Bertween Us 27

2.3K 604 627
                                    

Voter ke berapa nich?

Oh, kalian mau dikasih tantangan gak di parti ini?

Boleh deh, ya. Udah lama kita gak ada tantangan. 500 komen untuk unlock next partnya. Boleh di komen per paragraf biar cepat terpenuhi.














Pada dasarnya Anne tidak memilik kemampuan hyperthymesia dalam hidupnya, yakni keadaan di mana seseorang memiliki sindrom mengingat yang terlampau superior hingga mampu merapalkan hal-hal detail yang telah terjadi di masa lampau. Jelas Anne bukan manusia super berkemampuan ingatan gila seperti itu. Namun entah mengapa, pertanyaan Taehyung terasa seperti sebuah tali penambat untuk mencabut sebongkah batu dari dinding memori yang Anne bangun selama ini. Kenangan pahit itu merembes sebelum akhirnya menciptakan sebuah arus masif dan menerjang ke setiap sisi ingatannya.

Memorinya bak digulung dengan deras hingga jantungnya berdebar berkali lipat lebih cepat.

Tatapan Vincent.

Sentuhan Vincent.

Suara berat Vincent.

Rasa sakit yang diberikan Vincent.

Kehancuran yang dibawa Vincent.

Dan juga mimpi buruk yang berhasil menancapkan akar di belakang kepala berhasil terkuak kembali bak virus yang selama ini tersimpan dalam pandora. Tubuh Anne menggigil dengan bulu kuduk menegang sempurna.

"Apakah senikmat itu Ann, bercinta dengan Vincent?" sang lawan bicara kembali mengulangi pertanyaannya.

Menatap Taehyung dengan sedikit membelakak pada posisi berdiri, Anne bisa merasakan hantaman masif bak mendarat di belakang punggung. Tenggorokannya mendadak sesak. "K—kenapa kau bertanya seperti itu, Taehyung?"

Untuk sejenak saja, Anne barangkali berharap Taehyung akan memberikan reaksi sama terkejutnya terhadap respons yang ia berikan. Tapi tidak, pria dengan sweater berwarna hijau zaitun itu malah terang-terangan menunggu jawabannya. Sorot matanya rumit, bibirnya digigiti secara diam-diam.

"Aku hanya penasaran," jawab Taehyung kemudian. Pandangannya seketika diturunkan ke arah lantai untuk menghindari ekspresi terpukul Anne di sana. "Dan ya ... mungkin mencari tahu sesuatu."

Apa yang dicari Taehyung jelas sedikit menganggu isi kepala Anne dengan cepat. Akan tetapi tubuhnya lebih dulu bereaksi mengenai pertanyaan Taehyung sebelumnya. Saliva Anne tertelan, pembuluh darah pada wajahnya seakan berubah dialiri susu, memucat dengan gelenyar menuruni dada yang terasa tidak nyaman.

"A—aku tidak tahu malam itu menjadi senikmat apa, yang jelas aku tidak menyukainya," kata Anne saat ia perlahan duduk sebab kakinya terasa lemas.

"Apa kau merasa jijik?" Taehyung menukas dengan mengejutkan. "Hal semacam itu menjijikkan setengah mati. Membuatku mual. Aku sangat membencinya." Taehyung menggeleng, tangannya dikepalkan erat hingga buku jarinya memutih. "Semua itu menyakitkan. Bercinta itu seperti neraka. Mereka akan memukulmu. Mereka akan—"

Pribadi Choi itu seketika menangkup mulutnya. Isi perut Taehyung bak diaduk menggunakan sebuah ranting. Ia nyaris-nyaris muntah dengan mata membola, bergetar dan merona mika pupilnya. Mereka berdua seperti saling mempertaruhan kewarasan masing-masing di sini.

Taehyung menggeleng. "Jadi aku tidak mengerti kenapa Vincent berkata bahwasannya bercinta denganmu itu luar biasa nikmat. Apanya yang luar biasa, Ann?" Pandangan Taehyung mendarat tepat pada pupil Anne. Pria itu tidak jauh berbeda seperti anak-anak yang tengah mencari jawaban di balik sorot orang dewasa. "Apakah dia membohongiku? Apakah Vincent setega itu padaku?"

Anne tahu bahwasannya kesembuhan Choi Taehyung itu tergantung dari diri dia sendiri, pada kegigihan dan kemampuan adaptasi mengenai keadaan yang terjadi. Anne juga yakin adik dari Seokjin ini sudah terlampau muak dengan metode atau bahkan penjelasan terapi yang telah dilakukan oleh ahli sebelum dirinya datang. Namun rasanya, Anne malah terjebak oleh situasi di mana kondisi keingintahuan Taehyung bak memeras isi otak dan mentalnya dengan deras. Koneksi emosi yang terjadi tanpa sengaja di antara keduanya membuat posisi Anne semakin sulit.

Resilience-Between Us ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang