Between US 38

2.4K 533 288
                                    



This part contain a trigger warning

This part contain a trigger warning

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Voter ke berapa nih?



Sore itu sebelum makan malam, setelah Seokjin, Juliet dan dirinya sarapan tanpa kehadiran Taehyung, Anne duduk sendiri membawa sebuah buku pada teras belakang. Di balik kaus berwarna hitam miliknya, dan bagaimana kacamata dengan frame bulat itu membingkau mata cokelatnya, Anne berkali-kali mengembuskan napas panjang di sana. Pikirannya terlalu berkutat pada sesuatu sampai tidak menyadari Seokjin yang datang mendekat sembari melepaskan kancing pergelangan kemejanya.

  "Jangan khawatir," kata Seokjin mengejutkan hingga Anne tanpa sadar menoleh dan membenarkan posisi duduknya. "Taehyung terkadang memang tidak keluar dari kamarnya selama berhari-hari." Seokjin lalu menarik tipis celana kainnya pada bagian lutut sebelum akhirnya duduk tidak jauh dari samping Anne. "Selama dia dalam keadaan tidak sakit, Taehyung akan baik-baik saja."

Anne sebenarnya memang mengkhawatirkan Taehyung, tapi entah kenapa dia juga merasa sedikit malu saat Seokjin seakan bisa membaca apa yang ada di dalam kepalanya begitu saja. Terbukti bagaimana tangan Anne teremas di atas paha diam-diam setelah ia menutup bukunya, membuat gadis itu akhirnya menyahut lantaran penasaran. "Apakah saya terlihat mengkhawatirkan Taehyung, Seokjin-nim?"

Tapi di sana, Seokjin malah tertawa. Tawa lirih yang hangat sekali sampai akhirnya Anne memberanikan diri untuk menoleh. Pria dengan dasi yang dilonggarkan itu secara mengejutkan menggeleng. "Bukan kau yang terlihat mengkhawatirkan Taehyung, tapi Taehyung yang terlihat mengkhawatirkanmu."

Anne yang memilih untuk menghindari tatapan Seokjin dan melihat bagaimana air kolam di ujung sana mengilat oleh sinar matahari sore, ia bisa merasakan pipinya sedikit hangat. Tenggorokannya Anne longgarkan diam-diam saat Seokjin terlihat melipat kedua tangan santai di depan dada.

"Semoga Taehyung tidak merepotkanmu ya, Ann," jeda Seokjin kemudian, sorot matanya terlihat merelap oleh banyak hal yang mungkin tengah berlarian di sana. "Sejak kau datang, rumah ini jadi lebih terasa hidup. Untuk Juliet, untuk Taehyung juga."

Sejak Anne menapakkan kakinya keluar dari panti asuhan untuk bertahan sendiri, ia tidak sekalipun berpikir ingin menjadi sosok yang penting dalam hidup orang lain. Selama ini Anne juga merasa ia tak pernah memiliki siapa pun, tidak ada yang bersedia menerima seperti keluarga Choi juga. "Kenapa Seokjin-nim baik sekali pada saya?" tanya Anne tanpa diduga. "Sejak Seokjin-nim tahu Ibu Juliet sudah tidak ada, kenapa masih bersikap baik pada saya?"

"Memangnya ada alasan aku harus bersikap buruk padamu, Ann?" Seokjin menimpali cepat tanpa terdengar arogan di sana. "Meskipun di awal kau bukan siapa-siapa, tidakkah kau sekarang menjadi salah satu bagian paling dekat dengan kami? Dengan Juliet, dengan Taehyung juga?" Pria berbahu lebar itu mengembuskan napas, seolah ada sekelibat rasa lelah pekerjaannya di sana.

Lalu secara mengejutkan, Seokjin tiba-tiba mendaratkan tangan di atas kepala Anne hingga Anne menoleh. Seokjin menepuknya lembut, lalu berimbuh dengan. "Jangan terlalu dipikirkan. Jangan selalu dibuat rumit. Aku dulu tak pernah ada di sisi Taehyung saat dia membutuhkanku jadi... ya, mungkin ini sedikit berlebihan saat aku berharap orang-orang akan lebih banyak bergantung padaku. Juliet, Taehyung, bahkan dirimu."

Resilience-Between Us ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang