Between Us 25

2.4K 604 329
                                    




Wii, fast update ya! Oh iya, Bab ini aku kasih rating 17+ yaa hehehe

Coba komen setiap paragraf yang menurut kalian menarik, ya!


Voter ke berapa nih?








Anne dulu pernah membaca, bahwasannya bintang jatuh itu adalah bongkahan meteorit, yang menembus atmosfer bumi yang meninggalkan lintasan cahaya dengan kecepatan 260.000 kilometer per jam. Cepat sekali. Bahkan Anne tak mampu membayangkan secepat apa itu. Tidak juga bagaimana perubahan Vincent dan Taehyung bak terjadi sepersekian detik.

Dan Anne bisa merangkum ekspresi Taehyung mendadak pucat pasi. Kedua matanya membelalak. Sementara Taehyung sendiri seakan tengah dipaku menembus lantai tatkala mendapati Anne berada tepat di depan wajahnya nyaris tanpa jarak. Perut Taehyung mendadak bergolak mual. Ia refleks mundur sebelum membekap mulutnya sendiri. Bulu kuduknya menggeriap jijik. Taehyung tidak suka ini.

"T—Taehyung?" lirih Anne dengan rasa tegang setengah mati.

Lalu Taehyung melangkah pergi, ia meninggalkan Anne yang memaku dan memilih keluar dari dalam kamar tanpa mengatakan apa pun. Anne menyurai rambutnya kasar. "Berengsek," umpatnya lirih.

Kendati Anne sendiri tidak yakin pada siapa dia mengumpat. Entah untuk dirinya sendiri, Vincent atau bagian di mana ia tidak mampu mengejar Taehyung begitu saja. Namun dengan cepat ia mengerutkan kening, sejenak menganalisis kalimat yang sempat Vincent ucapkan.

"Semoga kau bisa mengatasi yang satu ini. Mari berharap Taehyungmu tidak mati terkena serangan jantung."

Vincent sengaja bertukar dengan Taehyung? Anne sendiri tahu bahwasannya Taehyung sendiri membutuhkan waktu untuk terbiasa, untuk mengalahkan alternya. Maka, Anne pikir hanya itu satu hal yang menjelaskan. Vincent lah yang secara sadar pergi dan membiarkan Taehyung untuk muncul kembali.

Lalu setelah apa yang terjadi Anne menyadari bahwasannya Taehyung menghindari dirinya. Setelah pagi itu, Anne tidak mendapati Taehyung mudah untuk didekati. Bahkan terkesan menjauh, melangkah lebih dulu saat ia hendak menyusul. Segera pergi dari dapur ketika ia berpura-pura untuk mengambil air minum di dalam kulkas.

Tapi, Anne tidak melihat itu sebagai sebuah penolakan total. Anne tahu Taehyung masih membutuhkan waktu untuk menyesuaikan. Gadis itu jelas memiliki kesabaran seluas lautan. Anne juga tidak mendesak, tetap bertanya santai saat berpapasan, tidak juga mendesak berlebihan. Anne percaya pada Taehyung.

Sampai akhirnya, Anne yang tengah duduk pada ruang baca lantai dua dengan layar laptop yang berpendar bisa melihat Taehyung perlahan duduk pada titik kesukaannya. Sofa berwarna putih dengan kerajinan macrame berwarna biru lembut pada salah satu lengan sofanya. Di balik kacamatanya, Anne melirik melalui sudut mata bagaimana Taehyung membawa buku.

Kebiasaannya sudah kembali.

Anne memang tengah mengerjakan beberapa dasar teori mengenai tugas akhirnya, sudah sejak dua jam lalu dia duduk dan rambutnya yang dikuncir acak, membuatnya terlihat benar-benar berantakan. Ya, sepertinya Anne sudah terlalu terbiasa di rumah ini sampai tidak perlu bersikap terlalu formal. Terlebih lantai dua tak pernah didatangi siapa pun. Hanya ada dirinya dan Taehyung.

Saat Anne mengangkat mug teh nya yang mendingin, suara berat Taehyung memanggil dari belakang punggungnya.    

"Ann?"

Anne perlahan menoleh dengan seluruh badannya. "Ya?" timpal Anne sebelum menyeruput tipis tehnya.

"Bagaimana rasanya berciuman?"

Anne seketika menyemburkan tehnya, ia tersedak dan air seduhan daun itu nyaris mengucur keluar melalui hidung. Anne jelas-jelas tersedak, terbatuk-batuk. Dengan dada yang ia pukul-pukul sementara Taehyung malah mengalihkan wajahnya (itu jelas refleks tersipu sebab jemarinya berkelindan) Anne dengan cepat menyahut tisu dan mengusap bibirnya sendiri.

Resilience-Between Us ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang