ia enggan menebak karena malas kalau masalah menjadi runyam. Jadi, ketika ia mengambil napas dalam, dan melempar senyum seperti ia siap menyambut mimpi buruk terbaik yang diberikan padanya, gadis itu melangkah di atas sepatu karetnya dengan yakin.

Vante menaikkan tipis sebelah alisnya, "Kukira kau akan segera mengemasi pakaianmu dan pergi setelah melihat lukisanku."

Itu bukanlah sebuah komentar yang Anne harapkan terdengar dari bibir seseorang yang baru saja menerornya dengan lukisan kematian. Dia benar-benar mati tidak, ya di dalam lukisan itu? Anne mendekat, duduk santai saja pada salah satu bangku besi dengan motif bunga dibagian sandaran pada serambi teras.

"Kau berharap aku melakukannya?" tanya Anne, sedangkan Vante menimpali dengan jingkatkan pundak lirih.

Tentu Anne tidak akan langsung berlari, kecuali membuang kengerian yang sempat hinggap dan memasang wajah tenang untuk menyusul Vante yang sekarang benar-benar menikmati es jeruknya, "Ya...." Anne menggangguk dua kali sembari mengedarkan tatapan memercingnya sebab matahari terasa terang sekali, "Sepertinya aku cukup terbiasa dengan hal itu. Kau sering mengejutkan orang dengan cara yang unik, ya?"

Vante cukup terdiam dan batal untuk melahap setangkup roti isi yang sudah berkurang tiga gigitan, "Tidak juga, sih. Yang terlihat sombong dan seolah-olah mengetahui isi dunia, biasanya aku melukis dengan kepala yang sudah lepas dan kumasukkan ke dalam toples, " katanya dengan santai, sebelah tangan dengan bekas cat itu mengamit erat roti isinya kembali, "Ekspresi mereka lebih lucu ketika melihat hasilnya."

Mengesankan. Anne sampai tidak pernah membayangkan jika mendengar pemaparan filosofis lukisan terasa mencekam. Vante ini membicarakan ancaman kesehatan jantung dan mental seseorang seperti membahas lukisan dua gunung dan matahari terbit dengan ekspresi senyuman cerah, tidak kalah cerah dari mataharinya, "Itu cukup ekstrim dengan estetik," timpal Anne.

Vante mengangguk setuju, sebelah pipinya terlihat menggembung sebelum bibirnya mengerucut lucu, "Tapi setelah itu, Seokjin Hyung akan mendiamkanku dan menyuruh Pak Kang menyimpannya di dalam gudang. Dikunci rapat-rapat seperti harta karun berharga", Vante berdecak, "Itu menyebalkan, sih. Lukisan kan dipamerkan, bukan disimpan di gudang."

"Aku jarang melihat pameran lukisan. sih." Anne yakin bukan seperti itu konsepnya—mengenai harta karun berharga. Mungkin maksud Seokjin lebih seperti melindungi sang adik. Lagi pula, siapa juga senang melihat lukisan yang bisa membuat nyali menciut dan memaksa tungkaimu berlari terbirit-birit tanpa sepatu? Sudah seperti benda keramat sakral yang bisa saja merontokkan jiwa-jiwa lugu yang berpikir jika dunia selalu baik. Anne berlanjut, "Jadi, kau selalu menguji orang dengan metode yang sama, ya? Seperti aku tadi?"

Resilience-Between Us ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang