Between Us 6

5.7K 1.2K 278
                                    




Voter ke berapa nih?

"Juliet itu anaknya Jin Hyung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








"Juliet itu anaknya Jin Hyung."

Tatkala penjelasan itu merangsek masuk bak lesatan anak panah yang membidik apel, Anne tahu dia harus memeras otaknya lebih keras. Memaksa berbagai macam terkaan untuk hadir setidaknya untuk menuntaskan rasa janggal. Sarapan pagi ini hanya ada Seokjin, tanpa Taehyung, Vincent ataupun Vante yang senantiasa menyapanya seperti dunia ini begitu indah untuk di ajak bercanda. Tidak mendapatkan kepercayaan dari Taehyung adalah sebuah lubang yang siap untuk menelan Anne dalam kemunduran. Itu pasti.

Sejauh ini saja, Anne masih perlu banyak belajar, dia bukan ahli, dan perlahan ia mulai berpikir apakah membantu keluarga Choi adalah keputusan yang baik, atau bahkan sama dengan bunuh diri. Barangkali. Kedua mata Anne menggulir di atas piring, roti isi sudah terpotong setengah, buncis rebus, kentang rebus dan biji jagung berwarna kuning cerah mengelilingi piringnya. Anne sampai berpikir, apakah orang kaya memang memiliki menu makan yang berbeda seperti ini?

Tidak tahu, tapi yang jelas Anne bisa merasakan jika benaknya mendorong untuk mencari tahu tentang Juliet lebih jauh dibandingkan kolaborasi sayuran dan roti isi. Menunggu Seokjin meletakkan garpu dan juga pisaunya, lalu mengelap bibir penuh itu dengan kain bersih, Anne memberanikan diri untuk memancing suaranya terlontar ke permukaan.

"Seokjin-nim?" Anne berusaha membuat suaranya tidak bergetar, dia bukannya takut. Hanya saja sedikit waspada sebab ia bisa merasakan was-was itu menggelegak naik.

"Ada apa Anne?"

"Apakah Juliet itu putri Seokjin-nim?"

Anne tidak tahu apakah ia memiliki kualifikasi kesopanan, atau hal semacam itu hanya sebatas bentuk dinding untuk melangkah atau tetap berdiri di tepi garis yang seharusnya tidak ia lewati. Sebab, menemukan ekspresi kaku Seokjin yang hampir gagal menyesap kepulan teh mahalnya, Anne berharap ia tidak akan diusir setelah sarapan. Di sana, dengan kelibat mata yang keruh dan tidak tertebak, Seokjin memaksakan sebuah senyum menghiasi bibirnya. Napasnya terembus panjang dan pelan, meletakkan kembali dasar cangkir pada pisin, Seokjin menjawab. "Tentu saja. Dia memang putriku," jedanya dengan tawa tipis yang mengudara, "Memangnya kenapa?"

Anne terkesiap lambat oleh pertanyaan kenapa. Iya, kenapa ia bertanya? "Tidak apa-apa Seokjin-nim," jeda Anne, "Hanya saja, saya tidak pernah melihat istri Seokjin-nim berada di rumah."

Seharusnya Anne tidak mengatakan hal itu, seharusnya kalimatnya tidak meluncur begitu saja. Tetapi sudah terlanjut, jelas Anne tidak bisa menyedot kembali penuturan itu sebab Seokjin juga sudah terlanjut memasang sorot mata yang lurus.

"Aku belum menikah," katanya.

Dan Anne bisa merasakan punggungnya menegak lambat, dadanya terisi oleh udara yang tertarik besar dari rongga hidung. Anne berpikir mungkin darahnya terlalu cepat berdesir sampai jantungnya berdetak cepat tanpa alasan. Belum menikah? Bagaimana bisa? Lalu Juliet? Pertanyaan itu seakan berjejalan di dalam kepala, tapi Anne lebih memilih untuk berkata, "Oh, maaf. Aku tidak bermaksud untuk mencari tahu—"

Resilience-Between Us ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang